BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah faktor risiko untuk stroke dan. myocard infarct(mi) (Logmore, 2010).Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena masih banyak kasus yang belum terselesaikan, sedangkan di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular, yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit degeneratif. Kecenderungan ini juga dipacu oleh berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi. Salah satu penyakit degeneratif tersebut adalah penyakit kardiovaskuler. Faktor risiko penyakit kardiovaskuler tersebut adalah merokok, obesitas, diet rendah serat tinggi lemak dengan akibat gangguan kadar lemak dalam darah, dan kurangnya olah raga. Diperoleh data di Indonesia bahwa di Indonesia terdapat 28% perokok pada usia 10 tahun keatas, kurang aktifitas fisik yang merupakan proporsi terbanyak yaitu 92% dari penduduk usia 15 tahun keatas di pulau Jawa dan Bali terutama untuk kelompok perempuan. Overweight dan obesitas lebih tinggi prevalensinya pada perempuan dan cenderung meningkat dengan bertambahnya umur. Sedangkan angka penderita hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, dimana diperkirakan oleh WHO bahwa pada tahun 2025 nanti 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (Depkes 2006) 1

Pada anak-anak, pola peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan berhubungan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa ( Agyemang,2005). Data terbaru mengatakan bahwa hipertensi primer bisa dideteksi pada usia muda (NHBPEP,2004). Meskipun prevalensi hipertensi lebih jarang ditemukan pada anak, beberapa penelitian menyebutkan bahwa angka kejadian hipertensi pada dewasa dipengaruhi peningkatan tekanan darah di masa kanak-kanak.(lauer,1989). Di Yogyakarta sendiri angka prevalensi hipertensi pada anak usia 6-14 tahun pernah diteliti pada tahun 1984 di daerah pedesaan sebesar 2,64% pada laki-laki dan 3,86% pada perempuan (Wahab,A.). Penelitian lain tentang hipertensi pada anak di RS dr Sardjito Yogyakarta selama 10 tahun 1996-2005 menemukan sebanyak 146 (1,28%) kasus hipertensi dari 1.169 anak rawat inap, laki-laki 63% dan perempuan 37%. Penyakit yang mendasari timbulnya hipertensi adalah glomerulonefritis akut (71%), sindrom nefrotik dengan terapi steroid (21%), dan lain-lain (8%) (Ardani P, 2005). Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi primer pada anak usia sekolah dasar belum banyak dilakukan di Yogyakarta. Hipertensi pada anak sebelumnya jarang mendapat perhatian dari klinisi, karena dianggap kasus yang jarang, tetapi setelah publikasi Task Force on Blood Pressure in Children -1977 dan 1987 bahwa hipertensi pada anak merupakan masalah umum, yang kejadiannya mencapai 5% dari populasi anak.. Hipertensi pada anak merupakan suatu masalah klinik penting karena dapat langsung berwujud sebagai penyakit yang berakibat kematian, atau tidak langsung yang menimbulkan cacat me- 2

netap setelah proses akutnya sembuh. Selain itu hipertensi pada anak dapat merupakan faktor risiko tunggal untuk kematian usia dini dan ketidakmampuan kerja di populasi dewasa nantinya, Pada dewasa, hipertensi berhubungan dengan peningkatan faktor risiko terjadinya infark miokardium, stroke, dan mortalitas kardiovaskuler. Selain itu pada anak dan dewasa, peningkatan tekanan darah yang berat akan meningkatkan risiko tinggi terjadinya ensefalopati hipertensi, kejang, kelainan serebrovaskuler dan gagal jantung kongestif (Chobanian et all,2003). Selain itu dengan diterbitkannya Fourth Report on High Blood Pressure in Children and Adolescent by The National High BP Education Program (NHBPEP)Tahun 2004,perhatian terhadap hipertensi pada anak semakin meningkat. Disebutkan bahwa terjadi peningkatan kasus hipertensi pada anak yang dipengaruhi oleh kondisi obesitas dan pentingnya pengukuran tekanan darah secara ambulatori untuk mendeteksi kerusakan target organ.(nhbpep,2004). Kasus hipertensi biasanya rendah pada anak di masa lalu. Sekarang angka ini mulai berubah, sehingga banyak didapatkan anak muda menderita hipertensi setiap tahunnya. Sementara beberapa penyakit meningkat jumlahnya karena kemajuan di bidang alat pendeteksi, tetapi peningkatan kasus hipertensi pada anak ini berbeda. Metode untuk mengukur tekanan darah tidak berubah sejak 100 tahun yang lalu. Hal ini berarti berarti memang didapatkan kasus hipertensi anak yang meningkat dibandingkan masa yang lalu. Meskipun angka kejadian hipertensi pada anak jarang dibanding dewasa, peningkatan yang berkelanjutan ini perlu diwaspadai. Sebagai con- 3

toh pada tahun 1989 sebanyak 1% anak didiagnosis menderita hipertensi,pada penelitian lanjutan pada tahun 2002 didapatkan peningkatan kasus sebesar 5%. Suatu Penelitian pada tahun 2003 juga menunjukkan ada perbedaan distribusi kasus hipertensi berdasarkan latar sosial ekonomi yang berbeda-beda, dimana didapatkan peningkatan kasus hipertensi sebanyak 25% pada anak-anak yang tinggal di pusat kota.(watkins,2004). Beberapa sebab yang berpengaruh pada peningkatan tekanan darah pada anak adalah.(chiolero et al.,2007) 1.Usia: tekanan darah dipengaruhi usia,dan hampir tidak diketemukan kasus hipertensi pada anak usia <7tahun. 2.Jenis kelamin: anak wanita jarang menderita hipertensi dibandingkan anak laki-laki pada umur yang sama. 3.Berat Badan: berat badan dan tekanan darah berhubungan secara positif sehingga jika berat badan meningkat maka akan diikuti peningkatan tekanan darah. 4.Jenis hipertensi:anak yang berusia muda biasanya menderita hipertensi sekunder,sementara anak yang berusia lebih tua biasanya menderita hipertensi primer. 5.Kondisi geografis. Kenaikan kasus hipertensi juga dihubungkan dengan keadaan geografi. 4

Sebagai contoh, kenaikan kasus hipertensi di Amerika Serikat dan Britania, kebalikannya di Irlandia Utara terjadi penurunan, padahal sama-sama terjadi kenaikan rata-rata di ketiga indeks massa tubuh di daerah tersebut, sehingga tidak ada penjelasan yang memuaskan untuk kondisi ini, ada beberapa penelitian yang menduga bahwa penurunan masukan garam yang menjadi penyebab penurunan kasus hipertensi di daerah tersebut.(chiolero et all,2007). Disamping dipengaruhi kondisi geografis, faktor utama yang melatarbelakangi peninggian tekanan darah pada anak adalah obesitas. Pada penelitian tentang kejadian obesitas pada anak dan pemeriksaan rata-rata tekanan darah, secara jelas terlihat hal tersebut meningkat bersamaan. Selain itu jika dua kondisi tersebut diteliti secara seksama akan didapatkan hubungan logaritme antara peningkatan berat badan dan peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu jika akan dilakukan penurunan kasus hipertensi pada anak,maka sebelumnya harus didiagnosis adanya obesitas yang terjadi secara epidemik (Urbina et al.,2008). Selain itu dengan pengukuran ukuran lingkar pinggang akan membantu menemukan kenaikan tekanan darah pada anak obes.(deghghan,2005) Aspek terpenting dari skrining hipertensi pada anak adalah pengukuran tekanan darah secara akurat dengan perhatian khusus pada ukuran manset yang tepat, waktu yang tepat pada saat anak tenang, pengulangan dilakukan 3 kali pengukuran,dan konsistensi oleh pengukur yang sama dan terlatih.(pickering,2005) Pemba- 5

caan hasil tekanan darah pada anak berdasarkan distribusi nilai tersebut sesuai jenis kelamin, usia, dan tinggi badan.(nhbpep,2004) Penelitian tentang hubungan antara indeks massa tubuh terhadap nilai ratarata tekanan darah sudah sering dilakukan pada populasi dewasa di luar negeri dan di dalam negeri, sedang pada populasi anak dilakukan pada kelompok obes dan pengidap diabetes melitus tipe 1, maka peneliti ingin mencari apakah hubungan antara indeks massa tubuh terhadap nilai rata-rata tekanan darah pada anak bisa diterapkan untuk skrining pada anak yang belum menderita obes ( yaitu pada anak overweight / diatas sama dengan persentil ke-85). Selain itu apakah hubungan positif antara indeks massa tubuh dengan nilai rata-rata tekanan darah tersebut bisa diterapkan pada kondisi geografis yang berbeda yang tinggal di daerah pantai dimana kadar natrium dari air minum telah terukur sehingga bisa meminimalkan bias dari variabel antara yaitu asupan natrium. Sepanjang pengetahuan peneliti melalui penelusuran secara manual di Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tidak ditemukan tesis atau karya ilmiah yang meneliti hubungan antara indeks massa tubuh dengan nilai rata-rata tekanan darah pada anak dalam setting tempat yang berbeda yaitu anak yang tinggal di daerah pantai, sehingga menggugah penulis untuk meneliti hal tersebut sehingga hasil penelitian bisa dipergunakan sebagai landasan untuk melakukan skrining penderita overweight dan prahipertensi pada populasi anak sekolah dasar dan dapat dilakukan intervensi dini sebelum hal tersebut terjadi di populasi dewasa. 6

B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, dimana kasus hipertensi anak semakin meningkat dengan meningkatnya kejadian obesitas dan skrining terhadap obesitas serta hipertensi pada anak sekolah belum menjadi program rutin oleh pemerintah, padahal setelah menginjak populasi dewasa muda angka kejadian hipertensi menjadi tinggi, peneliti mencoba mencari data yang hilang pada masa kanakkanak yaitu apakah ada faktor risiko yang bisa diatasi untuk mencegah kejadian hipertensi pada masa dewasa. C. PERTANYAAN PENELITIAN 1.Apakah ada hubungan korelasi antara indeks massa tubuh (IMT) dan ukuran lingkar pinggang terhadap nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada anak sekolah dasar kelas I kelas VI yang tinggal di daerah pantai? 2.Apakah ada hubungan sebab akibat yang bermakna pada hubungan IMT dan ukuran lingkar pinggang terhadap nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik antara anak sekolah dasar kelas I- kelas VI yang tinggal di daerah pantai? 3.Apakah ditemukan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada anak sekolah dasar usia kelas I - kelas VI yang tinggal di daerah pantai? 7

D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum : Untuk mencari faktor risiko yang bermakna terhadap tekanan darah pada anak. 2. Tujuan Khusus: a. Untuk mencari hubungan korelasi antara indeks massa tubuh (IMT) dan ukuran lingkar pinggang terhadap nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada anak sekolah dasar kelas I kelas VI. b. Untuk mencari hubungan sebab akibat yang bermakna pada hubungan IMT dan ukuran lingkar pinggang terhadap nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik dan faktor risiko lain terjadinya prahipertensi pada anak sekolah dasar yang tinggal di daerah pantai. D. KEASLIAN PENELITIAN Sepanjang pengetahuan peneliti melalui penelusuran secara manual di Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tidak ditemukan tesis atau karya ilmiah yang meneliti hubungan antara indeks massa tubuh dengan nilai ratarata tekanan darah pada anak dalam setting tempat yang berbeda yaitu anak yang tinggal di daerah pantai. Penelitian pada populasi anak sering dilakukan pada kelompok obes, maka peneliti ingin mencari apakah hubungan antara indeks massa tubuh terhadap nilai rata-rata tekanan darah pada anak bisa diterapkan untuk skrining pada anak yang belum menderita obes ( yaitu pada anak yang indeks massa tubuhnya 8

berada dibawah persentil ke 95)? Selain itu apakah hubungan positif antara indeks massa tubuh dengan nilai rata-rata tekanan darah tersebut bisa diterapkan pada kondisi geografis yang berbeda yaitu pada anak sekolah yang tinggal di daerah pantai dimana variabel antara kandungan natrium pada air minum yang mempengaruhi tekanan darah terukur dan sama. Pengukuran lingkar pinggang diperlukan untuk mendeteksi obesitas tipe gynecoid (pear shape body). Pada anak ukuran lingkar pinggang lebih berpengaruh terhadap tekanan darah dibandingkan rasio ukuran pinggang terhadap panggul,oleh karena itu peneliti mengukurnya untuk memperkuat hasil pada sampel yang mengalami obesitas. Peneliti mencoba menggunakan pemeriksaan tekanan darah sesuai aturan pada NHBPEP 2004 yaitu menggunakan ukuran manset yang tepat sesuai umur dan membaca hasilnya sesuai distribusi umur,jenis kelamin dan tinggi badan. Selain itu peneliti juga akan mencari besarnya hubungan atau korelasi antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada anak yang tinggal di daerah pantai. Beberapa penelitian tentang hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada anak adalah: 1. Blood Pressure patterns in rural, semi urban, and urban children in the Ashanti region of Ghana, West Africa (Agyemang C, et al., 2005) Penelitian ini bertujuan menilai pola tekanan darah pada anak usia 8 16 tahun diantara daerah desa, pinggiran kota dan tengah kota dan mencari hubungan antara tekanan darah dengan indeks massa tubuh di Ghana Afrika Barat. Metode 9

yang digunakan adalah potong lintang terhadap 1277 anak yang dikelompokkan menjadi 214 orang dari desa, 296 orang dari pinggiran kota,dan 767 orang dari kota. Hasil penelitian anak laki-laki di desa mempunyai tekanan darah lebih rendah disbanding di pinggiran kota ( 104,7/62,3 mmhg vs 109,2/66,5 mmhg;p<0,001) dan tekanan sistolik lebih rendah dibandingkan anak di tengah kota (104,7 mmhg vs 107,6 mmhg;p<0,01).anak perempuan mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibanding anak laki-laki (109,1/66,7 mmhg vs 107,5/63,8 mmhg;p<0,01). Dengan perkecualian didapatkannya tekanan darah diastolik yang lebih rendah pada daerah pedesaan,tidak didapatkan perbedaan tekanan darah yang bermakna antara anak perempuan di pedesaan (107,4/64,4 mmhg) dan pinggiran kota ( 108,0/66,1 mmhg) serta perkotaan ( 109,8/67,5 mmhg). Dengan analisis regresi linier multipel didapatkan indeks massa tubuh (IMT) secara bebas berhubungan dengan tekanan darah baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan. 2. Relationship between BMI and blood pressure in girls and boys (Gundagdu Z.,2007) Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara IMT dengan tekanan darah untuk mendeteksi adanya obesitas yang terjadi epidemik. Metode yang digunakan adalah kohort prospektif pada 1899 anak Turki berusia 6 14 tahun. Pada perbandingan antara usia, jenis kelamin dan IMT tekanan darah sistolik dan di- 10

astolik lebih tinggi didapatkan pada anak obes dan overweight dibandingkan dengan anak dengan berat badan normal baik pada laki-laki dan perempuan (p <0,001). 3. Trends of elevated blood pressure among children and adolescent. (Ostchega Y et al., 2009) Penelitian ini bertujuan mencari kecenderungan (trend)peninggian tekanan darah diantara anak dan dewasa dibandingkan terhadap indeks massa tubuh (IMT) dengan menggunakan data sekunder dari National Health and Nutrition Examination Survey 1988-2006 dengan jumlah sampel 6.630 anak usia 8-17 tahun secara potong lintang. Hasil penelitian ini adalah anak laki-laki overweight mempunyai resiko menderita pra hipertensi (OR:1,54,CI:1,11-2,13) sedangkan anak obes laki-laki dan perempuan mempunyai resiko prahipertensi (lakilaki:or:2,81,ci:2,13-3,71;perempuan OR:2,55;CI 1,75-3,73) dan mempunyai risiko hipertensi ( anak laki-laki usia 8-12 tahun OR:6,06,CI2,73-13,44; anak lakilaki usia 13-17 tahun OR:9,62 CI 4,86-19,06, sedang anak perempuan usia 13-17 tahun OR:2,33 CI:1,31-4,13). Kesimpulan: obesitas merupakan faktor yang kuat, positif, dan bebas berhubungan dengan kondisi peninggian tekanan darah. Kriteria hipertensi dibagi menjadi 4 daerah persentil: prahipertensi sistolik > persentil 90 tapi < persentil 95 dan diastolik < persentil 90;hipertensi derajat satu: diastolik persentil 90 tapi < persentil 95 dan sistolik < persentil 90; hipertensi derajat dua: sistolik persentil 90 tapi < persentil 95 dan diastolik persentil 90 11

tapi < persentil 95;tekanan darah 120/80 mmhg meskipun sistolik dan diastolik < persentil 90.Sedang kriteria hipertensi adalah tekanan darah persentil 95 sesuai usia, jenis kelamin dan tinggi badan. 4. Role of Waist circumference in predicting the risk of high blood pressure in children. (Kovacs V.A. et al., 2009) Penelitian ini bertujuan mencari hubungan ukuran lingkar pinggang dengan risiko terjadinya hipertensi. Metode yang digunakan adalah cross sectional dengan pengukuran indeks massa tubuh, ukuran lingkar pinggang dan tekanan darah pada 3678 anak usia 11.3 ± 2.3 tahun yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan di Budapest. Prevalensi obesitas abdominal adalah 3.7% pada berat badan normal, 51.7% pada overweight, dan 89.9% pada anak obes. Tekanan darah sistolik lebih tinggi pada anak dengan obesitas abdominal dibandingkan dengan mereka yang mempunyai ukuran lingkar pinggang normal baik pada kelompok IMT normal dan overweight (p<0.01). Pada kelompok overweight, prevalensi pra hipertensi (OR 1.42 (1.1;1.80) dan hipertensi (OR 1.35 (1.1 ; 1.7)) ditemukan lebih tinggi pada obesitas abdominal. Kesimpulan : Penambahan pengukuran lingkar pinggang terhadap anak overweight diperlukan untuk mengidentifikasi mereka ke dalam kelompok risiko tinggi dalam peningkatan tekanan darah. 12

E. MANFAAT PENELITIAN 1.Bidang penelitian : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lagi dengan jumlah sampel lebih besar daripada sebelumnya. 2. Bidang ilmu pengetahuan: Memberikan sedikit sumbangan ilmu tentang hubungan antara indeks massa tubuh dan ukuran lingkar pinggang anak dengan nilai rata-rata tekanan darah yang bisa diterapkan pada kondisi daerah dimana kandungan natrium pada air minum terukur yaitu pada daerah pantai. 3.Bidang Pengabdian Masyarakat: Membuka wawasan kepada masyarakat dan orang tua bahwa penyakit hipertensi dapat dicegah dari masa kanak-kanak dengan mengontrol berat badan,mengatur pola makan dan gaya hidup sehat. 4.Bidang Program Kesehatan Memberi masukan kepada pemegang kebijakan di bidang kesehatan agar dilaksanakannya skrining rutin tekanan darah anak sekolah dasar selain pengukuran rutin berat badan dan tinggi badan 13