HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma IV Kebidanan U Budiyah Banda Aceh Oleh MONA LISMAYSARAH NIM: 121010210073 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN BANDA ACEH 2013
HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR MONA LISMAYSARAH Mahasiswi Stikes U budiyah Banda Aceh D-IV Kebidanan Latar Belakang: Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 12 orang responden yang ada di Wilayah Kerja Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional dengan populasi adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yaitu 159 orang. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 12-20 Agustus 2013 terhadap 45 responden. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proposif sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi selanjutnya dianalisa secara univariat dan bivariat. Hasil Penelitian: menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Kesimpulan dan Saran: Dari 45 responden 35,6% yang kurang lancar ASInya dan 64,4% yang lancar ASInya. Diharapkan bagi ibu menyusui untuk lebih mengetahui bagaimana tehnik menyusui yang benar dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui dan bagi petugas puskesmas untuk lebih meningkatkan penyuluhan kepada ibu-ibu yang melahirkan tentang teknik menyusui yang benar untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI. Kata Kunci : Teknik menyusui, kelancaran ASI PENDAHULUAN Menyusui merupakan suatu aktivitas yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi ibu, yang memang menjadi kodratnya. Untuk mendukung keberhasilan menyusui, perlu mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan karena kesalahan ibu dalam memosisikan dan meletakkan bayi saat menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan beberapa posisi. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting payudara lecet. Salah satu faktor yang sering dilakukan saat menyusui adalah posisi menyusui yang belum tepat
sehingga mengganggu produksi dan transfer ASI ke bayi (Khasanah, 2011). Menurut WHO (2009) terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu ibu di Negara berkembang, sementara itu berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI ekslusif kepada bayinya adalah kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar, sehingga sering menderita puting lecet dan retak. Hasil dari susenas tahun 2007 yang menunjukkan bahwa secara nasional terdapat sebesar 94,57% bayi mendapat ASI. Presentase balita yang pernah mendapat ASI pada tahun 2007 cenderung mengalami 1 penurunan jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Penurunan presentase pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005 relatif rendah yaitu 96,02% menjadi 95,24%. Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena timbulnya beberapa masalah pada ibu dan bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham bagaimana teknik menyusui yang benar dapat menjadi masalah dalam menyusui. Adapun masalah dalam menyusui adalah puting susu lecet, payudara bengkak, abses payudara (mastitis). (Sulystyawati, 2009) Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masamasa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. (Gartner, 2005) Bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan frekuensi terkena diare sangat kecil, bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke 6 bayi jarang defekasi dan sering menjadi keluhan ibu yang datang ke klinik karena bayinya tidak defekasi lebih dari 3 hari. Pada kelompok bayi yang mendapat susu tambahan lebih sering mengalami diare. Dengan demikian
kesehatan bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih baik bila dibandingkan kelompok bayi yang diberi susu formula (Sri Purwati H, 2004). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi teknik menyusui diantaranya adalah pengetahuan dan sikap ibu. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang didasari oleh informasi (Notoatmodjo, 2007). Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Kesehatan ibu memegang peranan dalam produksi air susu ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makanannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara. Hal ini menyebabkan produksi ASI menurun. Menurut Nilas dan Michael Newton dalam Briefs Footnotes on Maternity Care, keberhasilan menyusui sangat bergantung pada emosi dan sikap ibu. (Notoatmodjo, 2007). Sebaiknya pada masa kehamilan dan masa nifas, ibu hamil telah mendapatkan informasi tentang teknik menyusui dari bidan. Bidan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan berkewajiban untuk itu, karena bila ibu hamil kurang
mengetahui tentang teknik menyusui, akan berdampak payudara tidak terawat sehingga akan bermasalah pada awal masa laktasi seperti puting susu lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat. Sebagaimana dilaporkan 57% dari ibu menyusui di Indonesia pernah menderita kelecetan pada putingnya (Soetjiningsih, 2002). Menurut Sirkosi dan Barker (2005), selain hormon prolaktin dan oksitosin keadaan yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu adalah penggunaan obat- obatan saat dilakukan operasi sectio caesarea. Obat-obatan yang dipakai saat operasi digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Nyeri yang ditimbulkan akibat operasi sectio caesarea mempengaruhi ibu dalam memberikan perawatan pada bayi, sehingga dapat menyebabkan ibu menunda untuk menyusui dan terjadilah ketidaklancaran dalam produksi ASI Teknik lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI adalah perawatan yang dilakukan terhadap payudara atau breast care, bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afianti (2012) tentang pemijatan payudara dengan senam payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda antara senam payudara dan pemijatan payudara terhadap pengeluaran kelancaran ASI pada ibu menyusui Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2012 dari jumlah bayi sebanyak 4604 bayi, dengan jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 546 bayi (11,9%) (Dinkes Provinsi Aceh, 2012). Sedangkan jumlah bayi 0-6 bulan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012 adalah 5.108 bayi dan yang mendapat ASI Eksklusif berjumlah 1.627 orang. Berdasarkan data dari Puskesmas Blang Bintang jumlah bayi 0-6 bulan yaitu 203 orang dan yang mendapatkan ASI Eksklusif berjumlah 40 orang. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah
Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 12 orang responden yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul tentang Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Besar. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, peneliti membuat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Besar Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui teknik menyusui pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar b. Untuk mengetahui kelancaran ASI ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar c. Untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan pengetahuan mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran
ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh 2. Bagi ibu menyusui Dapat mengetahui bagaimana tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui. 3. Bagi lembaga pendidikan Dapat menambah referensi tentang hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan visualisasi dari arah pemikiran yang akan dilakukan. Arah pemikiran merupakan hubungan antara variabel atau faktor-faktor yang diteliti. Untuk menggambarkan kerangka konsep diperlukan teori-teori yang diteliti dan selanjutnya didefinisi dari setiap variabel (Notoatmodjo,2005). Variabel Independen Variabel Dependen Teknik Menyusui - Pelekatan - Posisi penyusui - Jadwal menyusui Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hipotesa Penelitian Ada hubungan tehnik menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Besar Desain Penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Populasi dan Sampel 1. Populasi Kelancaran ASI Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui
yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Besar berjumlah 159 orang 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara proposif sampling. selama 8 hari pada bulan Agustus 2013. Sampel dalam penelitian menggunakan kriteria sebagai beriku: a. Ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan b. Ibu yang bersedia menjadi responden. c. Ibu yang menyusui Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus 2013. Cara Pengukuran Data 1. Teknik pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner pada ibu-ibu. Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari Puskesmas Blang Bintang untuk mengetahui jumlah ibu-ibu yang menyusui. 2. Instrumen Penelitian Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan menggunakan lembar check list mengenai teknik menyusui, 4 pertanyaan tentang kelancaran ASI. Pengolahan dan Analisa Data 1. Cara pengolahan data Metode pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) sebagai berikut :
a. Editing data (memeriksa), yaitu dilakukan setelah semua data terkumpul melalui pengecekan daftar isian. Tahap ini bertujuan untuk memeriksa kelengkapan isian data. b. Coding data (memberikan kode), yaitu memberi tanda kode terhadap kuesioner yang telah diisi dengan tujuan untuk mempermudah proses pengolahan data selanjutnya. c. Transfering (mentransfer data), yaitu tahap untuk memindahkan data ke dalam tabel pengolahan data d. Tabulating (data bentuk tabel) data adalah melakukan klarifikasi data, yaitu mengelompokkan data variabel masing-masing berdasarkan kuisioner untuk dimasukkan ke dalam tabel. 2. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan cara: a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari masing-masing variabel yang telah diteliti dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Teknik menyusui dikategorikan berdasarkan 2 kategori yaitu baik bila x x dan kurang baik bila x < x dengan menentukan persamaan : x x n Dimana : x : Rata-rata ukur x : Jumlah rata-rata ukur n : Jumlah sampel Untuk perhitungan persentase dari masing-masing variabel digunakan rumus (Machfoedz, 2009) : p f 1 x 100 n Keterangan: P = persentase f 1 = frekuensi n = sampel 100% = bilangan tetap b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel independen yang diduga mempunyai hubungan denganvariabel dependen. Untuk menguji hipotesis dilakukan analisa statistik dengan uji chisquare dengan menggunakan program sistem komputer yaitu program SPSS (Statistical Program For Social Science) versi 16.0 pada tingkat kepercayaan = 0,05. 1) Ha di tolak : Jika p value > 0,05, artinya tidak ada hubungan variabel independen dengan variabel dependen. 2) Ha di terima : Jika p Value < 0,05 artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus 2013 terhadap 45 orang responden. Adapun hasil penelitian ini dari seluruh yang diteliti maka didapat hasil seperti pada tabel di bawah ini : Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan 41 Umur Ibu di Wilayah Kerja Besar Tahun 2013 No Umur Frekuensi % 1 2 3 19 25 tahun 26 35 tahun 36 tahun 18 24 4 40,0 53,3 6,7 Total 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 24 orang (53,3%) berada pada kelompok umur 26 35 tahun dan 4 orang (6,7%) berada pada kelompok umur 36 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh
b. Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Besar Tahun 2013 No Pendidikan Frekuensi % 1 2 3 Dasar Menengah Tinggi 13 26 6 28,9 57,8 13,3 Total 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang berpendidikan menengah dan 6 orang (13,3%) yang berpendidikan tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh c. Paritas Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Besar Tahun 2013 No Paritas Frekuensi % 1 2 3 Primipara Multipara Grande Multipara 13 28 4 28,9 62,2 8,9 Total 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 28 orang (62,2%) yang responden multipara dan 4 orang (8,9%) yang responden grande multipara di Wilayah Kerja d. Pekerjaan Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Besar Tahun 2013 No Pekerjaan Frekuensi % 1 2 3 4 IRT Pedagang Wiraswasta PNS 33 5 2 5 73,3 11,1 4,4 11,1 Total 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 33 orang (73,3%) yang bekerja sebagai IRT dan 2 orang (4,4%) yang bekerja sebagai wiraswasta di Wilayah Kerja
Analisa Univariat a. Teknik menyusui Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tekni Menyusui Di Wilayah kerja Besar No Teknik Frekuensi % Menyusui 1 2 Kurang baik Baik 19 26 42,2 57,8 Jumlah 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang melakukan teknik menyusui dengan baik dan 19 orang (42,2%) yang melakukan teknik menyusui kurang baik di Wilayah Kerja N o Teknik Menyu sui Sumber : Data primer (diolah tahun 2013) Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI ibu dan 16 orang (35,6%) yang kurang lancar lancarnya ASI ibu di Wilayah Kerja Analisa Bivariat Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI Tabel 4.7 Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 Kelancaran ASI Kurang Jumlah Lancar Lancar f % f % f % p Valu e b. Kelancaran ASI 1 Kurang 11 57,9 8 42,1 19 100 0,018 Baik Tabel 4.6 2 Baik 5 19,2 21 80,8 26 100 Distribusi Responden Berdasarkan Total 16 35,6 29 64,4 45 100 Kelancaran ASI Di Wilayah kerja Sumber : Data primer (di olah tahun 2013) Besar Berdasarkan tabel 4.7 di atas No Kelancaran Frekuensi % ASI dapat diketahui bahwa responden 1 Kurang lancar 16 35,6 2 Lancar 29 64,4 yang teknik menyusuinya kurang Jumlah 45 100 baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya kurang lancar,
dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada = 0,018 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Besar Pembahasan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang teknik menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya kurang lancar, dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada = 0,018 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut bayi di payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar, puting tidak akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras, melainkan jatuh di tengah rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh karena itu perlekatan menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses menyusui (Sulytiawati, 2009). Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk
memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin. Bagi ibu yang menyusui bayi, kelancaran asi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan bayi. ASI eksklusif tanpa pendamping ASI disarankan diberikan sampai dengan usia bayi menginjak usia enam bulan. Tetapi tidak sedikit ibu yang kecewa karena ternyata ASI yang keluar tidak selancar seperti yang diharapkan (Novak & Broom, 2001). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2011) dengan judul Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Pasca Persalinan Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Dan Rsud Banjasari Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan hubungan IMD dengan kelancaran produksi ASI, pada hari pertama ada hubungan signifikan (p = 0,036; OR = 12,000), pada hari kedua tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,142; OR = 6,667), pada hari ketiga tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,790; OR = -), dan dilihat dari faktor ibu ada hubungan yang signifikan (p = 0,049; OR = 10,667). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Michram (2013) dengan judul hubungan emosi dan frekuensi menyusui terhadap kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara emosi dengan kelancaran ASI (p = 0,019) dan ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI (p = 0,000). Menurut asumsi peneliti ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran asi, hal ini dikarenakan bahwa posisi dan pelekatan bayi pada saat menyusui sangat menentukan kelancaran ASI, apabila posisis dan pelekatan tidak baik maka proses pengeluaran ASI tidak lancar, sedangkan menyusui yang dijadwal dapat mempengaruhi proses kelancaran ASI. PENUTUP Kesimpulan 1. Dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang
melakukan teknik menyusui dengan baik di Wilayah Kerja 2. Dari 45 orang responden terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh 3. Ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Besar (p value = 0,018). Saran 1. Bagi ibu menyusui Diharapkan untuk lebih mengetahui bagaimana tehnik menyusui yang benar dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui. 2. Bagi Petugas Puskesmas Diharapkan untuk lebih meningkatkan penyuluhan konseling menyusui kepada ibuibu yang melahirkan tentang teknik menyusui yang benar untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Gartner L.M., Eidelman A.I. 2005. Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics, Khasanah, 2011. ASI atau Susu Formula Ya? Flash Book Notoatmodjo,2005 Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Novak & Broom, 2001. Maternal and Child Health Nursing. Missiouri: Mosby, Inc. Soetjiningsih, 2002. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Sulystyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: CV. Andi Offset. Sri purwanti, H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku saku untuk bidan, Jakarta: EGC