4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Minum Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna tidak mengandung mikroorganisme berbahaya, dan tidak mengandung logam berat (Anonim, 2002). Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut (Anonim, 2002). 1. Syarat fisik Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari hari cara mengenal air yang memenuhi pesyaratan fisik ini tidak sukar. 2. Syarat bakteriologis Air untuk keperluan air minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri yang patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan pemeriksaan sampel (contoh) air tersebut. 3. Syarat kimia Pada persyaratan kimia air yang sehat tidak boleh mengandung bahan-bahan inorganik (baik yang memiliki pengaruh langsung terhadap kesehatan maupun yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen), Bahan-bahan organik, pestisida, desinfektan dan hasil sampingannya.
5 B. Jenis Pengolahan Air Proses sanitasi air dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu (Widiyanti dan Ristianti, 2004) : 1. Sanitasi air yang paling sederhana dengan memanaskan air hingga titik didih. 2. Dengan klorinasi atau pencampuran kaporit ke dalam air. Konsentrasi sekitar 2 ppm cukup untuk membunuh bakteri. Penggunaan kaporit akan menimbulkan bau pada air dan untuk menghilangkannya diperlukan proses penyaringan dengan media karbon aktif. 3. Penggunaan senyawa perak. Alternatif ini jarang digunakan. Biasanya yang digunakan adalah perak nitrat, dengan mencampurkannya ke dalam air. Penggunaan ini biasanya untuk keadaan memaksa, misalnya tentara pada waktu perang atau petugas survei yang harus bekerja di tempat yang jauh dan tak ada air bersih. 4. Dengan ultraviolet. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Yang harus diperhatikan adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup. Untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 µw sec/cm² (micro watt detik per sentimeter persegi). Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup. Tidak ada residu atau hasil samping dari proses penyinaran dengan UV. Namun, agar efektif lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus telah melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).
6 5. Ozonisasi. Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut di sanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman. C. Depot air minum isi ulang Usaha industri yang melakukan proses pengolahan air menjadi air minum dan menjual secara langsung kepada konsumen di lokasi pengolahan. Depot air minum isi ulang hanya diperbolehkan menjual produknya secara langsung kepada konsumen di lokasi depot dengan cara mengisi wadah yang dibawa oleh konsumen atau disediakan depot (Anonim, 2004). Parameter cemaran mikroba yang digunakan pada penelitian ini adalah sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 (Anonim, 2009). Tabel 1. Batasan Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan Jenis makanan Jenis cemaran mikroba Batas maksimum Minuman, tidak termasuk produk susu ALT awal (30 C, 72 jam) 1x10 2 koloni/ml ALT akhir (30 C, 72 jam) 1x10 5 koloni/ml Air minum dalam kemasan APM Koliform < 2/100 ml Salmonella sp Pseudomonas aeruginosa negatif/100 ml negatif/ml (Anonim, 2009)
7 D. Angka Lempeng Total (ALT) Angka lempeng total yaitu perhitungan jumlah tidak berdasarkan kepada jenis, tetapi terhadap golongan atau kelompok besar mikroorganisme umum seperti bakteri, mikroalgae, ataupun kelompok bakteri terentu. ALT bakteri ditentukan berdasarkan penanaman bahan dalam jumlah dan pengenceran tertentu ke dalam media yang umum untuk bakteri (Suriawiria, 2003). Cara untuk menghitung jumlah koloni pada angka lempeng total menggunakan standar yang disebut dengan Standar plate count (Fardiaz, 1992) yaitu sebagai berikut: 1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 dan 300. 2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni yang besar di mana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni. 3. Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Untuk melaporkan suatu hasil analisa mikrobiologi digunakan suatu standar yang disebut standar plate count (SPC). Yang menjelaskan mengenai cara menghitung jumlah koloni suatu contoh. Data yang dilaporkan sebagai SPC harus mengikuti peraturan sebagai berikut: 1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama didepan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka yang ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5 harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka yang kedua. 2. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasil dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan besar pengenceran, tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
8 3. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan, menghasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung, misalnya dengan cara menghitung jumlah pada bagian cawan petri, kemudian hasilnya dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. 4. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan jumlah koloni antara 30 dan 300 dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan 2, tentukan rata-rata kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan pengencerannya. Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil. 5. Jika digunakan dua cawan petri atau duplo per pengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu. (Fardiaz, 1993) E. Metode Most Probable Number (MPN) Berbeda dengan metode hitungan cawan di mana digunakan medium padat, dalam metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, di mana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan, atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Ditentukan nilai MPN berdasarkan pada tabung-tabung pada uji duga yang positif. Setelah diketahui jumlah tabung yang positif, kemudian dicocokan dengan tabel MPN sehingga diperoleh angka MPN. Uji yang dilakukan memakai tabung tiga seri sehingga digunakan tabel MPN tiga seri juga.
9 F. Deskripsi Bakteri 1. Coliform Menurut Suriawiria (2003), bakteri bentuk koli dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan asal dan sifatnya, yaitu : a. Coli fecal : bakteri yang betul-betul berasal dari feses manusia seperti Escherichia coli. b. Coli non-fecal : bakteri yang bukan berasal dari feses manusia, tetapi mungkin berasal dari sumber lain seperti aerobacter dan klebsiella Bakteri jenis coli merupakan jasad indikator di dalam substrat air, bahan makanan, dan sebagainya. Golongan coli mempunyai ciri-ciri Gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, dan mampu memfermentasikan kaldu laktosa pada temperatur 37 C dengan membentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam (Suriawiria, 2003). 2. Salmonella sp. Berdasarkan taksonominya, Salmonella sp. dapat digolongkan sebagai berikut : Kingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Salmonella Spesies : Salmonella sp. Salmonella sp. merupakan bakteri Gram negatif yang tidak berspora dan berbentuk batang dimana mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sifat morfologi dan fisiologi dari jenis yang lain dalam famili Enterobacteriaceae. Salmonella sp. bersifat motil; menghasilkan asam dan gas dari glukosa, maltosa, mannitol, dan sorbitol; tidak dapat memfermentasikan laktosa, sukrosa, atau salisin; tidak membentuk indol, tidak mengkoagulasikan susu, dan tidak mencairkan gelatin. Salmonella
10 sp. bersifat parasit pada manusia dan hewan serta menyebabkan reaksi peradangan pada traktus intestinal. Menurut Nurwantoro (1999), ada dua macam penyakit utama pada manusia yang ditimbulkan oleh Salmonella sp. yaitu : a. Salmonellosis Salmonellosis menyebabkan gastroenritis (gangguan saluran pencernaan) akut. Penyababnya adalah Salmonella choleraesuis dan Salmonella enteriditis. Salmonellosis terjadi setelah waktu inkubasi 5 sampai 72 jam setelah memakan pangan yang mengandung bakteri Salmonella sp. Gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, mual, muntah, dan sakit kepala. b. Demam Tifus Demam tifus disebabkan oleh salmonella typhy dan salmonella paratyphi. Waktu inkubasi 7 sampai 21 hari, kemudian timbul gejala pansas tinggi, tidak buang air besar, kadang-kadang diare, permukaan lidah kotor dengan warna putih dan mulut terasa pahit. 3. Pseudomonas aeruginosa Berdasarkan taksonominya, Salmonella sp. dapat digolongkan sebagai berikut : Kingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Pseudomonadales Famili : Pseudomonadaceae Genus : Pseudomonas Spesies : Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aureginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di lingkungan yang lembab, Pseudomonas aeruginosa bergerak dan berbentuk batang, berukuran 0,6 x 2 µm. Bakteri ini gram negatif dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek. Tumbuh baik pada suhu 37 C-42 C.
11 Pertumbuhan pada suhu 42 C membedakan spesies ini dari jenis lain. Bakteri ini adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis pembenihan biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang manis menyerupai anggur membentuk koloni halus bulat dengan warna berfluoresensi kehijauan. Semua spesies Pseudomonas dapat tumbuh baik dalam sampel nutrient agar dan dalam kebanyakan media selektif seperti Eosin Methylen Blue (EMB) dan Mc Conkey Agar (Jawetz, 1996).