BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara global, sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatorum, yaitu 40 % dari kematian balita di dunia dengan kematian bayi baru lahir setiap tahunnya 3,1 juta. Pada negara berpenghasilan rendah, sepsis neonatorum adalah penyebab hampir 1 juta kematian yang disebabkan infeksi selain meningitis dan pneumonia (El-Din, 2015). Penyebab kematian bayi di seluruh dunia adalah infeksi 36% (sepsis, radang paru-paru, tetanus, diare), preterm 28 % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). Sepsis neonatorum dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, namun umumnya hal ini dipengaruhi kondisi sebelumnya pada bayi ataupun ibu. Permasalahan kondisi pada bayi dapat dikaitkan dengan sistem imunitas dan gangguan pada kondisi fisik (asfiksia, bayi berat lahir rendah, kurang bulan) yang dapat meningkatkan resiko infeksi pada neonatus. Sepsis neonatorum juga dapat dipengaruhi pada kondisi ibu yaitu infeksi yang dimiliki ibu melalui cairan amnion atau didapat bayi pada saat melewati jalan keluar persalinan (Aminullah, 2007). Upayaupaya dalam mengatasi sepsis neonatorum telah dilakukan dan diprakarsai oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease Control(CDC) telah membuat Perinatal Prevention Guidelines terutama yang disebabkan oleh bakteri. Di indonesia, Departemen Kesehatan RI bersama Health Technology Assesment (HTA) telah melakukan penilaian 1
dan kajian dari berbagai aspek dalam penegakan diagnosis, penatalaksanaan dan pencegahan (CDC, 2010) (Aminullah, 2007). Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko sepsis neonatorum ini perlu mendapat perhatian terutama kondisi ini akan berbeda pada setiap negara (negara berkembang atau negara maju), tempat pelayanan kesehatan, maupun agen penyebabnya dapat dipengaruhi perubahan waktu. Alternatif dan upaya dalam mengatasi sepsis neonatorum ini adalah dengan melakukan riset atau penelitian terutama di pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit untuk menilai kejadian sepsis neonatorum tersebut. Melihat angka kejadian di negara berkembang dan di Indonesia yang masih cukup tinggi dan angka kematian bayi yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup, dengan 10,6% kematian disebabkan sepsis neonatorum di Indonesia, maka penelitian tentang faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum dirasakan perlu dilakukan, dengan harapan diperoleh hasil penelitian yang bermanfaat dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan rekam medis pasien sepsis neonatorum di RS Bethesda Yogyakarta (Aminullah, 2007). 1.2 Rumusan masalah 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya sepsis neonatorum? 2. Faktor apakah yang paling mempengaruhi terjadinya sepsis neonatorum? 3. Kondisi klinis apa yang terjadi pada sepsis neonatorum? 2
1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sepsis neonatorum 2. Mengetahui faktor yang paling mempengaruhi terjadinya sepsis neonatorum 3. Mengetahui kondisi klinis yang terjadi pada sepsis neonatorum 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang faktor resiko terjadinya sepsis neonatorum di ruang NICU. Peneliti juga menambah kemampuan dan pengalaman untuk melakukan penelitian. 2. Bagi rumah sakit Bethesda dan tenaga kesehatan (dokter) Mengetahui faktor prediktor yang menyebabkan terjadinya sepsis neonatorum di NICU sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam hal manajemen pasien sepsis neonatorum. 3
1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1. Hasil Penelitian Terdahulu Nama(tahun) Metode Subjek Hasil Putra, (2012) Insiden dan faktorfaktor yang berhubungan dengan sepsis neonatus di RSUP Sanglah Denpasar Turhan et al, (2015) Factors which affect mortality in neonatal sepsis retrospektif 125 pasien dengan sepsis neonatus Kohort prospektif 3129 bayi rawat inap di unit perawatan nicu 125 kasus sepsis neonatus dengan gambaran 56,8% dari subjek laki-laki, 72% lahir secara spontan,64% lahir dengan asfiksia, 26% dengan berat lahir rendah,68,8% prematur dan 86,4% dengan sepsis neonatus awitan dini(snad). Kematian sepsis 30,4%. BBLR dan prematuritas terkait dengan kematian sepsis neonatus. 351 bayi didiagnosa sepsis dengan usia kehamilan ditemukan 30,1 ± 4,1 minggu, berat rata-rata kelahiran ditemukan 1.417,4 ± 759,1 g dan waktu perawatan di rumah sakit rata-rata ditemukan menjadi 43,6 ± 34,4 hari. Kultur darah yang ditemukan positif di 167 (47,6%) pasien, kultur urine ditemukan positif dalam 6 (7,1%) pasien dan Cairan serebrospinal ditemukan positif dalam 34 (9,6%) kasus. 4
Nama(tahun) Metode Subjek Hasil El-Din, (2015) Epidemiology of Neonatal Sepsis and Implicated Pathogens: A Study from Egypt Prospektif cohort 778 bayi dalam perawatan di NICU Kultur darah yang ditemukan positif di 167 (47,6%) pasien, kultur urine ditemukan positif dalam 6 (7,1%) pasien dan Cairan serebrospinal ditemukan positif dalam 34 (9,6%) kasus. Penyebab paling umum dari sepsis ditemukan stafilokokus (koagulase negatif staphylococcus ditemukan pada 65 pasien (51%) dan Staphylococcus aureus ditemukan pada 38 pasien (39%). 49,6% (n = 63) dari bacteriae gram positif dan 60% (n = 21) dari gram negatif. 357 kasus didiagnosa sepsis dengan kejadian 45,9%. Dimana diantaranya 344 kasus yaitu 152 neonatus (44,2%) diklasifikasikan sebagai onset awal sepsis (EOS) ( 72 jam) dan 192 (55,8%) sebagai late onset sepsis (LOS) (> 72 jam). Di antara kasus LOS, 33,9% (65/192) yang disebabkan oleh infeksi nosokomial. 5