BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia melakukan adanya pembangunan kesehatan sebagai salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals 4 (MDGs4) adalah Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menyusui merupakan peristiwa alamiah bagi seorang perempuan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti ketika didalam kandungan, gizi yang tinggi sangat diperlukan ketika anak

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. (masa nifas atau laktasi) adalah pembengkakan payudara (breast engorgement)

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

BAB I PENDAHULUAN. bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila

ANALISA HUBUNGAN PENGARUH CARA MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PAYUDARA BENGKAK PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

1

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tua dan keluarga. Calon orang tua terutama calon ibu perlu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisi bayi (Roesli, 2005). Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

ANALISIS KEJADIAN PAYUDARA BENGKAK PADA IBU NIFAS DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI MALIAH PALEMBANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. seperti semula dan berlangsung kira-kira 6 minggu. 1. dibagi menjadi periode pasca persalinan (immediate postpartum), periode

EFEKTIFITAS KOMBINASI STIMULASI OKSITOSIN DAN ENDORFIN MASSAGE TERHADAP KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk. meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI (ENGORGEMENT) PADA IBU NIFAS

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vitamin dan mineral yang merupakan zat-zat yang dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. dan negara Indonesia yang ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia adalah wanita Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa negara di dunia mencerminkan ketidakadilan

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 307 per kelahiran hidup (KH). Data AKI tahun 2009 sebesar

PENGARUH KONSELING LAKTASI TERHADAP PENGETAHUAN KEMAMPUAN DAN KEBERHASILAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN. Menurunkan Angka Kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan Ibu. adalah dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia melakukan adanya pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk hidup sehat, agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal, dengan usaha peningkatan derajat kesehatan. Bukan hanya kemauan dan kesadaran masyarakat saja tetapi pemerintah juga menitik beratkan perhatian pada sumber daya manusia. Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut, maka pembangunan kesehatan harus ditingkatkan untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian maternal (ibu hamil, melahirkan, dan nifas) ( Depkes RI, 2009). Millenium Development Goals (MDGs) atau tujuan Pembangunan Milenium adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara perserikatan bangsa-bangsa yang dimulai september tahun 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Dari delapan butir tujuan MDGs, tujuan keempat adalah menurukan angka kematian anak dan tujuan kelima adalah meningkatkan kesehatan ibu, dengan target menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990-2015, serta yang menjadi indikator untuk monitoring yaitu angka 1

2 kematian ibu, proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan angka pemakaian kontrasepsi (Kemenkes RI, 2013). Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka kematian ibu (AKI) yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2013). Menurut profil dinas kesehatan Banyumas (2015), AKB di kabupaten Banyumas tahun 2015 sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup. Bila dibanding dengan cakupan yang diharapkan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2015-2019, target di Kabupaten Banyumas telah mencapai (RPJMN sebesar 24/1.000 kelahiran hidup) dan bila dibanding dengan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) target telah tercapai (RPJMD sebesar 7,0/100 kelahiran hidup dan bila dibanding tahun 2014 AKI di Kabupaten Banyumas menurun di Tahun 2014 Sebesar 9,04 per 100 kelahiran hidup (Dinkes, 2015). Indonesia masalah pelaksanaan ASI eksklusif masih memprihatinkan. Berdasarkan Riskerdas 2010, presentasi pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0 bulan (39,8%), 1 bulan (32,5%), 2 Bulan (30,7%), 3 bulan (25,2%), 4 bulan (26,3%), dan 5 bulan (15,3%). Keadaan tersebut menunjukan bahwa masih rendahnya presentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu di bawah target nasional sebesar 80%. Menurunnya angka pemberian ASI ini disebabkan

3 oleh rendahnya pengetahuan ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, kurangnya dukungan dari petugas tenaga kesehatan, ibu bekerja, pemasaran susu formula mempengaruhi pemikiran ibu serta berkaitan erat dengan persepsi sosial budaya dan kebiasaan masyarakat memberikan makanan tambahan sebelum bayi berumur 6 bulan (Depkes, 2009). Pemerintah telah menetapkan peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif, peraturan pemerintah tersebut menyatakan bahwa setiap bayi harus mendapatkan asi ekslusif yaitu ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Kemnekes RI, 2013). Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa pemberian ASI ekslusif sebesar 28,08% terjadi sedikit peningkatan bila dibanding tahun 2005 sebesar 24,49%. Angka ini dirasa sangat rendah bila dibanding target pencapaian ASI tahun 2007 sebesar 65% dan target tahun 2010 sebesar 80%. Jika dilihat pencapaian untuk masing-masing Kabupaten/Kota, yang sudah mencapai angka 65% adalah Kabupaten Banyumas, Kota Surakarta, dan Kota Tegal dan sebanyak 28 Kabupaten/Kota masih kurang dari 65% (Dinkes, 2010). Pada tahun 1990, WHO-UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan deklasi innocent (innocenti declaration). Deklarasi yang dilahirkan diinnocent Italia ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberikan dukungan pada pemberian ASI. Pada deklarasi yang juga ditanda

4 tangani oleh Indonesia ini, dijelaskan bahwa untuk mengingat kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal, maka semua ibu dianjurkan memberikan ASI sejak lahir hingga usia 4 bulan. Setelah berumur 4 bulan, bayi mulai diberikan makanan pendamping atau padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Suprayoga, 2009). Hasil penelitian siregar (2004) menunjukan bahwa pemberian ASI Ekslusif dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ASI tidak segera keluar setelah melahirkan/ produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja dan pengaruh promosi pengganti ASI. Kenyataan dilapangan menunjukan produksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama menurut Cox (2006) ibu yang tidak dapat menyusui pada hari pertama disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu akan kurangnya produksi ASI serta kurangnya pengetahuan ibu tentang proses menyusui (Mardiyaningsih, 2010). Setelah melahirkan, seorang ibu akan mengalami masa nifas yaitu masa seorang wanita kembali ke keadaan normal baik sistem tubuh serta psikologis. Waktu yang diperlukan untuk pulih kembali kurang lebih 40 hari. Menyusui merupakan suatu ungkapan kasih sayang ibu serta memberikan nutrisi sehingga bayi dapat berkembang secara optimal. Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat dimulai sejak periode antenatal, masa pasca persalinan dini (nifas atau laktasi) dan masa pasca persalinan lanjut. Salah satu masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini (masa nifas atau laktasi) adalah

5 puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak, dan mastitis. Gerakan pada perawatan payudara bermanfaat melancarkan reflek pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir yang tak kalah penting, mencegah bendungan pada payudara (Pramitasari, 2008). Pembengkakan payudara terjadi hampir 90% pada ibu yang baru melahirkan pertama kali, kejadian ini terjadi pada hari kedua sampai dengan hari keempat setelah melahirkan. Payudara mulai terasa penuh dan keras sehingga menimbulkan nyeri. Pada minggu pertama inilah bila ibu tidak mendapatkan informasi cara mengatasi payudaranya maka dapat menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASInya pembengkakan sebenarnya Patologis namun dapat berlanjut menjadi lebih parah yaitu menjadi mastitis (Novita, 2011). Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini umumnya dapat terjadi pada hari kedua sampai keempat sesudah melahirkan, tetapi ada juga yang muncul lebih awal yaitu pada 48-96 jam setelah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intra kaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Mengakibatkan payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuiti oleh penurunan produksi ASI dan penurunan let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement.

6 Demikian pula putting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus ( Suradi, 2008). Payudara yang bengkak biasanya diikuti oleh areola yang tegang karena banyaknya air susu yang mulai terbentuk, kejadian tersebut membuat bayi kesulitan untuk melakukan perlekatan sehingga air susu yang didapat bayi tidak optimal. Ketegangan pada daerah aerola dapat diturunkan dengan melakukan Reserve Pressure Softening (RPS) sebelum menyusui yaitu teknik menekan daerah aerola sehingga dapat lebih mudah masuk ke mulut bayi. Hisapan bayi dapat membantu mengalirkan ASI keluar sehingga pembengkakan payudara pun akan menurun. Reserve preassure softening, ini merupakan salah satu teknik perawatan payudara dengan memutar puting payudara dimulai dari aerola (daerah kehitaman di sekitar puting) menuju ke luar puting dan ditekan selama 1 sampai dengan 3 menit. Reserve Preassure Softening (RPS) adalah cara simple untuk menyiapkan aerola pada ibu menyusui untuk membantu proses keluarnya ASI ( Novita, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada bulan januari 2017, telah diperoleh data dari Rekam Medis Rumah Sakit RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto yaitu pada periode bulan januari 2016 sampai bulan desember 2016 jumlah ibu post partum secara keseluruhan baik post partum spontan dan sectio sesaria sebanyak 4738 orang, sedangkan untuk jumlah ibu post Sesctio Sesaria di RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto sebanyak 1659 orang.

7 Berdasarkan data dan kejadian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektifitas Metode Reserve pressure Softening Terhadap Enggorgement Pada Ibu Post Partum di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. B. Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan yaitu setelah melahirkan ibu nifas pada 48-96 jam pertama setelah melahirkan atau hari kedua sampai hari keempat sesudah ibu melahirkan, ibu nifas sering mengalami keadaan dimana payudara terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. hal tersebut merupakan salah satu munculnya Enggorgement atau pembengkakan pada payudara ibu nifas, hal tersebut disebabkan karena ASI tidak disusui dengan adekuat sehingga menimbulkan adanya bendungan ASI didalam payudara ibu, hal tersebut menyebabkan terhambatnya proses pengeluaran ASI. Oleh karena itu dalam upaya untuk mengurangi bendungan ASI dan mencegah terjadinya pembengkakan payudara, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang keefektifan metode Reserve Pressure Softening terhadap pembengkakan pada ibu post partum. Dimana metode Reserve Pressure Softening merupakan salah satu tindakan perawatan payudara yang diberikan kepada ibu post partum yang mengalami masalah pada payudaranya.

8 2. Pertanyaan Penelitian Dari hal tersebut maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana Efektifitas metode Reserve Pressure Softening Terhadap Enggorgement Pada Ibu Post Partum di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Efektifitas Metode Reserve Pressure Softening Terhadap Enggorgement Pada Ibu Post Partum di RSUD Prof., Dr., Margono Soekarjo Purwokerto. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik umur, hari persalinan, paritas, pendidikan, pekerjaan ibu postpartum yang mengalamai pembengkakan payudara. b. Mengidentifikasi skala pembengkakan payudara pada ibu post partum sebelum dilakukannya metode Reserve Pressure Softening di RSUD Prof.,Dr., Margono Soekarjo. c. Mengidentifikasi skala pembengkakan payudara ibu post partum setelah dilakukannya metode Reserve Pressure Softening di RSUD Prof.,Dr., Margono Soekarjo d. Menganalisis efektifitas metode Reserve Pressure Softening terhadap pembengkakan payudara ibu post partum. D. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini yaitu: 1. Bagi Peneliti

9 Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara mengaplikasikan teori-teori keperawatan maternitas yang di dapat selama perkuliahan, khususnya tentang materi metode untuk mengurangi Enggorgement atau pembengkakan payudara pada ibu post partum 2. Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden (ibu menyusui) sebagai informasi tentang bagaimana cara mengatasi tejadinya bendungan ASI dan Pembengkakan pada payudara setelah melahirkan dengan cara yang mudah dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain sehingga tidak timbul kecemasan dan bisa mempertahankan proses menyusui. 3. Bagi Lembaga Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengelola rumah sakit terutama di area keperawatan maternitas yang berkaitan dengan membantu permasalahan yang ditemui dalam masa postpartum pada ibu menyusui, dengan menggunakan standar prosedur oprasional penanganan pembengkakan payudara yang mudah dilakukan sehingga dapat mempertahankan menyusui. 4. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat berguna untuk referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai efektifitas metode Reserve pressure softening terhadap Enggorgement pada ibu post partum.

10 E. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitrah Nurhanifah (2013), dengan judul penelitian Perbedaan Efektifitas Massage Punggung dan Kompres Hangat Payudara terhadap peningkatan kelancaran produksi ASI di Desa Majang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan rancangan Quasi Eksperimen. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrah Nurhanifah tentang perbedaan efektifitas massage punggung dan kompres hangat payudara terhadap peningkatan kelancaran produksi ASI di Desa Majang Tengah wilayah puskesmas Pamotan Malang, telah diperoleh hasil terdapat perbedaan kelancaran produksi ASI sebelum dan sesudah diberikan massage punggung dan kompres hangat hangat payudara adalah dimana pada kelompok intervensi massage payudara didapatkan nilai p-value lebih kecil dari nilai p-value intervensi kompres hangat payudara (0.000<0.002). sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi massage punggung lebih efektif memperlancar produksi ASI dari pada intervensi kompres hangat payudara. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Scholihah (2011), dengan Judul penelitian Hubungan perawatan payudara pada ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karang Duren Kecamatan Tengah Kabupaten Semarang penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskripsi korelasi dengan uji Chi- Square. Dengan hasil penelitian Ibu post partum yang perawatan payudara pada masa nifas kurang baik di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dari 31 responden sebanyak 16 (51,6 %). Ibu post partum kelancaran pengeluaran

11 ASI yang lancar di desa karangduren kecamatan Tengaran kabupaten semarang sebanyak 16 responden (51,6%). Ada hubungan yang bermakna antara perawatan payudara ibu post partum dengan kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karang Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan p= 0,007. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Regina VT Novita (2011), dengan judul penelitian Efektifitas paket Bunda Ceria terhadap rasa nyeri dan pembengkakan payudara serta produksi ASI pada ibu Post partum di Jakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunkan desain Quasi Eksperimen. Hasil penelitian ini adalah Ratarata waktu terjadi pembengkakan adalah hari kedua setelah melahirkan, ada perbedaan yang signifikan perubahan skala nyeri dan pembengkakan payudara dan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, tidak ada perbedaan yang bermakna pada perubahan skala nyeri dan pembengkakan payudara sebelum dan sesudah intervensi, tidak ada perbedaan yang bermakna pada produksi ASI setelah intervensi, tidak ada perbedaan ratarata penurunan skala nyeri dan pembengkan. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Moumita Manna (2016), dengan judul penelitian Effectiveness of Hot Fomentation Versus Cold Compression on Breast Enggorgement among Postnatal Mothers. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian one group pretest-posttest design. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa kompres hangat dan kompres dingin keduanya efektif dalam mengurangi pembengkakan payudara,

12 namun kelompok dengan kompres panas secara signifikan lebih tinggi dari kelompok diberikan intervensi kompres dingin. Pembengkakan pada payudara berkurang pada kelompok dengan intervensi kompres panas. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Olga Pustotina (2015), dengan Judul Penelitian Management of mastitis and breast engorgement in breastfeeding women, Hasil penelitian menunjukan pemberian antibiotik dengan penekanan sementara menyusui lebih efektif dari pada dengan menyusui terus dalam manajemen mastitis. Gel progesteron mengandung adalah dianjurkan pada hari-hari 3-4 setelah melahirkan pada pembengkakan payudara yang berat untuk mencegah terjadinya mastitis. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Snowden HM (2001), dengan Judul penelitian Treatments for brest engorgement during lactation, pada hasil penelitian yang dilakukan yaitu dari delapan uji yang dilakukan untuk mengurangi pembengkakan payudara pada ibu post partum, uji pada daun kubis dan gel kemasan sama-sama efektif dalam pengobatan enggorgement. Sejak terbukti kubis ekstrak dan sama-sama efektif plasebo krim, beberapa terapi yang dianggap untuk mengurangi enggorgement seperti payudara pijat, Usg pengobatan ini sama efektif dengan atau tanpa tanda ultra-wave memancarkan kristal, karena itu efektivitas itu cenderung menimbulkan efek radian.