BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laserasi perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu proses persalinan. Persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, versi ekstraksi, kristeller (dorongan pada fundus uteri) dan episiotomi dapat menyebabkan robekan jalan lahir. Laserasi perineum dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat laserasi yaitu derajat I, derajat II, derajat III dan derajat IV. Perdarahan postpartum sering terjadi pada laserasi perineum derajat I dan II. Namun pada laserasi derajat I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. National Hospital Discharge Survey (1997) melaporkan bahwa di Amerika Serikat angka morbiditas ibu hamil dan bersalin diantaranya adalah komplikasi kebidanan (3,6%), toksemia gravidarum (5,8%), trauma kebidanan meliputi laserasi jalan lahir dan hematom (5,0%) dan laserasi perineum (1,7%) serta trauma lainnya (3,9%). Sedangkan angka morbiditas lainnya meliputi macam-macam infeksi dan penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan dan nifas (Friedman, 2003) Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (Ruptura Uteri). Robekan jalan lahir
banyak dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan risiko rendah mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) maupun perinatal (Manuaba, 1998). Departemen Kesehatan RI (2009) melaporkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 117,02/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Semarang sebesar 85,47/100.000 kelahiran hidup. AKI disebabkan perdarahan (21,05%), infeksi (0%), eklamsi (36,8%), dan lain-lain (42,1%) (Depkes RI, 2010) Laserasi perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor janin, dan faktor penolong. Faktor maternal meliputi perineum yang rapuh dan oedema, primigravida, kesempitan pintu bawah panggul, kelenturan jalan lahir, mengejan terlalu kuat, partus presipitatus, persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, versi ekstraksi dan embriotomi, varikosa pada pelvis maupun jaringan parut pada perineum dan vagina. Faktor janin meliputi janin besar, posisi abnormal seperti oksipitoposterior, presentasi muka, presentasi dahi, presentasi bokong, distosia bahu dan anomali kongenital seperti hidrosefalus. Faktor penolong meliputi cara memimpin mengejan, cara berkomunikasi dengan ibu, ketrampilan menahan perineum pada saat ekspulsi kepala, episiotomi dan posisi meneran (Mochtar, 1998, Siswosudarmo & Emilia, 2008).
Pusposari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan berat badan janin dengan terjadinya laserasi perineum pada proses persalinan di Puskesmas Srondol Semarang menyebutkan ibu yang melahirkan bayi >3000 gram lebih banyak (35,5%) mengalami laserasi perineum daripada ibu yang melahirkan bayi < = 3000 gram (32,9%). Penelitian Ruliati (2010) yang berjudul pengaruh pijat perineum pada kehamilan terhadap kejadian ruptur perineum pada persalinan di Bidan Praktek Swasta BPS Siswati dan BPS Siti Zulaikah Jombang, mengatakan pada kelompok yang diberikan intevensi pijat perineum : primigravida tidak mengalami ruptur sebanyak 44,4%, ruptur derajat I 55,6%, sedangkan pada multigravida tidak mengalami ruptur perineum sebanyak 55,6%, ruptur derajat I sebanyak 44,4%. Pada kelompok kontrol : primigravida yang tidak mengalami ruptur perineum sebanyak 22,2%, ruptur perineum derajat I sebanyak 22,2%, dan ruptur perineum derajat II sebanyak 55,6%. Sedangkan untuk multigravida yang tidak mengalami ruptur perineum sebanyak 11,1%, 33,3% mengalami ruptur perineum derajat I, dan 55,6% dengan ruptur perineum derajat II. Berdasarkan hasil penelitian Licha (2009) yang berjudul pengaruh senam hamil pada kehamilan trimester III terhadap robekan perineum ibu inpartu kala II di BPS wilayah Puskesmas Sumber Pucung Malang menunjukkan bahwa 73,3% ibu bersalin yang teratur melakukan senam hamil 66,7% tidak mengalami robekan perineum sedangkan ibu bersalin
26,7% yang tidak teratur melakukan senam hamil dengan kejadian robekan perineum 26,7%. Lahirnya anak tidak akan datang begitu saja, tetapi memerlukan persiapan-persiapan, diantaranya : persiapan fisik, persiapan mental, dan persiapan materi, agar kelahiran anak berjalan dengan lancar serta ibu dan anak selamat. Senam yang dilakukan ibu hamil merupakan salah satu persiapan fisik dalam menghadapi persalinan. Senam ibu hamil yang dilakukan secara rutin sangat membantu kelancaran dalam proses persalinan. Salah satu bentuk senam yang mempunyai manfaat besar bagi ibu hamil adalah senam kegel. Senam kegel adalah senam untuk menguatkan otot panggul yang ditemukan oleh Dr. Arnold Kegel. Otot panggul atau PC (Pubococcygeal Muscle) adalah otot yang melekat pada tulang-tulang panggul seperti ayunan dan berperan menggerakkan organ-organ dalam panggul yaitu rahim, kantong kemih dan usus (Widianti & Proverawati, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan di Bidan Praktek Swasta (BPS) Ny. Yohana Triani Ratnawati, S.SiT daerah Bandarharjo Semarang pada tanggal 28 April 2011, hasil pemantauan persalinan dengan menggunakan partograf menunjukkan bahwa dari 60% ibu bersalin yang mengalami laserasi perineum dan 66,7% diantaranya adalah primipara. Setelah dilakukan wawancara dengan ketiga ibu bersalin yang mengalami laserasi perineum ternyata selama hamil tidak melakukan senam kegel. Dari hasil
observasi menunjukkan bahwa laserasi perineum mayoritas dialami oleh primipara yang tidak melakukan senam kegel. Senam kegel memang belum familiar digunakan untuk wanita hamil, dan lebih sering digunakan pada pasca persalinan, namun melihat data diatas dan besarnya manfaat senam kegel pada ibu hamil, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh senam kegel terhadap terjadinya laserasi perineum pada primipara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut Apakah ada pengaruh senam kegel terhadap terjadinya laserasi perineum pada primipara? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh senam kegel terhadap kejadian laserasi perineum pada primipara. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi senam kegel pada ibu hamil. b. Mengidentifikasi kejadian laserasi perineum pada ibu melahirkan. c. Menganalisis pengaruh senam kegel terhadap kejadian laserasi perineum.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Tenaga Kesehatan Dengan adanya penelitian ini, tenaga kesehatan dapat meminimalisir terjadinya laserasi perineum pada proses persalinan dengan senam kegel. 2. Bagi Institusi Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan dalam proses pembelajaran. Dan terjadi referensi pada penelitian selanjutnya. 3. Bagi Peneliti Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah informasi dan pengalaman untuk mengatasi masalah laserasi perineum. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun 1 Hubungan berat badan janin dengan terjadinya laserasi perineum pada proses persalinan, Dwi Mayang Pusposari, 2010 Sasaran 76 ibu bersalin terdiri atas 38 kelompok kasus dan 38 kelompok kontrol yang bersalin di Puskesmas Srondol Semarang selama tahun 2009 Variabel yang diteliti -Variabel Independen : Berat badan janin - Variabel Dependen : Laserasi Perineum Metode Case control study Hasil ibu yang melahirkan bayi >3000 gram lebih banyak (35,5%) mengalami laserasi perineum daripada ibu yang melahirkan bayi < = 3000 gram (32,9%)
2 Pengaruh kegel exercise terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin (inkontinensia urin) pada lansia, Erika Nurwidiyanti, 2008 15 orang wanita usia lanjut dari Posyandu Lansia Dusun Mangir Tengah Kelurahan Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul tahun 2008, yang berusia lebih dari 45 tahun. -Variabel Independen : Kegel exercise -Variabel Dependen : Inkontinensi a urin Praeksper imen dengan rancanga n one group pretest posttest Hasil penelitian menunjukkan bahwa keteraturan melakukan kegel exercise mempunyai pengaruh yang signifikan dengan p sebesar 0,002 terhadap inkontinensia urin pada usia lanjut, khususnya untuk gangguan kencing tidak dapat dihentikan pada saat berkemih dengan p signifikan sebesar 0,005 dan kesulitan menahan buang air kecil dengan p signifikan sebesar 0,059. Penelitian sekarang berjudul Pengaruh senam kegel terhadap terjadinya laserasi perineum pada primipara. Pada penelitian sekarang sampelnya adalah ibu bersalin, pada penelitian sebelumnya sampel yang diambil adalah ibu bersalin dan wanita usia lanjut. Pada penelitian sekarang menggunakan skala nominal dan skala ordinal. Dengan metode rancangan penelitian praeksperimen dengan pendekatan static group comparison.