BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. 1.1 Latar Belakang Visi reformasi birokrasi menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 adalah Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia. Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia, yaitu pemerintah yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat serta membentuk pemerintahan yang demokratis. Tujuan reformasi birokrasi pada area pengawasan yaitu meningkatnya penyelenggaraan pemerintah yang bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal tersebut mengamanatkan bahwa perwujudan peran aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) yang efektif sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 pasal 11 menjadi sangat penting. Untuk mendukung pemerintahan berkelas dunia, peran APIP di Indonesia harus berkelas dunia. Agar APIP di Indonesia berkelas dunia, diperlukan sebuah alat yang berkelas dunia, yaitu Internal Audit Capability Model (IA-CM) for sector public. IA-CM dikembangkan oleh lembaga riset asosiasi audit internal di 1
2 dunia yaitu (The Institute of Internal Auditor (IIA), 2009) Research Foundation (IIARF) pada tahun 2006--2009. Model IA-CM dibuat karena adanya kebutuhan terhadap suatu model yang dapat diterima secara umum bagi tata kelola sektor publik yang menekankan pentingnya audit internal. IA-CM merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk menilai dan sebagai panduan untuk meningkatkan kapabilitas suatu lembaga audit internal. Model penilaian menurut IA-CM dibagi menjadi lima tingkatan level kapabilitas sebagai berikut: 1. level 1 (Initial), APIP belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai peraturan dan belum dapat mencegah korupsi; 2. level 2 (Infrastructure), APIP mampu menjamin proses tata kelola sesuai dengan peraturan dan mampu mendeteksi terjadinya korupsi; 3. level 3 (Integrated), APIP mampu menilai efisiensi, efektivitas, keekonomisan suatu kegiatan dan mampu memberikan konsultasi pada tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian internal; 4. level 4 (Managed), APIP mampu memberikan assurance secara keseluruhan atas tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian internal; dan 5. level 5 (Optimizing), APIP menjadi agen perubahan. Model penilaian dengan menggunakan IA-CM telah digunakan oleh BPKP untuk pemetaan kapabilitas APIP di Indonesia pada tahun 2010. Hasil pemetaan diketahui bahwa 93% APIP masih berada pada level 1 (Initial), sedangkan sisanya 7% berada pada level 2 (Infrastructure). Hasil tersebut dijadikan dasar oleh BPKP untuk membuat sebuah pedoman yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala BPKP
3 Nomor: PER-1633/K/JF/2011 tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Internal Pemerintah. Level kapabilitas APIP di Indonesia yang masih rendah belum menjadi perhatian yang penting di lingkungan pemerintah. Level kapabilitas APIP yang rendah disampaikan oleh BPKP di dalam rapat koordinasi nasional (RAKORNAS) yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 13 Mei 2015 di Jakarta (Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2015). Hasil penilaian kapabilitas APIP yang dilakukan oleh BPKP pada tahun 2015 yaitu level 1, 85%; level 2, 14%; dan level 3, 1%. Terkait dengan hal itu, Presiden Joko Widodo menargetkan BPKP selaku pembina APIP untuk mengawal peningkatan level kapabilitas APIP di setiap Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/D) untuk berada pada level 3 dalam jangka waktu lima tahun ke depan (Pengarahan Presiden Republik Indonesia pada pembukaan RAKORNAS Pengawasan Internal Pemerintah, 2015). BPKP menindaklanjuti hal tersebut dengan menerbitkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Nomor 6 Tahun 2015 tentang Grand Design Peningkatan Kapabilitas APIP Tahun 2015--2019 dan Pedoman Teknis. Hasil penilaian oleh BPKP tentang level kapabilitas pemerintah pusat dan daerah tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.
4 Tabel 1.1 Kondisi Kapabilitas APIP Tahun 2014 APIP pusat APIP daerah APIP pusat dan daerah Level 1 64,91% 37 APIP 88,01% 367 APIP 85,23% 404 APIP Level 2 33,33% 19 APIP 11,99% 50 APIP 14,56% 69 APIP Level 3 1,75% 1 APIP 0% 0 APIP 0,21% 1 APIP Jumlah 57 APIP 417 APIP 474 APIP Sumber: RAKORNAS Pengawasan Internal Pemerintah, 2015 Keberadaan kapabilitas APIP saat ini sebagian besar masih berada pada level 1. Salah satu target indikator kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015--2019 bidang aparatur negara yaitu tingkat kapabilitas APIP berada pada level 3 pada tahun 2019 (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015). Hal tersebut mendorong APIP agar memiliki kesadaran diri untuk membangun dan meningkatkan level kapabilitas APIP untuk mencapai level 3 sesuai amanat yang diberikan Presiden Joko Widodo dan target RPJMN 2015-2019. Proses menaikkan tingkatan level ke level berikutnya diperlukan perbaikan dalam proses dan praktik pada setiap tahap. APIP daerah merupakan suatu lembaga pengawas di lingkungan pemerintah daerah. APIP daerah memiliki peran yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan pemerintah daerah dan perangkat daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah untuk mencapai tujuan dan sasaran. APIP daerah menjadi pilar yang mempunyai tugas sebagai pengawas sekaligus pengawal visi dan misi pemerintah daerah. Untuk menunjang pelaksanaan tugas APIP daerah dalam melakukan fungsi pengawasan agar dapat berjalan secara
5 maksimal, diperlukan srategi dari tiap-tiap APIP daerah demi optimalisasi tugas serta tanggung jawab. Oleh karena itu, peningkatan kapabilitas APIP menjadi sangat penting. Dengan peningkatan kapabilitas APIP akan memberikan dampak dalam menjalankan tugas APIP daerah secara maksimal untuk mengawal tercapainya visi dan misi pemerintah daerah. Peningkatan kapabilitas APIP merupakan satu aksi berkelanjutan dan mencakup beberapa tahapan di dalamnya. Proses peningkatan kapabilitas APIP dilakukan dengan berpedoman pada hasil penilaian mandiri (self assessment) tingkat kapabilitas APIP yang dilaksanakan oleh APIP itu sendiri dan sudah dilakukan validasi/pejaminan mutu (quality assurance) oleh BPKP Pusat maupun BPKP Perwakilan dengan mengacu kepada Pedoman Penjaminan Kualitas Kapabilitas APIP. Hasil validasi tersebut memberikan informasi capaian level kapabilitas APIP yang sebenarnya, area yang memerlukan perbaikan, serta langkah-langkah yang dilakukan untuk memperbaiki tingkat kapabilitas APIP. Perumusan rencana tindak peningkatan harus dilakukan tanpa menunggu penjaminan kualitas oleh BPKP. Berdasarkan hasil penilaian mandiri, unit APIP dapat melakukan sendiri peningkatan kapabilitas APIP dengan mendasarkan pada area of improvement. Perbaikan tersebut dapat berupa pemenuhan dokumen dan pelaksanaannya ataupun membentuk sistem dalam rangka pelaksanaan pengawasan internal. Langkah-langkah perbaikan kapabilitas APIP berpedoman pada pedoman teknis peningkatan kapabilitas APIP secara mandiri (self improvement).
6 Laporan hasil evaluasi penerapan tata kelola APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul berada pada level 2 penuh (LHE Inspektorat Kabupaten Bantul, 2015) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I. Yogyakarta) tahun 2014 berada pada level 2 dengan perbaikan (LHE Inspektorat D.I. Yogyakarta, 2015). Hasil level kapabilitas APIP tersebut menjadikan dasar bagi Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta untuk meningkatkan kapabilitas APIP menuju level 3 agar dapat dijadikan percontohan bagi inspektorat daerah lain. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan yang terjadi yaitu level kapabilitas APIP Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta belum berada pada level 3 sebagaimana amanat Presiden Joko Widodo dan target RPJMN 2015--2019. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut. 1. Mengapa level kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta belum berada di level 3? 2. Bagaimana strategi peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta menuju level 3? 3. Bagaimana perbandingan penerapan strategi peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta menuju level 3?
7 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab level 2 kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta. 2. Mengidentifikasi strategi peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta menuju level 3. 3. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan penerapan strategi peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta menuju level 3. 1.5 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis dan akademis sebagai berikut. 1. Kontribusi praktis a. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta dalam meningkatkan level kapabilitas APIP menuju level 3 sehingga Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta dapat melaksanakan perannya dalam menilai dan melaporkan tingkat efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan. b. Memberikan best practice dari Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta dalam meningkatkan kapabilitas APIP menuju level 3 yang dapat digunakan APIP lainnya untuk meningkatkan kapabilitas menuju level 3.
8 2. Kontribusi akademis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai tata kelola APIP yang baik dan dapat mendukung pemerintahan yang bersih, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas; BAB I : Pendahuluan. Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka. Bagian ini berisi landasan teori dan tinjauan pustaka yang terkait dengan peningkatan kapabilitas APIP yaitu: pengawasan internal meliputi pengertian pengawas internal, aparat pengawasan internal pemerintah; standar audit meliputi pengertian standar audit APIP, tujuan dan fungsi standar audit APIP, prinsip-prinsip dasar, standar umum, standar pelaksanaan audit internal, standar komunikasi audit internal; Internal Audit Capability Model (IA- CM) meliputi pengertian IA-CM, fungsi IA-CM, matriks IA-CM, manfaat IA-CM, prinsip-prinsip IA-CM, struktur IA-CM, tingkat kapabilitas; dan peningkatan kapabilitas APIP yang diatur dalam Peraturan KBPKP Nomor: PER-1633/K/JF/2011 meliputi
9 langkah-langkah untuk mencapai level 2 dan langkah-langkah untuk mencapai level 3. BAB III : Metode Penelitian. Bagian ini menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: konteks penelitian; rancangan penelitian; pengumpulan data yang terdiri atas wawancara dan dokumentasi; jenis data yang terdiri atas data primer dan sekunder; analisis dan interpretasi data; serta validitas dan reliabilitas data. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara mencari faktor-faktor penyebab posisi di level 2 Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta; mengonfirmasi realisasi dan action plan terhadap peningkatan kapabilitas APIP menuju level 3 pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta; membandingkan strategi peningkatan kapabilitas APIP menuju level 3 pada Inspektorat Kabupaten Bantul dan D.I. Yogyakarta pada elemen peran dan layanan APIP; manajemen SDM; praktik profesional; akuntabilitas dan manajemen kinerja; budaya dan hubungan organisasi; dan struktur tata kelola yang sudah dan akan dilaksanakan.
10 BAB V : Ringkasan, Kesimpulan, Keterbatasan, dan Rekomendasi. Bagian ini menjelaskan ringkasan penelitian serta kesimpulan dari penelitian, keterbatasan dalam melakukan penelitian, dan rekomendasi penelitian yang berhubungan dengan bab-bab sebelumnya.