1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia melakukan adanya pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk hidup sehat, agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal, dengan usaha peningkatan derajat kesehatan. Bukan hanya kemauan dan kesadaran masyarakat saja tetapi pemerintah juga menitik beratkan perhatian pada sumber daya manusia. Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut, maka pembangunan kesehatan harus ditingkatkan untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian maternal (ibu hamil, melahirkan, dan nifas) ( Depkes RI, 2009). Millenium Development Goals (MDGs) atau tujuan Pembangunan Milenium adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara perserikatan bangsa-bangsa yang dimulai september tahun 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Dari delapan butir tujuan MDGs, tujuan keempat adalah menurukan angka kematian anak dan tujuan kelima adalah meningkatkan kesehatan ibu, dengan target menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990-2015, serta yang menjadi indikator untuk monitoring yaitu angka 1
2 kematian ibu, proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan angka pemakaian kontrasepsi (Kemenkes RI, 2013). Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka kematian ibu (AKI) yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2013). Menurut profil dinas kesehatan Banyumas (2015), AKB di kabupaten Banyumas tahun 2015 sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup. Bila dibanding dengan cakupan yang diharapkan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2015-2019, target di Kabupaten Banyumas telah mencapai (RPJMN sebesar 24/1.000 kelahiran hidup) dan bila dibanding dengan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) target telah tercapai (RPJMD sebesar 7,0/100 kelahiran hidup dan bila dibanding tahun 2014 AKI di Kabupaten Banyumas menurun di Tahun 2014 Sebesar 9,04 per 100 kelahiran hidup (Dinkes, 2015). Indonesia masalah pelaksanaan ASI eksklusif masih memprihatinkan. Berdasarkan Riskerdas 2010, presentasi pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0 bulan (39,8%), 1 bulan (32,5%), 2 Bulan (30,7%), 3 bulan (25,2%), 4 bulan (26,3%), dan 5 bulan (15,3%). Keadaan tersebut menunjukan bahwa masih rendahnya presentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu di bawah target nasional sebesar 80%. Menurunnya angka pemberian ASI ini disebabkan
3 oleh rendahnya pengetahuan ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, kurangnya dukungan dari petugas tenaga kesehatan, ibu bekerja, pemasaran susu formula mempengaruhi pemikiran ibu serta berkaitan erat dengan persepsi sosial budaya dan kebiasaan masyarakat memberikan makanan tambahan sebelum bayi berumur 6 bulan (Depkes, 2009). Pemerintah telah menetapkan peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif, peraturan pemerintah tersebut menyatakan bahwa setiap bayi harus mendapatkan asi ekslusif yaitu ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Kemnekes RI, 2013). Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa pemberian ASI ekslusif sebesar 28,08% terjadi sedikit peningkatan bila dibanding tahun 2005 sebesar 24,49%. Angka ini dirasa sangat rendah bila dibanding target pencapaian ASI tahun 2007 sebesar 65% dan target tahun 2010 sebesar 80%. Jika dilihat pencapaian untuk masing-masing Kabupaten/Kota, yang sudah mencapai angka 65% adalah Kabupaten Banyumas, Kota Surakarta, dan Kota Tegal dan sebanyak 28 Kabupaten/Kota masih kurang dari 65% (Dinkes, 2010). Pada tahun 1990, WHO-UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan deklasi innocent (innocenti declaration). Deklarasi yang dilahirkan diinnocent Italia ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberikan dukungan pada pemberian ASI. Pada deklarasi yang juga ditanda
4 tangani oleh Indonesia ini, dijelaskan bahwa untuk mengingat kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal, maka semua ibu dianjurkan memberikan ASI sejak lahir hingga usia 4 bulan. Setelah berumur 4 bulan, bayi mulai diberikan makanan pendamping atau padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Suprayoga, 2009). Hasil penelitian siregar (2004) menunjukan bahwa pemberian ASI Ekslusif dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ASI tidak segera keluar setelah melahirkan/ produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja dan pengaruh promosi pengganti ASI. Kenyataan dilapangan menunjukan produksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama menurut Cox (2006) ibu yang tidak dapat menyusui pada hari pertama disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu akan kurangnya produksi ASI serta kurangnya pengetahuan ibu tentang proses menyusui (Mardiyaningsih, 2010). Setelah melahirkan, seorang ibu akan mengalami masa nifas yaitu masa seorang wanita kembali ke keadaan normal baik sistem tubuh serta psikologis. Waktu yang diperlukan untuk pulih kembali kurang lebih 40 hari. Menyusui merupakan suatu ungkapan kasih sayang ibu serta memberikan nutrisi sehingga bayi dapat berkembang secara optimal. Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat dimulai sejak periode antenatal, masa pasca persalinan dini (nifas atau laktasi) dan masa pasca persalinan lanjut. Salah satu masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini (masa nifas atau laktasi) adalah
5 puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak, dan mastitis. Gerakan pada perawatan payudara bermanfaat melancarkan reflek pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir yang tak kalah penting, mencegah bendungan pada payudara (Pramitasari, 2008). Pembengkakan payudara terjadi hampir 90% pada ibu yang baru melahirkan pertama kali, kejadian ini terjadi pada hari kedua sampai dengan hari keempat setelah melahirkan. Payudara mulai terasa penuh dan keras sehingga menimbulkan nyeri. Pada minggu pertama inilah bila ibu tidak mendapatkan informasi cara mengatasi payudaranya maka dapat menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASInya pembengkakan sebenarnya Patologis namun dapat berlanjut menjadi lebih parah yaitu menjadi mastitis (Novita, 2011). Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini umumnya dapat terjadi pada hari kedua sampai keempat sesudah melahirkan, tetapi ada juga yang muncul lebih awal yaitu pada 48-96 jam setelah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intra kaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Mengakibatkan payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuiti oleh penurunan produksi ASI dan penurunan let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement.
6 Demikian pula putting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus ( Suradi, 2008). Payudara yang bengkak biasanya diikuti oleh areola yang tegang karena banyaknya air susu yang mulai terbentuk, kejadian tersebut membuat bayi kesulitan untuk melakukan perlekatan sehingga air susu yang didapat bayi tidak optimal. Ketegangan pada daerah aerola dapat diturunkan dengan melakukan Reserve Pressure Softening (RPS) sebelum menyusui yaitu teknik menekan daerah aerola sehingga dapat lebih mudah masuk ke mulut bayi. Hisapan bayi dapat membantu mengalirkan ASI keluar sehingga pembengkakan payudara pun akan menurun. Reserve preassure softening, ini merupakan salah satu teknik perawatan payudara dengan memutar puting payudara dimulai dari aerola (daerah kehitaman di sekitar puting) menuju ke luar puting dan ditekan selama 1 sampai dengan 3 menit. Reserve Preassure Softening (RPS) adalah cara simple untuk menyiapkan aerola pada ibu menyusui untuk membantu proses keluarnya ASI ( Novita, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada bulan januari 2017, telah diperoleh data dari Rekam Medis Rumah Sakit RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto yaitu pada periode bulan januari 2016 sampai bulan desember 2016 jumlah ibu post partum secara keseluruhan baik post partum spontan dan sectio sesaria sebanyak 4738 orang, sedangkan untuk jumlah ibu post Sesctio Sesaria di RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto sebanyak 1659 orang.
7 Berdasarkan data dan kejadian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektifitas Metode Reserve pressure Softening Terhadap Enggorgement Pada Ibu Post Partum di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. B. Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan yaitu setelah melahirkan ibu nifas pada 48-96 jam pertama setelah melahirkan atau hari kedua sampai hari keempat sesudah ibu melahirkan, ibu nifas sering mengalami keadaan dimana payudara terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. hal tersebut merupakan salah satu munculnya Enggorgement atau pembengkakan pada payudara ibu nifas, hal tersebut disebabkan karena ASI tidak disusui dengan adekuat sehingga menimbulkan adanya bendungan ASI didalam payudara ibu, hal tersebut menyebabkan terhambatnya proses pengeluaran ASI. Oleh karena itu dalam upaya untuk mengurangi bendungan ASI dan mencegah terjadinya pembengkakan payudara, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang keefektifan metode Reserve Pressure Softening terhadap pembengkakan pada ibu post partum. Dimana metode Reserve Pressure Softening merupakan salah satu tindakan perawatan payudara yang diberikan kepada ibu post partum yang mengalami masalah pada payudaranya.
8 2. Pertanyaan Penelitian Dari hal tersebut maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana Efektifitas metode Reserve Pressure Softening Terhadap Enggorgement Pada Ibu Post Partum di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Efektifitas Metode Reserve Pressure Softening Terhadap Enggorgement Pada Ibu Post Partum di RSUD Prof., Dr., Margono Soekarjo Purwokerto. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik umur, hari persalinan, paritas, pendidikan, pekerjaan ibu postpartum yang mengalamai pembengkakan payudara. b. Mengidentifikasi skala pembengkakan payudara pada ibu post partum sebelum dilakukannya metode Reserve Pressure Softening di RSUD Prof.,Dr., Margono Soekarjo. c. Mengidentifikasi skala pembengkakan payudara ibu post partum setelah dilakukannya metode Reserve Pressure Softening di RSUD Prof.,Dr., Margono Soekarjo d. Menganalisis efektifitas metode Reserve Pressure Softening terhadap pembengkakan payudara ibu post partum. D. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini yaitu: 1. Bagi Peneliti
9 Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara mengaplikasikan teori-teori keperawatan maternitas yang di dapat selama perkuliahan, khususnya tentang materi metode untuk mengurangi Enggorgement atau pembengkakan payudara pada ibu post partum 2. Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden (ibu menyusui) sebagai informasi tentang bagaimana cara mengatasi tejadinya bendungan ASI dan Pembengkakan pada payudara setelah melahirkan dengan cara yang mudah dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain sehingga tidak timbul kecemasan dan bisa mempertahankan proses menyusui. 3. Bagi Lembaga Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengelola rumah sakit terutama di area keperawatan maternitas yang berkaitan dengan membantu permasalahan yang ditemui dalam masa postpartum pada ibu menyusui, dengan menggunakan standar prosedur oprasional penanganan pembengkakan payudara yang mudah dilakukan sehingga dapat mempertahankan menyusui. 4. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat berguna untuk referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai efektifitas metode Reserve pressure softening terhadap Enggorgement pada ibu post partum.
10 E. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitrah Nurhanifah (2013), dengan judul penelitian Perbedaan Efektifitas Massage Punggung dan Kompres Hangat Payudara terhadap peningkatan kelancaran produksi ASI di Desa Majang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan rancangan Quasi Eksperimen. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrah Nurhanifah tentang perbedaan efektifitas massage punggung dan kompres hangat payudara terhadap peningkatan kelancaran produksi ASI di Desa Majang Tengah wilayah puskesmas Pamotan Malang, telah diperoleh hasil terdapat perbedaan kelancaran produksi ASI sebelum dan sesudah diberikan massage punggung dan kompres hangat hangat payudara adalah dimana pada kelompok intervensi massage payudara didapatkan nilai p-value lebih kecil dari nilai p-value intervensi kompres hangat payudara (0.000<0.002). sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi massage punggung lebih efektif memperlancar produksi ASI dari pada intervensi kompres hangat payudara. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Scholihah (2011), dengan Judul penelitian Hubungan perawatan payudara pada ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karang Duren Kecamatan Tengah Kabupaten Semarang penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskripsi korelasi dengan uji Chi- Square. Dengan hasil penelitian Ibu post partum yang perawatan payudara pada masa nifas kurang baik di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dari 31 responden sebanyak 16 (51,6 %). Ibu post partum kelancaran pengeluaran
11 ASI yang lancar di desa karangduren kecamatan Tengaran kabupaten semarang sebanyak 16 responden (51,6%). Ada hubungan yang bermakna antara perawatan payudara ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karang Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan p= 0,007. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Regina VT Novita (2011), dengan judul penelitian Efektifitas paket Bunda Ceria terhadap rasa nyeri dan pembengkakan payudara serta produksi ASI pada ibu Post partum di Jakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunkan desain Quasi Eksperimen. Hasil penelitian ini adalah Ratarata waktu terjadi pembengkakan adalah hari kedua setelah melahirkan, ada perbedaan yang signifikan perubahan skala nyeri dan pembengkakan payudara dan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, tidak ada perbedaan yang bermakna pada perubahan skala nyeri dan pembengkakan payudara sebelum dan sesudah intervensi, tidak ada perbedaan yang bermakna pada produksi ASI setelah intervensi, tidak ada perbedaan ratarata penurunan skala nyeri dan pembengkan. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Moumita Manna (2016), dengan judul penelitian Effectiveness of Hot Fomentation Versus Cold Compression on Breast Enggorgement among Postnatal Mothers. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian one group pretest-posttest design. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa kompres hangat dan kompres dingin keduanya efektif dalam mengurangi pembengkakan payudara,
12 namun kelompok dengan kompres panas secara signifikan lebih tinggi dari kelompok diberikan intervensi kompres dingin. Pembengkakan pada payudara berkurang pada kelompok dengan intervensi kompres panas. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Olga Pustotina (2015), dengan Judul Penelitian Management of mastitis and breast engorgement in breastfeeding women, Hasil penelitian menunjukan pemberian antibiotik dengan penekanan sementara menyusui lebih efektif dari pada dengan menyusui terus dalam manajemen mastitis. Gel progesteron mengandung adalah dianjurkan pada hari-hari 3-4 setelah melahirkan pada pembengkakan payudara yang berat untuk mencegah terjadinya mastitis. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Snowden HM (2001), dengan Judul penelitian Treatments for brest engorgement during lactation, pada hasil penelitian yang dilakukan yaitu dari delapan uji yang dilakukan untuk mengurangi pembengkakan payudara pada ibu post partum, uji pada daun kubis dan gel kemasan sama-sama efektif dalam pengobatan enggorgement. Sejak terbukti kubis ekstrak dan sama-sama efektif plasebo krim, beberapa terapi yang dianggap untuk mengurangi enggorgement seperti payudara pijat, Usg pengobatan ini sama efektif dengan atau tanpa tanda ultra-wave memancarkan kristal, karena itu efektivitas itu cenderung menimbulkan efek radian.