GATI ANNISA HAYU, ST, MT, MSc STRUKTUR BETON 2 SYARAT PENDETAILAN

dokumen-dokumen yang mirip
Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN BALOK KOLOM

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. dan SNI 1726, berikut kombinasi kuat perlu yang digunakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

T I N J A U A N P U S T A K A

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

Perhitungan Penulangan Kolom Suatu kolom portal beton bertulang, yang juga berfungsi menahan beban lateral, dengan dimensi seperti gambar :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

Struktur Beton Bertulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PEMBESIAN KOLOM BETON

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

ANALISIS HUBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD-BALAI KOTA DKI JAKARTA

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

B A B I I TINJAUAN PUSTAKA. getaran elastis yang dipancarkan ke segala arah dari titik runtuh (rupture point).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN. Adapun data-data yang didapat untuk melakukan perencanaan struktur. a. Gambar arsitektur (gambar potongan dan denah)

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

KOLOM (ANALISA KOLOM LANGSING) Winda Tri W, ST,MT

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

BAB II DASAR-DASAR PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

STUDI PERILAKU PENGARUH EFEK PENGEKANGAN PADA KOLOM CONCRETE FILLED STEEL TUBE AKIBAT PEMASANGAN CROSS TIE

BAB VIII PERENCANAAN JOINT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB II DASAR-DASAR PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen struktur yang harus diperhatikan. penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB I. penting. efek yang. tekan beton. lebih besar. Diilustrasikan I-1.

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN SEMBILAN LANTAI DI YOGYAKARTA. Oleh : PRISKA HITA ERTIANA NPM. :

BAB I PENDAHULUAN. runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,1996).

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton

TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG DUAL SYSTEM 22 LANTAI DENGAN OPTIMASI KETINGGIAN SHEAR WALL

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

Transkripsi:

GATI ANNISA HAYU, ST, MT, MSc STRUKTUR BETON 2 SYARAT PENDETAILAN

SISTEM STRUKTUR

SRPMB (Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa) Sistem untuk WG 1 dan 2 (Risiko gempa rendah) SRPMM (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah) Sistem untuk WG 3 dan 4 (Risiko gempa menengah) SRPMM (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah) Sistem untuk WG 5 dan 6 (Risiko gempa tinggi)

SYARAT PENDETAILAN

Beban gempa nominal ( Vn ) yang ditentukan oleh SNI 1726 merupakan sebagian dari beban gempa sesungguhnya ( Ve = Gempa Rencana ) yang mungkin dialami oleh suatu struktur elastis. Pembebanan pada struktur gedung hanya sebesar Vn ini menganut suatu filosofi yang memandang tidak ekonomis untuk mendesain struktur secara elastis dengan beban Ve, namun demikian diharapkan struktur tersebut boleh rusak tapi tak boleh runtuh. Untuk itu struktur harus diditail secara tepat agar kelebihan energi gempa itu dapat diserap oleh struktur yang bersangkutan dalam bentuk deformasi plastis. Menurut SNI 2847 Pasal 23.2, tingkat resiko gempa (RG) dibedakan dalam rendah, menengah dan tinggi. Resiko gempa ini ditentukan berdasarkan probabilitas sama akan resiko kerusakan, dan ini dihubungkan dengan intensitas gerakan tanah yang terjadi di berbagai Wilayah Gempa (WG) Secara umum dapat dikatakan, intensitas penditailan akan makin ketat pada tingkat resiko gempa yang makin tinggi

WG 1 dan 2 (Risiko Gempa Rendah) Tidak ada syarat khusus pendetailan (ketentuan umum dianggap dapat menjamin daktilitas untuk intensitas gempa rendah) Beberapa ketentuan yang menambah daktilitas agar tahan beban gempa atau beban yang tidak biasa adalah misalkan : Pasal 14.11.(2) : Ketentuan penjangkaran tulangan momen positip. Pasal 13.11.(2) : Ketentuan pemasangan begel pada hubungan balok kolom. Pasal 13.5. (5) : Ketentuan pemakaian tulangan geser minimum. Pasal 14 : Ketentuan panjangkaran tulangan dan detail sambungan lewatan. Pasal 9. 8 : Ketentuan detail tulangan khusus untuk kolom.

WG 3 dan 4 (Risiko Gempa Menengah) Struktur beton bertulang yang berada di WG 3 & 4 harus memenuhi persyaratan pendetailan menengah seperti dicatat di kolom 3 Tabel 6.1 s/d 6.5. Dengan persyaratan ini struktur akan memiliki perilaku cukup inelastic untuk menyerap beban gempa dengan RG Menengah. SNI 2847 menegaskan bahwa pengenaan penditailan tambahan untuk struktur yang berada di lokasi RG Menengah tergantung pada jenis system struktur yang dipakai.

Perlu diingat, bila memakai System Penahan Beban lateral (SPBL) berupa SRPM, penditailan moderat/menengah harus tetap diadakan walaupun besar kombinasi beban gempa tidak menentukan (misalkan gravity load dominated frame). Ini untuk menjamin pada SRPM memiliki minimum daktilitas, karena SRPM itu adalah satu satunya sistem yang menahan efek dari gempa itu. Pendetailan menengah pada system rangka-dinding geser tergantung pada bagaimana beban gempa itu dikenakan pada rangka dan dinding geser tersebut. Bila beban gempa sepenuhnya dibebankan pada dinding geser maka pada rangka cukup dikenai Pasal 23.9 yaitu ketentuan untuk komponen struktur non SPBL. Bila rangka-dinding geser bekerja sebagai Sistem Ganda, maka pendetailan menengah hanya dikenakan pada rangka dari System Ganda tersebut.

WG 5 dan 6 (Risiko Gempa Tinggi) Untuk struktur beton bertulang yang berada di wilayah dengan RG Tinggi (kerusakan merupakan resiko utama), maka semua komponen struktur harus memenuhi syarat perencanaan dan pendetailan dari Pasal 23 (kecuali Pasal 23.10), seperti yang tercatat di kolom 2 Tabel 6.1 sampai dengan Tabel 6.5. Bila oleh satu dan lain hal ada bagian bagian yang tidak masuk dalam SPBL, maka bagian bagian tadi masih harus memenuhi Pasal 23.9. Ketentuan khusus pada Pasal 23 dimaksud membuat struktur beton bertulang monolit dengan daktilitas secukupnya untuk merespon secara inelastic pada gerakan gempa tinggi. Perlu dicatat, system beton pracetak boleh dipakai asalkan memenuhi syarat UBC Pasal 1921.2.1.6 dan 1921.2.1.7.

Berlaku SNI 2847 Pasal Resiko Gempa Wilayah Gempa 3 s/d 20 Syarat Umum 3 s/d 20 + 23.10 Syarat Moderat 3 s/d 20 + 23.2 s/d 8 Syarat Khusus Rendah 1 & 2 Rangka Balok Kolom atau Rangka Plat Kolom, dan Dinding Struktur ----- ----- Menengah 3 & 4 Dinding Geser Rangka Balok-Kolom dan Rangka Plat kolom ----- Tinggi 5 & 6 ----- ----- Rangka Balok Kolom, Dinding Struktur by aman 10

PERSYARATAN PENDETAIAN KOMPONEN SISTEM STRUKTUR BETON

TUJUAN PENDETAILAN Tujuan untuk mencapai intergritas struktur yang berprilaku inelastis karena struktur dibebani sebagian beban gempa rencana, selebihnya beban gempa disebarkan dan diserap oleh struktur tersebut untuk berdeformasi secara inelastis yang mengindikasikan terjadi kerusakan pada sebagian komponen struktur. Dapat menahan beban bolak balik. Untuk ini struktur WG 3,4 ( menengah) dan 5, 6 ( tinggi) didetail sesuai pasal 23.

KOMPONEN LENTUR Komponen kolom beban aksial < Ag*fc /10 dianggap lentur. Komponen lentur memenuhi pasal 23.3.1.1 s/ pasal 23.3.1.4

KOMPONEN LENTUR 1. Penulangan lentur (1) Pada setiap irisan penampang komponen struktur lentur, kecuali sebagaimana yang ditentukan jumlah tulangan dan tidak boleh kurang dari 1,4bwd/fy, dan rasio tulangan ρ tidak boleh melebihi 0,025. Sekurang-kurangnya harus ada dua batang tulangan atas dan dua batang tulangan bawah yang dipasang secara menerus. (2) Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak boleh lebih kecil dari setengah kuat lentur negatifnya pada muka tersebut. Baik kuat lentur negatif maupun kuat lentur positif pada setiap penampang di sepanjang bentang tidak boleh kurang dari seperempat kuat lentur terbesar yang disediakan pada kedua muka kolom tersebut.

(23.3.2.2) Srarat penulangan longitudinal (23.3.2.2) (23.3.2.1) Menjamin daktilitas (23.3.2.1) by Aman 15

KOMPONEN LENTUR 2. Sambungan Lewatan SL diletakkan diluar sendi plastis SL lebih besar dari 2d dan terletak diluar HBK Bila ada SL, maka didesain sebagai SL tarik dan harus dikekang sebaik-baiknya Jarak sengkang s<d/4 atau 100 mm Sambungan lewatan pada tulangan lentur hanya diizinkan jika ada tulangan spiral atau sengkang tertutup yang mengikat bagian sambungan lewatan tersebut. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan: (a) pada daerah hubungan balok-kolom (b) pada daerah hingga jarak dua kali tinggi balok dari muka kolom, dan (c) pada tempat-tempat yang berdasarkan analisis, memperlihatkan kemungkinan terjadinya leleh lentur akibat perpindahan lateral inelastis struktur rangka. Sambungan mekanis harus sesuai SNI 03-2847-02. Pasal 23.2(6) dan sambungan las harus sesuai SNI 03-2847-02. Pasal 23.2(7(1)).

Daerah sendi plastis Pasal 21.3.3.3 Pasal 22.3.2.4 Syarat sengkang daktail by Aman 17

KOMPONEN LENTUR 2. Tulangan Pengekang / Transversal Harus ada di ujung-ujung yang memungkikan terjadi sendi plastis untuk menjamin daktiitasya Perlu dipasang untuk menahan gaya geser dan menghindarkan tulangan utama menekuk Sengkang tertutup harus dipasang pada komponen struktur pada daerah-daerah di bawah ini: a) Pada daerah hingga dua kali tinggi balok diukur dari muka tumpuan ke arah tengah bentang, di kedua ujung komponen struktur lentur. b) Di sepanjang daerah dua kali tinggi balok pada kedua sisi dari suatu penampang dimana leleh lentur diharapkan dapat terjadi sehubungan dengan terjadinya deformasi inelastik struktur rangka. Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mm dari muka tumpuan. Jarak maksimum antara sengkang tertutup tidak boleh melebihi (a) d/4, (b) delapan kali diameter terkecil tulangan memanjang, (c) 24 kali diameter batang tulangan sengkang tertutup, dan (d) 300 mm. Pada daerah yang memerlukan sengkang tertutup, tulangan memanjang pada perimeter harus mempunyai pendukung lateral sesuai SNI 03-2847-02. Pasal 9.10(5(3)). Pada daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup, sengkang dengan kait gempa pada kedua ujungnya harus dipasang dengan spasi tidak lebih dari d/2 di sepanjang bentang komponen struktur ini. Lihat SNI 03-2847-02. Gambar 40. Sengkang atau sengkang ikat yang diperlukan untuk memikul geser harus dipasang di sepanjang komponen struktur seperti ditentukan pada SNI 03-2847-02. Pasal 23.3(3), 23.4(4), dan 23.5(2). Sengkang tertutup dalam komponen struktur lentur diperbolehkan terdiri dari dua unit tulangan, yaitu: sebuah sengkang dengan kait gempa pada kedua ujung dan ditutup oleh pengikat silang. Pada pengikat silang yang berurutan yang mengikat tulangan memanjang yang sama, kait 90 derajatnya harus dipasang secara berselangseling. Jika tulangan memanjang yang diberi pengikat silang dikekang oleh pelat lantai hanya pada satu sisi saja maka kait 90 derajatnya harus dipasang pada sisi yang dikekang.

Syarat daktilitas tulangan geser (23.3.3.2) Diluar sendi plastis 23.3.3.4 by Aman 19

Umum WG (5,6) Pasal 23.3.1 Komponen lentur SRPM harus memenuhi : Beban aksial tekan Ag f c /10 b w /h 0.30 bentang bersih 4 b w 250 mm WG(3,4) Pasal 23.8.2 Beban aksial berfaktor A g f c /10 by Aman 21

by Aman 22

by Aman 23

KOMPONEN TERKENA BEBAN LENTUR DAN AKSIAL Persyaratan ini berlaku khas untuk kolom dari suatu rangka dan komponen lentur lainnya yang terkena beban aksial berfaktor : Pu>Ag f c/10

KOMPONEN TERKENA BEBAN LENTUR DAN AKSIAL 1. Persyaratan Kuat Lentur Kolom harus diberi kekuatan cukup agar tidak leleh dulu sebelum balok Goyangan lateral memungkinan terjadinya sendi plastis di kolom dan berakbat kerusakan berat. Dalam HBK, kolom didesain 20% lebih kuat dari balok-baloknya. Untuk WG 5 dan 6, rasio tulanga diturunkan dari 8% ke 6% untuk mengurangi hasil pengecoran yang kurang baik.

Syarat balok leleh dulu dari kolom ( 23.4.2) Hasil diagram interaktif dgn fs=fy dan Pu minimum Pakai fs=fy pada tulangan terpasang by Aman 26

KOMPONEN TERKENA BEBAN LENTUR DAN AKSIAL 2. Sambunan Lewatan SL tidak bleh diletakkan di lo karena akan terjadi pengelupasan dan tegangan tinggi. Diletakkan di tengah tinggi kolom. Sambungan harus didesain sebagai sambungan tarik dan dikekang oleh tulangan transersal.

Tulangan geser HBK Pakai tulangan tranversal atau tulangan geser (23.4.4.4) Harus ditengah-tengah hi 23.4.3.2. SAmb mekanikal, las sesuai 23.2.6 by Aman 28

KOMPONEN TERKENA BEBAN LENTUR DAN AKSIAL 3. Tulangan Transversal (TT) Ujung kolom perlu TT untuk mencegah kegagalan geser sebem penampang mencapai kapasias lentur dan mencegah tekuk pada tulangan utama Untuk WG 5 dan 6, harus berupa spiral atau hoops buat atau hoops persegi Untuk DS, TT dipasang sepanjang kolom penuh dan hars dterukan sedikitnya sama dengan panjang penyaura tulangan longitudinal kolom yag masuk DS TT harus membungkus tulangan memanjang kolom yang masuk ke pondasi sekitar 300 mm

23.4.4.4 23.4.4.1 23.4.4.1 Menjamin daktilitas kolom by Aman 30

s harus 75 mm 25 atau 34 mm (ukuran max agg) by Aman 31

Menjamin daktilitas kolom by Aman 32

by Aman 33

by Aman 34

by Aman 35

by Aman 36

HUBUNGAN BALOK KOLOM Integritas SRPM sangat tergantung pada HBK Degradasi HBK akan meneyebabkan deformasi yang besar pada struktur WG 5 dan 6 menuntun adanya pendetailan khusus. WG 3 dan 4 tidak ada syarat pendetalan, namun alangkah lebih baik kalo didetailkan seperti WG 5 dan 6

1. Penulangan Memanjang HUBUNGAN BALOK KOLOM Harus menerus menembus HBK dan dijangkar sebagai batang tarik dan tekan dengan panjang penyaluran dalam suatu inti kolom tertekan. Lekatan tulangan dan beton tidak boleh slip, karena akan menambah rotasi HBK. Gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok di muka hubungan balok-kolom harus ditentukan dengan menganggap bahwa tegangan pada tulangan tarik lentur adalah 1,25fy. Kuat hubungan balok-kolom harus direncanakan menggunakan faktor reduksi kekuatan sesuai dengan SNI 03-2847-02. Pasal 11.3. Tulangan longitudinal balok yang berhenti pada suatu kolom harus diteruskan hingga mencapai sisi jauh dari inti kolom terkekang dan diangkur sesuai dengan SNI 03-2847-02. Pasal 23.5(4) untuk tulangan tarik dan pasal 14 untuk tulangan tekan. Bila tulangan longitudinal balok diteruskan hingga melewati hubungan balok-kolom, dimensi kolom dalam arah paralel terhadap tulangan longitudinal balok tidak boleh kurang daripada 20 kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok untuk beton berat normal. Bila digunakan beton ringan maka dimensi tersebut tidak boleh kurang daripada 26 kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok

2. Kuat Geser HUBUNGAN BALOK KOLOM Kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar daripada ketentuan berikut ini untuk beton berat normal: Untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat sisinya 1,7 f'c^0.5 A j Untuk hubungan yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua sisi yang berlawanan... 1,25 f c^0.5 A j Untuk hubungan lainnya... 1,0 f'c^0.5 A j Suatu balok yang merangka pada suatu hubungan balok-kolom dianggap memberikan kekangan bila setidaknya-tidaknya tiga per empat bidang muka hubungan balok-kolom tersebut tertutupi oleh balok yang merangka tersebut. Hubungan balok-kolom dapat dianggap terkekang bila ada empat balok yang merangka pada keempat sisi hubungan balok-kolom tersebut. Untuk beton ringan, kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar daripada tiga per empat nilai-nilai yang diberikan pada SNI 03-2847-02 Pasal 23.5(3(1)). Bila kapasitas HB kurang besar maka yang bisa dimodifikasi hanyalah f c dan ukuran komponen (syarat penulangan inimum terpenuhi) Makin besar gaya tarik tulangan, makin besar pua gaya geser horizontal di HBK.

HUBUNGAN BALOK KOLOM 3. Panjang Peyaluran Panjang penyaluran ldh untuk tulangan tarik dengan kait standar 90 dalam beton berat normal tidak boleh diambil lebih kecil daripada 8db, 150 mm, dan nilai yang ditentukan oleh persamaan 126 berikut ini, l dh = f y d b / 5,4 f c^0.5 untuk diameter tulangan sebesar 10 mm hingga 36 mm. Untuk beton ringan, panjang penyaluran tulangan tarik dengan kait standar 90 tidak boleh diambil lebih kecil daripada 10db, 190 mm, dan 1,25 kali nilai yang ditentukan persamaan 126. Kait standar 90 harus ditempatkan di dalam inti terkekang kolom atau komponen batas. Untuk diameter 10 mm hingga 36 mm, panjang penyaluran tulangan tarik d l tanpa kait tidak boleh diambil lebih kecil daripada (a) dua setengah kali panjang penyaluran yang ditentukan pada SNI 03-2847-02 Pasal 23.5(4(1)) bila ketebalan pengecoran beton di bawah tulangan tersebut kurang daripada 300 mm, dan (b) tiga setengah kali panjang penyaluran yang ditentukan pada SNI 03-2847-02 Pasal 23.5(4(1)) bila ketebalan pengecoran beton di bawah tulangan tersebut melebihi 300 mm. Tulangan tanpa kait yang berhenti pada hubungan balok-kolom harus diteruskan melewati inti terkekang dari kolom atau elemen batas. Setiap bagian dari tulangan tanpa kait yang tertanam bukan di dalam daerah inti kolom terkekang harus diperpanjang sebesar 1,6 kali. Bila digunakan tulangan yang dilapisi epoksi, panjang penyaluran pada SNI 03-2847-02 Pasal 23.5(4(1)) hingga 23.5(4(3)) harus dikalikan dengan faktor-faktor yang berlaku yang ditentukan pada SNI 03-2847-02 Pasal 14.2(4) atau 14.5(3(6))

HUBUNGAN BALOK KOLOM 4. Tulangan Transversal (TT) Untuk memberikan engekanan pada beton tntuk menamin tetap berperiaku dakail dan tetap dapat mempertahankan kapasitas memikul beban, meski kulit beton telah megelupas. Untuk HBK yang terekang oeh balok-balok pada keempat sisiya, jumlah tulangan penekang boleh dikurangi 50% Komponen baok yang menerus ke HBK dianggap memeberi kekangan efektif bla ¾ dari muka HBK ditutup oleh komponen ersebut. Pengurangan tulangan seesar 50% dapa dilakukan dan spasi tuangan dapat dinaikkan menjadi 1500 mm.

PERSYARATAN KUAT GESER

Tujuan : Menghindari kegagalan gettas (geser) mendahului kegagalan lentur. Tabel 7.1 mencatat persyratan kuat geser untuk komponen lentur, lentur dan gaya aksial, dinding geser dan diafragma. Komponen lentur. Dudesain berdasar kemungkinan momen lebih besar dari moment kombinasi pembebanan sebab f s tegangan tulangan yang terjadi kemungkinan lebih besar dari fy, tulangan geser perlu didesain berdasar momen probability M pr ( momen yang maksimum terjadi dengan Ф=1 dan f s =1.25 f y ) by Aman 44

Mpr pakai fs=1.25fy by Aman 45

by Aman 46

P u M pr V e V e 2* M h n * pr Dari hasil diagram interaktif dgn fs=1.25fy h n Gaya geser rencana berdasarkan M pr tak perlu melebihi kekuatan HBK komponen transversal yang menyatu dengan HBK V e V e > analoisa struktur, untuk WG 3,4 pakai M n (momen nominal) M pr P u Gambar 7.2 Gaya geser rencana kolom WG( 3,4 )dan (5,6) by Aman 47

by Aman 48

by Aman 49