BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Arahan Presiden RI Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2015 Jakarta, 13 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup, dan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP BINSAR H SIMANJUNTAK DEPUTI POLHUKAM PMK, BPKP

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia. Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan menguraikan mengenai hal-hal yang melatar

PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI

Peran Strategis AAIPI dalam Meningkatkan Kapabilitas APIP

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

INSPEKTORAT MENJADI APIP YANG EFEKTIF

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

~PkPj) BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG GRAND DESIGNPENINGKATAN KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN


BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PEDOMAN TEKNIS PENINGKATAN KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH SECARA MANDIRI (SELF IMPROVEMENT)

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB I P E N D A H U L U A N

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

2016, No Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Keuangan, yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 42/PMK.01/2012 ten

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kementerian Keuangan adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB 1 INTRODUKSI. Bab 1 menguraikan tentang latar belakang riset dan rumusan masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

KOP UNIT APIP. Dengan ini kami sampaikan laporan hasil peningkatan kapabilitas APIP yang telah kami lakukan:

PENGAWASAN TAHUN 2015

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA


BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya kebutuhan audit tidak hanya terjadi pada sektor privat,

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

PEDOMAN TEKNIS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH. Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1633/K/JF/2011 Tanggal 27 Desember LEVEL 5 optimizing

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Entry Meeting Bimtek Kapabilitas APIP Ittama Setjen DPR RI. 8 Desember 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SOPPENG BUPATI SOPPENG,

2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. pada hierarki dan jenjang jabatan. Dalam tataran praktek, birokrasi seringkali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS GAMBARAN TUPOKSI SKPD INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PEMERINTAH KOTA BLITAR I N S P E K T O R A T Jl. Imam Bonjol No. 9 Telp (0342)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

PIAGAM AUDIT INTERNAL

Tugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan dan temuan penelitian pada bab

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. 1.1 Latar Belakang Visi reformasi birokrasi menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 adalah Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia. Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia, yaitu pemerintah yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat serta membentuk pemerintahan yang demokratis. Tujuan reformasi birokrasi pada area pengawasan yaitu meningkatnya penyelenggaraan pemerintah yang bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal tersebut mengamanatkan bahwa perwujudan peran aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) yang efektif sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 pasal 11 menjadi sangat penting. Untuk mendukung pemerintahan berkelas dunia, peran APIP di Indonesia harus berkelas dunia. Agar APIP di Indonesia berkelas dunia, diperlukan sebuah alat yang berkelas dunia, yaitu Internal Audit Capability Model (IA-CM) for sector public. IA-CM dikembangkan oleh lembaga riset asosiasi audit internal di 1

2 dunia yaitu (The Institute of Internal Auditor (IIA), 2009) Research Foundation (IIARF) pada tahun 2006--2009. Model IA-CM dibuat karena adanya kebutuhan terhadap suatu model yang dapat diterima secara umum bagi tata kelola sektor publik yang menekankan pentingnya audit internal. IA-CM merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk menilai dan sebagai panduan untuk meningkatkan kapabilitas suatu lembaga audit internal. Model penilaian menurut IA-CM dibagi menjadi lima tingkatan level kapabilitas sebagai berikut: 1. level 1 (Initial), APIP belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai peraturan dan belum dapat mencegah korupsi; 2. level 2 (Infrastructure), APIP mampu menjamin proses tata kelola sesuai dengan peraturan dan mampu mendeteksi terjadinya korupsi; 3. level 3 (Integrated), APIP mampu menilai efisiensi, efektivitas, keekonomisan suatu kegiatan dan mampu memberikan konsultasi pada tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian internal; 4. level 4 (Managed), APIP mampu memberikan assurance secara keseluruhan atas tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian internal; dan 5. level 5 (Optimizing), APIP menjadi agen perubahan. Model penilaian dengan menggunakan IA-CM telah digunakan oleh BPKP untuk pemetaan kapabilitas APIP di Indonesia pada tahun 2010. Hasil pemetaan diketahui bahwa 93% APIP masih berada pada level 1 (Initial), sedangkan sisanya 7% berada pada level 2 (Infrastructure). Hasil tersebut dijadikan dasar oleh BPKP untuk membuat sebuah pedoman yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala BPKP

3 Nomor: PER-1633/K/JF/2011 tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Internal Pemerintah. Level kapabilitas APIP di Indonesia yang masih rendah belum menjadi perhatian yang penting di lingkungan pemerintah. Level kapabilitas APIP yang rendah disampaikan oleh BPKP di dalam rapat koordinasi nasional (RAKORNAS) yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 Mei 2015 di Jakarta (Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2015). Hasil penilaian kapabilitas APIP yang dilakukan oleh BPKP pada tahun 2015 yaitu level 1, 85%; level 2, 14%; dan level 3, 1%. Terkait dengan hal itu, Presiden Joko Widodo menargetkan BPKP selaku pembina APIP untuk mengawal peningkatan level kapabilitas APIP di setiap Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/D) untuk berada pada level 3 dalam jangka waktu lima tahun ke depan (Pengarahan Presiden Republik Indonesia pada pembukaan RAKORNAS Pengawasan Internal Pemerintah, 2015). BPKP menindaklanjuti hal tersebut dengan menerbitkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Nomor 6 Tahun 2015 tentang Grand Design Peningkatan Kapabilitas APIP Tahun 2015--2019 dan Pedoman Teknis. Hasil penilaian oleh BPKP tentang level kapabilitas pemerintah pusat dan daerah tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.

4 Tabel 1.1 Kondisi Kapabilitas APIP Tahun 2014 APIP pusat APIP daerah APIP pusat dan daerah Level 1 64,91% 37 APIP 88,01% 367 APIP 85,23% 404 APIP Level 2 33,33% 19 APIP 11,99% 50 APIP 14,56% 69 APIP Level 3 1,75% 1 APIP 0% 0 APIP 0,21% 1 APIP Jumlah 57 APIP 417 APIP 474 APIP Sumber: RAKORNAS Pengawasan Internal Pemerintah, 2015 Keberadaan kapabilitas APIP saat ini sebagian besar masih berada pada level 1. Salah satu target indikator kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015--2019 bidang aparatur negara yaitu tingkat kapabilitas APIP berada pada level 3 pada tahun 2019 (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015). Hal tersebut mendorong APIP agar memiliki kesadaran diri untuk membangun dan meningkatkan level kapabilitas APIP untuk mencapai level 3 sesuai amanat yang diberikan Presiden Joko Widodo dan target RPJMN 2015-2019. Proses menaikkan tingkatan level ke level berikutnya diperlukan perbaikan dalam proses dan praktik pada setiap tahap. APIP daerah merupakan suatu lembaga pengawas di lingkungan pemerintah daerah. APIP daerah memiliki peran yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan pemerintah daerah dan perangkat daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah untuk mencapai tujuan dan sasaran. APIP daerah menjadi pilar yang mempunyai tugas sebagai pengawas sekaligus pengawal visi dan misi pemerintah daerah. Untuk menunjang pelaksanaan tugas APIP daerah dalam melakukan fungsi pengawasan agar dapat berjalan secara

5 maksimal, diperlukan srategi dari tiap-tiap APIP daerah demi optimalisasi tugas serta tanggung jawab. Oleh karena itu, peningkatan kapabilitas APIP menjadi sangat penting. Dengan peningkatan kapabilitas APIP akan memberikan dampak dalam menjalankan tugas APIP daerah secara maksimal untuk mengawal tercapainya visi dan misi pemerintah daerah. Peningkatan kapabilitas APIP merupakan satu aksi berkelanjutan dan mencakup beberapa tahapan di dalamnya. Proses peningkatan kapabilitas APIP dilakukan dengan berpedoman pada hasil penilaian mandiri (self assessment) tingkat kapabilitas APIP yang dilaksanakan oleh APIP itu sendiri dan sudah dilakukan validasi/pejaminan mutu (quality assurance) oleh BPKP Pusat maupun BPKP Perwakilan dengan mengacu kepada Pedoman Penjaminan Kualitas Kapabilitas APIP. Hasil validasi tersebut memberikan informasi capaian level kapabilitas APIP yang sebenarnya, area yang memerlukan perbaikan, serta langkah-langkah yang dilakukan untuk memperbaiki tingkat kapabilitas APIP. Perumusan rencana tindak peningkatan harus dilakukan tanpa menunggu penjaminan kualitas oleh BPKP. Berdasarkan hasil penilaian mandiri, unit APIP dapat melakukan sendiri peningkatan kapabilitas APIP dengan mendasarkan pada area of improvement. Perbaikan tersebut dapat berupa pemenuhan dokumen dan pelaksanaannya ataupun membentuk sistem dalam rangka pelaksanaan pengawasan internal. Langkah-langkah perbaikan kapabilitas APIP berpedoman pada pedoman teknis peningkatan kapabilitas APIP secara mandiri (self improvement).

6 Laporan hasil evaluasi penerapan tata kelola APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul berada pada level 2 penuh (LHE Inspektorat Kabupaten Bantul, 2015) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I. Yogyakarta) tahun 2014 berada pada level 2 dengan perbaikan (LHE Inspektorat D.I. Yogyakarta, 2015). Hasil level kapabilitas APIP tersebut menjadikan dasar bagi Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta untuk meningkatkan kapabilitas APIP menuju level 3 agar dapat dijadikan percontohan bagi inspektorat daerah lain. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan yang terjadi yaitu level kapabilitas APIP Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta belum berada pada level 3 sebagaimana amanat Presiden Joko Widodo dan target RPJMN 2015--2019. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut. 1. Mengapa level kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta belum berada di level 3? 2. Bagaimana strategi peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta menuju level 3? 3. Bagaimana perbandingan penerapan strategi peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta menuju level 3?

7 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab level 2 kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta. 2. Mengidentifikasi strategi peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta menuju level 3. 3. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan penerapan strategi peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta menuju level 3. 1.5 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis dan akademis sebagai berikut. 1. Kontribusi praktis a. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta dalam meningkatkan level kapabilitas APIP menuju level 3 sehingga Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta dapat melaksanakan perannya dalam menilai dan melaporkan tingkat efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan. b. Memberikan best practice dari Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta dalam meningkatkan kapabilitas APIP menuju level 3 yang dapat digunakan APIP lainnya untuk meningkatkan kapabilitas menuju level 3.

8 2. Kontribusi akademis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai tata kelola APIP yang baik dan dapat mendukung pemerintahan yang bersih, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas; BAB I : Pendahuluan. Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka. Bagian ini berisi landasan teori dan tinjauan pustaka yang terkait dengan peningkatan kapabilitas APIP yaitu: pengawasan internal meliputi pengertian pengawas internal, aparat pengawasan internal pemerintah; standar audit meliputi pengertian standar audit APIP, tujuan dan fungsi standar audit APIP, prinsip-prinsip dasar, standar umum, standar pelaksanaan audit internal, standar komunikasi audit internal; Internal Audit Capability Model (IA- CM) meliputi pengertian IA-CM, fungsi IA-CM, matriks IA-CM, manfaat IA-CM, prinsip-prinsip IA-CM, struktur IA-CM, tingkat kapabilitas; dan peningkatan kapabilitas APIP yang diatur dalam Peraturan KBPKP Nomor: PER-1633/K/JF/2011 meliputi

9 langkah-langkah untuk mencapai level 2 dan langkah-langkah untuk mencapai level 3. BAB III : Metode Penelitian. Bagian ini menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: konteks penelitian; rancangan penelitian; pengumpulan data yang terdiri atas wawancara dan dokumentasi; jenis data yang terdiri atas data primer dan sekunder; analisis dan interpretasi data; serta validitas dan reliabilitas data. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara mencari faktor-faktor penyebab posisi di level 2 Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta; mengonfirmasi realisasi dan action plan terhadap peningkatan kapabilitas APIP menuju level 3 pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta; membandingkan strategi peningkatan kapabilitas APIP menuju level 3 pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta pada elemen peran dan layanan APIP; manajemen SDM; praktik profesional; akuntabilitas dan manajemen kinerja; budaya dan hubungan organisasi; dan struktur tata kelola yang sudah dan akan dilaksanakan.

10 BAB V : Ringkasan, Kesimpulan, Keterbatasan, dan Rekomendasi. Bagian ini menjelaskan ringkasan penelitian serta kesimpulan dari penelitian, keterbatasan dalam melakukan penelitian, dan rekomendasi penelitian yang berhubungan dengan bab-bab sebelumnya.