Seminar Tugas Akhir Juni 07 Alat Ukur Maloklusi Overbite pada Gigi ( Fahrul Fadli H.B, Bambang Guruh Irianto, Tribowo Indrato) Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Surabaya Jl. Pucang Jajar Timur No. 0 Surabaya ABSTRAK Alat pengukur maloklusi overbite pada gigi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui nilai ketidaksejajaran antara gigi anterior atas dengan gigi anterior bawah dari seseorang. Sehingga dapat mengetahui layak atau tidaknya seseorang untuk menggunakan behel gigi dengan syarat nilai maloklusi lebih dari mm. Pada umumnya dokter gigi dan perawat gigi menggunakan alat pengukuran yang konvensional seperti penggaris dan jangka soron, tentunya itu sangat membutuhkan ketelitian mata dan kurang akurat dalam pengukuran. Penulis ingin membuat alat pengukuran nilai overbite otomatis sehingga dapat memudahkan dokter gigi dan perawat gigi agar tidak kesulitan dalam melakukan pengukuran. Pengukuran nilai overbite dengan menggunakan flex sensor yang terkecil yaitu,% dan yang terbesar yaitu %. Dilihat dari tingkat error tersebut modul ini masih perlu untuk dikembangkan untuk meminimalkan nilai error. Kata Kunci : Sensor Flex, Maloklusi, Overbite. Pendahuluan. Latar Belakang Dunia Elektronika khususnya di bidang Elektromedik adalah suatu bidang yang saat ini mengalami perkembangan yang besar dan cepat ini dikarenakan tuntutan zaman yang berkembang yang menuntut untuk mempermudah kinerja. Oleh karena itu banyak diciptakan alat-alat medis modern untuk mempermudah tenaga medis dalam menjalankan tugas profesinya. Dalam dunia kedokteran gigi dan perawat gigi saat ini juga memerlukan suatu alat yang otomatis dan modern tetapi sangat sedikit alat elektromedik yang dihasilkan dibandingkan alat elektromedik secara umumnya. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengembangkan alat medis kedokteran gigi dan perawat gigi untuk mempermudah dalam menjalankan tugas.
Seminar Tugas Akhir Juni 07 Suatu hal yang akan di teliti penulis adalah untuk membuat alat ukur maloklusi overbite pada gigi. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, hal ini dapat terjadi karena ketidaksesuaian antara lengkung gigi dan lengkung rahang (Ogston,99). Sedangkan Overbite menurut Groober adalah keadaan gigi depan atas lebih menonjol daripada gigi depan bawah. Sampai saat ini untuk mengukur maloklusi gigi masih dilakukan secara manualdengan menggunakan digital caliper, jangka runcing, dan penggaris. Hal ini tentu membutuhkan ketelitian disetiap pengukuran, selain itu juga memiliki waktu yang lama juga prosedur yang rumit. Penyimpanan data juga dilakukan secara manual. Dari sinilah penulis menemukan sebuah ide untuk membuat alat ukur digital untuk mengukur relasi gigi anterior secara vertikaluntuk mempermudah dokter gigi atau perawat gigi mengetahui jarak overbite pada gigi anterior.. Batasan Masalah... Menggunakan sensor kelengkungan flex sensor... Untuk tampilan indikasi jarak menggunakan satuan mm (millimeter).... Menggunakan LCD karakter x6.... Menggunakan Baterai.... Menggunakan penyimpan internal EEPROM..6. Mengambil data nilai tengah sensor..7. Menggunakan satuan jarak millimeter dengan digit angka di belakang koma.. Rumusan Masalah.. Dapatkah membuat alat pengukur maloklusi overbite secara otomatis?
Seminar Tugas Akhir Juni 07. Tujuan Penelitian.. Tujuan Umum Dibuatnya alat pengukur maloklusi overbite secara otomatis dengan tampilan LCD x6, dengan penyimpanan internal EEPROM... Tujuan Khusus ) Membuat rangkaian sensor untuk mendeteksi jarak kemajuan gigi rahang atas. ) Membuat rangkaian pengkondisi sinyal analog. ) Membuat rangkaian display LCD x6. ) Membuat program untuk menampilkan penyimpinan internal. ) Melakukan uji fungsi rangkaian sensor.. Manfaat.. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan dan mengenal prinsip kerja tentang peralatan medik, khususnya peralatan diagnostik Alat ukur Maloklusi gigi... Manfaat Praktis Dengan dibuatnya alat Ukur kelainan maloklusi overbite pada gigi,diharapkan dapat membantu dokter atau perawat gigi dalam proses pemeriksaan malkoklusi overbite, dan bagi pasien diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap hasil pemeriksaan yang akurat.. Metodologi Penelitian. DIAGRAM BLOK Saat tombol start ditekan, semua rangkaian mendapat tegangan termasuk sensor, sehingga sensor dalam keadaan ready dan siap untuk beroperasi. Setelah itu tekan Start. Sensor digigit oleh pasien sehingga sensor membentuk kelengkungan
Seminar Tugas Akhir Juni 07 sudut yang diterima oleh sesor dikonversikan menjadi tegangan analog. Tegangan tersebut kemudian diproses oleh rangkain pengkondisi sinyal analog sebelum masuk pada ADC internal Mikrokontroler. Setelah tegangan masuk ADC, tegangan analog akan dikonversi menjadi tegangan digital untuk diproses oleh mikrokontroler. Data hasil dari pengolahan tersebut akan diproses melalui Mikrokontroler kemudian ditampilkan melalui LCD. Sehingga LCD akan menampilkan data dari sensor dalam bentuk satuan mm.kemudian tekan save untuk. DIAGRAM ALIR mennyimpan hasil data dan tekan tombol read untuk membaca data ke memori internal. Setelah selesai tekan tombol Stop untuk mengembalikan ke menu awal Saat tombol start ditekan sensor menerima data dari pasien kemudian data tersebut ditampilkan ke LCD dalam bentuk satuan mm. kemudian setelah data telah muncul tekan tombol SAVE untuk menyimpan data lalu tekan tombol read untuk melihat data. Setelah data berhasil disimpan tekan tombol stop untuk kembali ke menu utama. DIAGRAM MEKANIK Gambar. Diagram Alir
Seminar Tugas Akhir Juni 07. Hasil penelitian Tabel. Hasil pengukuran Test Point Tabel. Perbandingan Alat Ukur Digital dengan Alat Pembanding. Pembahasan. Pembahasan Rangkaian Spesifikasi Modul rangkaian minimum System ATMega 8 yang diperlukan adalah:. Minsis dapat bekerja dengan syarat telah terhubung dengan catudaya,vdc atau DC dan ground.. IC Mikrokontroler yang digunakan adalah ATMega 8 dengan fitur ADC internal.. Membutuhkan sambungan, MISO,MOSI,SCK,RESET,GRO UND untuk dapat memprogram ATMega 8. Tabel. Data Statistik C C J0 J PROGRAMMER CAP pf CAP pf Y CRYSTAL 6 MHz J SW SW RESET J8 8 7 6 PORT B D LED R RESET 0K + C6 0uF / 6V J R 0 SW6 SW START SW SW SAVE PB0 PB PB 6 7 8 9 9 0 6 7 8 PB0 U7 PB R START k PC6 (RESET) 8/PB0 (ICP) 9/PB (OCA) 0/PB (OCB) /PB (MOSI) /PB (MISO) /PB (SCK) /PB6 (XT) /PB7 (XT) A0/PC0 (ADC0) A/PC (ADC) A/PC (ADC) A/PC (ADC) A/PC (SDA) A/PC (SCL) ATMEGA8 R SAVE k v (RxD) PD0/0 (TxD) PD/ (INT0) PD/ (INT) PD/ (T0) PD/ (T) PD/ (AIN0) PD6/6 (AIN) PD7/7 R 0 VCC GND AVCC AREF AGND SW SW STOP 6 7 8 0 R STOP PB v K v + C 0,uF R6 aref 0k R 0 R6 LCD 0K J7 6 0 9 8 7 6 LCD VCC GND SENSOR J D6 LED ON/OFF TP SENSOR Gambar. Rangkaian Minimum System ATMega 8. Menghubungkan sensor kelengkungan ke PORT A0 sebagai input pembacaan ADC Flex sensor.. Menghubungkan LCD ke PORT, PORT, PORT,
Seminar Tugas Akhir Juni 07 PORT, PORT, dan PORT sebagai output ke LCD.. Menghubungkan Push Button ke PORT 8, PORT 9, dan PORT 0 sebagai Input dari Push Button... Rangkaian Sensor Voltage Gambar. Rangkaian Voltage Divider Penjelasan Rangkaian:. Tegangan supply menggunakan DC dan Ground. Flex Sensor mendeteksi sudu, semakin besar sudut maka resistansi akan semakin besar. Menggunakan PIN A0 sebagai input ADC.. Flex Sensor digigit akan membentuk sudut dengan output resistansi, kemudian Vo akan di inputkan ke ADC PORT A0 unntuk di konversi menjadi milimeter. Rumus konversi ADC yaitu dengan mengubah data ADC kesatuan milimeter dengan perubahan tegangan yang terjadi dari titik minimum sampai titik maksimal. Program Pembacaan Sensor { Awal: rawdata = analogread(sensorpin); smoothdata=digitalsmooth(r awdata, senssmootharray); float val = smoothdata; float fval = fmap(val, 90, 660,, 0); analogwrite(9, val); } Penjelasan SubProgram:. rawdata=analogread(sensorpi n) membaca input tegangan drubah ke adc dalam satuan bytes ke dalam variabel rawdata.. smoothdata=digitalsmooth(ra wdata senssmootharray)= rumus ADC smooth yang digunakan untuk menstabilkan data adc yang tidak stabil agar menjadi stabil
Seminar Tugas Akhir Juni 07. float val=smoothdata = data nilai float membaca dari nilai adc smooth data.. float fval = fmap(val, 90, 660,, 0)= Nilai konversi dari adc menjadi tegangan y=map(from low, from high, to low, to high).. PENUTUP 6.. KESIMPULAN Setelah dilakukan pengukuran dan analisa data penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 6.. Hasil pengukuran data diatas, terdapat selisih nilai antara modul dengan alat manual yaitu pada pengukuran jarak overbite menggunakan flex sensor memiliki nilai eror minimal % dan maksimal %. 6.. Minimum system mampu mengelolah program dengan syarat telah mencapai catu daya DC, sehingga dapat membaca data dari flex sensor dari sudu menjadi tegangan kemudian di konversi menjadi jarak dengan satuan milimeter(mm). 6.. Pada cara melakukan pengukuran sangat berpengaruh posisi letak sensor pada insisivus gigi, posisi flex yang harus sejajar dengan mulut pasien dan pengaruh tekanan gigit dari pasien 6.. Pada pengujian flex sensor sudut berpengaruh terhadap resistansi, semakin besar sudut maka nilai resistansi akan semakin besar dan semakin kecil nilai sudut maka akan semakin kecil nilai resistansi yang akan dihasilkan 6.. SARAN Dari hasil penelitian, dapat dianalisa kekurangan dari alat yang penulis buat. Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk penyempurnaan penelitian lebih lanjut: 6... Meminimalkan nilai eror agar hasil lebih akurat dengan menggunakan komponen yang memiliki toleransi kecil dan membuat program perhitungan konversi yang lebih akurat. 6... Membuat desain mekanik agar posisi antara sensor dengan mulut pasien sejajar karena kemiringan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran. 6... Memasang sensor dengan pelindung agar sensor tidak mudah rusak karena gigitan mulut pasien yang kuat dapat merusak sensor. 6... Menambahkan parameter Overjet, dan Openbite