BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst kemudian menjadi anxiety berarti kecemasan yaitu suatu kata yang digunakan oleh Frued untuk menggambarkan suatu efek negatif dan keterangsangan negatif serta keterangsangan fisiologis. Kecemasan menurut Stuart & Sundeen (1995) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui penyebabnya secara khusus. Cemas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah tidak menentu, takut, tidak tenteram dan kadang-kadang disertai berbagai keluhan fisik. Cemas juga merupakan emosi tanpa objek yang spesifik, disebabkan oleh semua pengalaman baru yang tidak diketahui yang sudah terjadi, seperti masuk sekolah pertama kali, mulai pekerjaan baru ataupun melahirkan. Menurut Stuart & Sundeen (1995), cemas dibagi menjadi empat tingkatan yaitu cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, dan panik. 1. Cemas Ringan Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkatan ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhatihati serta waspada. Individu akan terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan beraktifitas. Cemas ringan dapat ditunjukkan dengan timbulnya perasaan berdebar-debar, banyak berbicara dan bertanya,
perasaan relatif masih terasa aman dan tetap tenang, penampilan juga tetap tenang dan suara tidak tinggi. Dalam kondisi cemas ringan umumnya individu masih dapat mengenal tempat, orang, dan waktu. Disamping itu tekanan darah, nadi, pernafasan, dan pupil mata masih dalam keadaan normal. 2. Cemas sedang Pada tahap ini persepsi pandangan sudah mulai menurun. Individu lebih memfokuskan diri pada hal-hal penting saja saat itu dan mengesampingkan hal lain. Cemas sedang dapat ditunjukkan dengan adanya mulut kering, anureksia, sering miksi, badan bergetar, ekspresi wajah ketakutan, tidak mampu rileks, sukar tidur, meremas-remas tangan, posisi badan sering berubah-ubah, dan banyak bicara dengan volume agak keras. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah, pernafasan dan nadi mulai meningkat. 3. Cemas Berat Pada cemas berat lahan persepsinya sangat sempit. Individu lebih cenderung untuk memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan hal lain. Tidak mampu berfikir yang berat atau luas lagi dan tidak mampu memecahkan masalah, serta membutuhkan banyak pengarahan dan tuntunan. Cemas berat ditandai dengan nafas pendek, tercekik, pusing, sakit kepala, rasa tertekan, rasa nyeri dada, mual, muntah, agitasi, kondisi motorik berkurang, menyalahkan orang lain, cepat tersinggung, volume suara keras dan sukar dimengerti serta perilaku di luar kesadaran. Sementara itu tanda-tanda vital meningkat, diaporesis atau berkeringat banyak, pupil dilatasi, diare, sering miksi, sensori dan pendengaran menurun,
peningkatan frekuensi buang air besar, dapat juga menutup mata dan tidak mau melihat lingkungan, serta wajah tampak tegang. 4. Panik Pada tahap ini lahan persepsi sudah terganggu dan individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan atau tuntunan. Panik dapat ditandai dengan perasaan putus asa dengan kehilangan kontrol secara total, mulai timbul marah, menangis, menarik diri, berlari, tingkah laku dapat sangat aktif atau sangat diam, tidak mampu mengenal lingkungan (tempat) dirinya, waktu maupun orang, pupil dilatasi, tekanan darah turun, hipotensi, wajah pucat dan dingin, tidak mampu mengenal stimulus-stimulus, serta koordinasi motorik buruk. Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisik dan secara tidak langsung melalui pembentukan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan. Pada perilaku seseorang muncul beberapa respon yaitu : a. Respon Fisiologis 1. Kardiovaskuler : palpitasi, tekanan darah meningkat, dan jantung berdebardebar. 2. Gastrointestinal : nafsu makan turun, tidak nyaman pada perut, diare, dan mual 3. Respiratori : Pernafasan cepat dangkal dan terengah-engah 4. Neuromuscular : Reaksi terkejut, tremor, gugup, kelemahan umum, insomnia, dan pusing
5. Traktus Urinarius : sering kencing 6. Kulit : muka merah, muka pucat b. Respon perilaku Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi kaget, gugup, bicara cepat, menghindar, menarik diri dari hubungan interpersonal, dan melarikan diri dari masalah. c. Respon Kognitif Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, kesadaran diri meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut injuri, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, dan takut cidera atau kematian. d. Respon Afektif Adapun respon afektif yang sering muncul adalah tidak sabar, tegang, ketakutan, waspada dan gugup. Soewadi (1987) berpendapat bahwa kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap faktor yang berhubungan dengan kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, status pendidikan, pengetahuan, sosial ekonomi. Mereka yang berumur muda, biasanya akan mudah terkena stres dari pada mereka yang berumur lebih tua. Status pendidikan, pengetahuan dan sosian ekonomi yang rendah akan lebih sulit beradaptasi terhadap stres, sedangkan pada proses persalinan kehadiran orang-orang terdekat juga besar pengaruhnya terhadap proses adaptasi.
B. Persalinan 1. Pengertian Proses persalinan menurut Wijoyosastro dan Hudono (1991) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang terdapat dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Selanjutnya proses persalinan tersebut membawa dampak atau reaksi pada ibu yang akan melahirkan berdasarkan pada fase-fase persalinan yang akan dilalui olehnya. Persalinan dimulai dengan adanya tanda-tanda lightening atau dropping dimana kepala bayi masuk pintu atas panggul (PAP), dan akan terlihat jelas terutama pada ibu primipara karena otot-otot perutnya masih kuat (tidak kendur) dari pada multipara. Perut tampak lebih melebar dan fundus uteri turun. Pada fase ini, dapat terjadi polisuria, sering atau susah BAK (Buang Air Kecil) dan terjadi kontraksi yang lemah pada uterus yang menimbulkan sakit perut menjalar ke punggung. Hal ini disebut fase nyeri dan rasanya lendir mulai keluar, kadang bercampur darah. Pada primipara rasa sakit itu terjadi saat permulaan persalinan akibat kontraksi, sehingga pasien akan segera pergi ke Rumah Sakit untuk melahirkan. Timbul perasaan kaget dan bertanya-tanya apakah sudah tiba waktunya untuk melahirkan, apakah bayinya tidak apa-apa karena lendir dan darah yang keluar dari vaginanya. Kemudian timbul tanda-tanda inpartu yaitu sakit atau nyeri yang lebih hebat dari permulaan. Keluar lendir dan darah yang lebih banyak, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya dan pembukaan servik sudah ada kurang lebih 1 3 cm.
2. Fase Persalinan Fase persalinan terbagi atas empat yaitu kala I, kala II, kala III, dan kala IV (Hamilton, 2002). 2.1 Kala I Kala I merupakan suatu kondisi dimulainya kontraksi rahim sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm). Fase ini terbagi atas tiga fase yaitu fase laten, fase aktif, dan fase transisi. 2.1.1. Fase laten Fase laten dimulai pada ibu primipara kurang lebih 6 jam, sedang pada ibu multipara selama 4,5 jam. Pembukaan serviks sangat lambat dan kurang lebih 1 3 cm. Ibu dapat mendengar dan melihat apa yang terjadi di sekelilingnya. Pada saat ini perhatian mengenai persalinan seperti memberi informasi mengenai pernafasan, posisi saat mengejan dapat diberikan karena konsentrasi ibu terpusat pada persalinan. Ketidaknyamanan akibat nyeri pada saat ini masih minimal terutama bagi ibu yang mengikuti senam prenatal. 2.1.2. Fase aktif Fase aktif dimulai dengan pembukaan servik 4 8 cm. Kontraksi lebih sering dan lebih lama diikuti dengan pembukaan servik yang cepat. Nyeri lebih hebat dari fase laten dan berlangsung kurang lebih 3 jam untuk ibu primipara dan kurang lebih 2 jam untuk ibu multipara. Ibu mulai timbul gelisah dan mulai sering merasa sakit, serta posisi tidur mulai sering berpindah pindah (miring ke kanan dan ke kiri). Saat
ini merupakan masa sulit bagi ibu karena adanya rasa ketidaknyamanan. Kondisi ini membuat ibu mengalami perasaan ambivalen atau ragu-ragu antara ingin melahirkan segera dengan rasa sakitnya yang dirasakan. Ibu primipara menganggap saat seperti ini merupakan masa yang sulit untuk dilalui, tetapi merasakan bahwa sesuatu yang luar biasa akan terjadi padanya, yaitu melahirkan bayi dan hal itu benar-benar terjadi padanya. Ibu merasa cemas mengenai diri dan bayinya selamat serta merasa kehidupannya pasti akan berbeda. 2.1.3. Fase transisi Ketika fase aktif berlalu, tiba fase transisi dimana fase ini akan terjadi pembukaan servik 8 10 cm, dan telah terjadi dilatasi penuh. Kontraksi lebih sering yaitu setiap 2-3 menit, dan lebih lama 60 90 detik. Jika membran belum ruptur karena amniotomy maka membran tersebut akan ruptur bersamaan dengan dilatasi penuh servik. Bagi ibu, fase ini akan merasa lebih tidak nyaman dan nyeri yang sangat hebat karena intensitas dan lamanya kontraksi, ibu mulai kehilangan kontrol, mulai cemas, bahkan panik dan iritable (mudah marah). Hal ini biasanya diikuti perasaan mual dan muntah. 2.2. Kala II Tahap ini ditandai dengan nyeri yang semakin hebat dan darah bercampur lendir yang semakin banyak. Perasaan ibu sangat ingin mengejan ditandai pula dengan pembukaan servik yang lengkap. Ibu mengharap bahwa bayinya akan
lahir segera dan ketidaknyamanannya akan persalinan akan berakhir. Pada saat ini perasaan ingin mendorong untuk melahirkan bayi meningkat, diakibatkan oleh penurunan kepala yang menekan rectum dan peningkatan tekanan intra abdominal sehingga memperkuat kontraksi yang membantu pengeluaran janin. 2.3. Kala III Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kala ini merupakan waktu yang kritis untuk mencegah perdarahan post partum sebab ketika plasenta lahir dan segera setelah itu ketika plasenta terlepas tetapi tidak keluar, maka perdarahan terjadi di belakang plasenta sehingga uterus tidak dapat sepenuhnya berkontraksi karena plasenta masih di dalam manajemen aktif (Saefudin, 2001). Tangisan pertama bayi yang ditunggu tunggu akan disambut senyum dan bahagia juga air mata oleh sang ibu. Biasanya ibu berusaha memegang bayinya, meskipun bayi belum dipotong tali pusatnya dan menanyakan keadaan bayinya, jenis kelamin, berat badan dan panjangnya. 2.4. Kala IV Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai jam pertama post partum. Tujuan asuhan persalinan memberikan asuhan yang memadahi selama persalinan dalam upaya mencapai persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan bayi. Pemantauan yang ketat diperlukan untuk mencegah kematian ibu terutama karena perdarahan. Pada kala IV ini petugas harus memantau ibu tiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran
plasenta dan tiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, serta lebih sering lagi ketika kondisi ibu tidak stabil. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada ibu yang akan melahirkan antara lain: 1. Tingkat pengetahuan dan pendidikan Pasangan suami istri yang berpendidikan tinggi dan mengikuti kelas antanatal serta banyak membaca buku tentang kelahiran secara mandiri maupun kelompok, mereka lebih tenang dan siap menghadapi proses persalinan
2. Kehadiran orang terdekat Suami atau orang terdekat dapat memberikan dorongan fisik dan moral bagi ibu yang melahirkan, sehmgga ibu akan merasa lebih tenteram (Helen Farrer, 2001). 3. Lingkungan Lingkungan yang nyaman akan membuat lbu lebih tenang dalam melahirkan, ruang persalinan yang ideal dibuat seperti suasana di rumah atau sering disebut dengan ruang persalinan altematif, peralatan steril segera disediakan ketika akan segera terjadi, petugas kesehatan selalu berjaga dan memberikan informasi tentang kemajuan persalinan (Hamiton, 1995). 4. Pendapatan Jika terdapat masalah keuangan, mungkin ibu hamil dalam mempersiapkan kelahirannya tidak dapat mengikuti petunjuk diet, istirahat ataupun kebiasaan ideal lainnya seperti yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan, dan persalinan sendiri mmpakan beban tambahan bagi ibu dan keluarga, ia merasakan kekhawatiran aka biaya yang lebih berat lagi (Helen Farrer, 2001). 5. Umur Pada primigravida dengan usia di bawah 20 tahun kesiapan mental masih sangat kurang, sehingga dalam menghadapi kelahiran pun belum mantap. Primigravida dengan usia di atas 35 tahun meskipun secara fisik resiko terjadi komplikasi lebih besar, tetapi secara mental mereka lebih siap, penundaan kehamilan ini biasanya disebabkan fakor karir. Mereka sudah
tahu adanya alat pendeteksi dan pengobatan yang bisa dimanfaatkan juga diperlukan (www.spindlebub.com)
C. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka peneliti membuat kerangka teori sebagai berikut : Pengalaman baru /krisis ibu melahirkan Kecemasan Perilaku Kecemasan Respon fisiologis Respon psikomotor Respon kognitif Respon afektif Tingkat kecemasan - ringan - sedang - berat - panik Proses persalinan lebih lama - usia - tingkat sosial ekonomi - tingkat pendidikan - tingkat pengetahuan - lingkungan - kehadiran orang terdekat.. : Area penelitian Sumber : Soewardi (1980), Stuart & Sundeen (1995)
D. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitiannya sebagai berikut : Variabel independen Faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan : - Usia - Tingkat sosial ekonomi - Tingkat pendidikan - Tingkat pengetahuan - lingkungan - Kehadiran orang terdekat Variabel dependen Tingkat kecemasan Ibu melahirkan primipara Skema 2 : kerangka konsep penelitian E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel variabel yang diteliti meliputi : a. Variabel bebas, yang meliputi usia, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, lingkungan, dan kehadiran orang terdekat. b. Variabel terikat, yaitu tingkat kecemasan ibu. 2. Definisi operasional Definisi operasional masing-masing variabel adalah sebagai berikut : a. Usia Adalah umur responden pada saat survei dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun dan dihitung sejak tahun lahir. Data ini diperoleh berdasarkan pengisian identitas pasien pada lembar kuisioner. Hasil pengumpulan data berskala nominal yang kemudian dikategorikan sebagai berikut : - Primigravida muda bila usia < 20 tahun
- Primigravida menengah bila usia 20 s/d 35 tahun - Primigravida tua bila usia > 35 tahun b. Tingkat sosial ekonomi Tingkat sosial ekonomi adalah pendapatan tiap bulan yang didapat responden dan keluarga baik dari pekerjaan pokok atau sampingan. Didasarkan pada Survey Bagian Pengelolaan Keuangan Kabupaten Temanggung 2004. Data diperoleh dari pengisian kuisioner. Jenis data Kategori : Ordinal : - Rendah, bila pendapatan < 1.000.000 rupiah - Sedang, bila p-endapatan 1.000.000 1.500.000 rupiah - Tinggi, bila pendapatan >1.500.000 rupiah c. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang telah diselesaikan, ditetapkan berdasarkan ijazah terakhir. Data diperoleh dari pengisian identitas pasien pada lembar kuisioner Jenis data Kategori : Ordinal : - Rendah, bila buta huruf s/d SD - Sedang, bila pendidikan SLTP s/d SLTA dan sederajat. - Tinggi, bila akademi s/d perguruan tinggi d. Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan adalah respon terhadap soal soal yang berkaitan dengan proses kelahiran, meliputi pengertian persiapan yang dilakukan menjelang kelahiran, proses yang akan dialami selama kelahiran.
Pengukuran dengan kuisioner dan hasil pengukuran berupa data oridinal. Kategori : - Baik bila skornya 11-16 - Sedang bila skornya 5-10 - Kurang bila skornya 0-4 e. Lingkungan Lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi proses persalinan sehingga pasien merasa aman dan nyaman dalam melahirkan, termasuk didalamnya tersedia tenaga dan prasarana yang memenuhi kebutuhan selama proses kelahiran (Saefudin, 2001). Lingkungan dikelompokkan dalam tiga kriteria : 1. Lingkungan fisik, terdiri dari : - Keadaan ruangan yang hangat - Tersedia tenaga yang profesional - Tersedia peralatan persalinan dalam kondisi steril - Ruangan cukup luas - Cahaya cukup baik siang maupun malam - Sirkulasi udara baik - Tersedia air bersih - Tersedia kamar mandi dan WC - Tersedia tempat sampah 2. Lingkungan psikis, terdiri dari : - Ada perhatian dari petugas yang jaga - Ada kehadiran orang terdekat
- Harapan terhadap kelahiran - Pemeriksaaan berkala oleh petugas - Informasi perkembangan kesehatannya selama proses persalinan 3. Lingkungan sosial, terdiri dari : - Kesempatan berhubungan dengan petugas kesehatan - Kesempatan berhubungan dengan keluarga - Kesempatan berhubungan dengan bayi - Kesempatan berhubungan dengan pasien disebelahnya Data diperoleh dari pengisian kuisioner oleh responden Jenis data : Oridinal Kategori : Aman dan nyaman bila skor 9-13 Kurang aman dan nyaman bila skor 4-8 Tidak aman dan tidak nyaman bila skor 0-3 f. Kehadiran orang terdekat Kehadiran orang terdekat adalah keberadaan suami atau anggota keluarga lain yang dapat berperan dalam proses persalinan untuk memberi semangat dan sentuhan atau melatih pernafasan, sehingga mempengaruhi rasa cemas pada ibu bersalin. Jenis data Kategori : Nominal : Ada kehadiran orang terdekat g. Tingkat kecemasan Tidak ada kehadiran orang terdekat
Tingkat kecemasan merupakan kondisi kualitas kecemasan pada ibu melahirkan yang dapat diukur dengan mengunakan Skala Anxietas Hamilton (Hamilton Rating Scale Anxiety HRSA). Instrumen ini telah diujicobakan dan peneliti mengadopsi sesuai dengan aslinya (Dadang Hawari, 2002). Hasil pengukuran data berskala ordinal. Kategori : Tidak ada kecemasan bila skor 0-52 Cemas ringan bila skor 53-112 Cemas sedang bila skor 113-172 Cemas berat bila skor 173-232 Cemas berat sekali bila skor 233-280 F. Hipotesa a. Ada hubungan antara faktor usia responden dengan tingkat kecemasan ibu melahirkan primipara. b. Ada hubungan antara faktor tingkat sosial ekonomi dengan tingkat kecemasan pada ibu melahirkan primipara. c. Ada hubungan antara faktor tingkat pendidikan responden dengan tingkat kecemasan pada ibu melahirkan primipara. d. Ada hubungan antara faktor tingkat pengetahuan responden dengan tingkat kecemasan pada ibu melahirkan primipara. e. Ada hubungan antara faktor lingkungan dengan tingkat kecemasan pada ibu melahirkan primipara. f. Ada hubungan antara faktor kehadiran orang terdekat dengan tingkat kecemasan pada ibu melahirkan primipara.