I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

Tahun Bawang

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KOMODITAS BROKOLI DI DESA TUGU UTARA, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN *

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)


I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia diperuntukan sebagai lahan pertanian, dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Realisasi Keuangan

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

30% Pertanian 0% TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tanaman hortikultura meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM PASAR INDUK KRAMAT JATI

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar mata

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti karbohidrat, zat pembangun misalnya protein, dan zat pelindung seperti vitamin serta mineral. Karbohidrat banyak terdapat pada pangan beras, jagung, ketela pohon, dan sebagainya, sedangkan pangan protein dapat diperoleh dari hewan (protein hewani) atau dari tanaman (protein nabati). Buah-buahan dan sayuran memiliki kandungan protein maupun vitamin serta mineral yang cukup banyak untuk menopang keseimbangan metabolisme dalam tubuh. Kontribusi hortikultura terhadap manusia dan lingkungan memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat produk hortikultura bagi manusia diantaranya adalah sebagai sumber pangan dan gizi, pendapatan keluarga, dan pendapatan negara. Sedangkan manfaatnya bagi lingkungan adalah menambah citra dalam rasa dan estetika, konservasi genetik dan sekaligus sebagai penyangga kelestarian alam. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman jenis buah-buahan dan sayur-sayuran yang sangat banyak. Komoditas sayuran memegang peranan penting dalam perekonomian negara. Salah satu produk sayuran unggulan adalah brokoli. Brokoli (Brassicae oleraceae L) merupakan tanaman sayuran yang termasuk dalam kelompok kubis-kubisan (Brassicaceae). Bagian brokoli yang dapat dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau yang tersusun rapat seperti cabang pohon dan batang tebal. Brokoli dikenal memiliki berbagai kandungan kimia yang baik bagi kesehatan tubuh manusia. Adapun kandungan dalam brokoli antara lain protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, zat besi, vitamin A, C, E, tiamin, riboflavin, nikotinamide, kalsium, beta karoten dan glutation, senyawa sianohidroksibutena (CHB), sulforafan dan iberin yang merangsang pembentukan glutation. Hal ini menjadikan brokoli menjadi salah satu sayuran yang diminati banyak orang. Brokoli juga dapat digunakan sebagai obat untuk menjinakkan bakteri H. pylori yang mengendap di dalam lambung dan

usus dua belas jari yang dapat menyebabkan penyakit tukak lambung dan gangguan usus dua belas jari. 1 Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 1. produktivitas sayuran secara umum cenderung fluktuatif terhitung mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Dari 18 komoditas sayuran unggulan pada tahun 2009, produktivitas brokoli berada pada peringkat sepuluh. Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa produktivitas brokoli cenderung fluktuatif. Produktivitas brokoli pada tahun 2004 mampu mencapai angka 94,77 kuintal/ha. Brokoli mengalami peningkatan produktivitas pada tahun 2005 yaitu sebesar 100,71 kuintal/ha. Tingkat produktivitas brokoli pada tahun 2005 merupakan tingkat produktivitas terbesar dari tahun 2004 sampai pada tahun 2009. Pada tahun 2006 terjadi penurunan produktivitas yang sangat drastis yakni sebesar 9,882 kuintal/ha. Tingkat produktivitas brokoli pada tahun 2006 merupakan tingkat produktivitas terendah dari tahun 2004 sampai pada tahun 2009. Pada tahun 2007, komoditas brokoli mengalami peningkatan produktivitas menjadi 95,35 kuintal/ha. Pada akhirnya pada tahun 2009, komoditas brokoli kembali mengalami penurunan produktivitas menjadi 90,135 kuintal/ha. 1 Tim Info Tempo.2009.Khasiat si Kecambah Brokoli.www.tempointeraktif.com.3 November 2010 2

Tabel 1. Produktivitas Sayuran Indonesia (2004-2009) Tahun Jenis sayuran Satuan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Bunga Kol ton/ha 14,44 14,53 13,63 13,37 12,31 11,87 Buncis ku/ha 81,4 87,9 7,75 85,2 85,2 94,8 Brokoli Ku/ha 94,77 100,71 9,882 95,535 96,795 90,135 Cabe ku/ha 56,6 0 0 0 0 0 Jamur ku/ha 400,9 1.213,60 790,7 1.279,80 675,8 549,3 Kacang Merah ku/ha 3,2 38,3 3,82 45,1 47,8 48,6 Kacang Panjang ku/ha 53,4 55 5,44 57,2 54,6 57,7 Kangkung ku/ha 56,4 63,6 6,6 71,3 68 73,8 Kentang ku/ha 163,9 164 169,4 160,9 167 165,1 Ketimun ku/ha 94,9 104,1 10,21 102,6 96,8 103,9 Kol ku/ha 115,83 123,09 12,078 116,765 118,305 110,165 Lobak ku/ha 124,1 164,6 135,1 133,2 210,6 156,9 Petai ton/ha 7,01 7,47 7,58 6,99 8,19 6,92 Petsai / Sawi ku/ha 9,43 105,9 103 102,8 103,6 99,8 Terung ku/ha 69 73,5 7,26 82,1 88,2 93,8 Tomat ku/ha 118,9 126,4 11,77 123,3 136,6 152,7 Wortel ku/ha 175,3 178,5 167,1 147,8 149 148,6 Jahe kg/m2 1,7 1,82 1,77 2,66 1,93 1,69 Sumber : Susenas diolah (2011) Sementara itu, dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi per kapita sayuran di Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2010 cenderung fluktuatif. Konsumsi per kapita untuk komoditas brokoli pada tahun 2004 mencapai 0,91 kg/tahun. Konsumsi per kapita brokoli pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,94 kg/tahun. Tingkat konsumsi per kapita pada tahun 2005 tersebut merupakan tingkat konsumsi per kapita tertinggi dari tahun 2004 sampai pada tahun 2010. Pada tahun 2006, konsumsi per kapita brokoli mengalami penurunan 3

menjadi 0,82 kg/tahun. Tingkat konsumsi per kapita pada tahun 2006 tersebut merupakan tingkat konsumsi per kapita terendah dari tahun 2004 sampai pada tahun 2010. Setelah itu, pada tahun 2007 konsumsi per kapita untuk komoditas brokoli mengalami peningkatan sampai pada tahun 2008. Penurunan konsumsi per kapita untuk komoditas brokoli pada tahun 2006 diperkirakan sejalan dengan penurunan tingkat produktivitas komoditas brokoli pada tahun 2006 yang mencapai 9,882 kuintal/ha (Tabel 1.). Adapun tingkat konsumsi per kapita brokoli akan terus meningkat pada tahun 2009 dan tahun 2010 yaitu sebesar 0,89 kg/tahun dan 0,92/tahun. 4

Tabel 2. Data Konsumsi per Kapita Sayuran Indonesia (2004-2010) Konsumsi per Kapita (kg/tahun) Jenis sayur-sayuran 2004 2005 2006 2007 2008 2009# 2010# Bawang Merah 2,19 2,21 2,08 3,01 2,74 2,82 2,90 K e t i m u n 1,92 1,92 1,98 2,08 2,08 2,14 2,21 Kacang Merah - - - - - 0,00 0,00 Kacang Panjang 3,43 3,69 4,00 3,80 3,80 3,91 4,03 K e n t a n g 1,82 1,92 1,66 2,08 2,03 2,09 2,15 Kol 1,12 1,09 1,00 1,03 1,06 1,09 1,12 T o m a t 1,52 1,34 1,17 2,09 2,23 2,29 2,36 W o r t e l 0,73 1,09 0,94 1,14 1,14 1,18 1,21 Brokoli 0,91 0,94 0,82 0,84 0,86 0,89 0,92 Cabe Merah 1,36 1,51 1,38 1,47 1,54 1,59 1,64 Cabe Hijau 0,24 0,24 0,23 0,30 0,27 0,27 0,28 Cabe Rawit 1,14 1,16 1,16 1,51 1,44 1,48 1,53 T e r u n g 2,55 2,55 2,65 3,48 2,91 3,00 3,09 Petsai / Sawi 0,47 0,78 0,47 0,73 0,88 0,91 0,94 Kangkung 4,52 4,94 4,99 4,94 4,78 4,93 5,08 Labu Siam 0,83 0,94 1,09 1,46 1,46 1,50 1,54 B u n c i s 0,94 0,94 0,94 0,88 0,94 0,96 0,99 B a y a m 4,42 4,78 4,37 4,47 4,00 4,13 4,25 Bawang Putih 1,15 1,21 1,09 1,51 1,71 1,76 1,82 J a m u r 0,05 0,05 0,04 0,07 0,06 0,06 0,06 Petai - - 0,15 0,84 0,30 0,31 0,32 Jengkol - - 0,62 0,68 0,47 0,48 0,50 Lainnya 2,18 2,03 1,72 2,50 2,76 2,84 2,92 Sumber : Susenas diolah (2011) Keterangan : # = Angka ramalan 5

Dataran tinggi Jawa Barat (Bandung, Garut, Bogor, Cianjur, dan Tasikmalaya) terletak pada daerah agroklimat basah dengan rata-rata bulan basah delapan sampai dengan sepuluh bulan dengan curah hujan rata-rata tahunannya lebih dari 2000 mm. Daerah ini cocok untuk pertumbuhan dan produksi sayuran dataran tinggi seperti brokoli, paprika, selada, sawi, kentang, wortel, kubis, dan lain-lain (Nugraha, 2010). Berdasarkan informasi melalui komunikasi lisan dengan pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, diperoleh informasi bahwa sayuran brokoli merupakan salah satu jenis sayuran yang belum lama dibudidayakan dan untuk wilayah Bogor hanya dihasilkan di kecamatan Cisarua Puncak. Daerah ini dipilih untuk usahatani brokoli karena sesuai dengan persyaratan tumbuh dari sayuran brokoli tersebut ditinjau dari aspek geografisnya, yaitu wilayah dengan ketinggian 800-900 mdpl. Pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor menyampaikan bahwa sampai saat ini wilayah sentra produksi brokoli untuk wilayah Bogor hanya terdapat di kecamatan Cisarua. Laporan pihak Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Teknologi Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Kehutanan VII (UPT PTTPHPK VII) menginformasikan bahwa di kecamatan Cisarua brokoli baru dibudidayakan pada tahun 2008. Laju pertumbuhan brokoli dari aspek luas panen, produktivitas, dan produksi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Brokoli di Kecamatan Cisarua (2008-2010) Tahun Luas panen (ha) Produktivitas Produksi (ton) (ton/ha) 2008 40 6,75 270 2009 40 6,75 270 2010 44 6,75 297 Sumber : UPT PTTPHPK VII wilayah Ciawi (2011) Berdasarkan Tabel 3. produksi brokoli dari tahun 2008 sampai pada tahun 2009 adalah tetap yaitu sebesar 270 ton, kemudian mengalami peningkatan produksi sebesar 10 persen pada tahun 2010. Usahatani brokoli di kecamatan Cisarua terpusat di desa Tugu yang masih terbagi pada dua wilayah pedesaan yaitu desa Tugu Utara dan desa Tugu Selatan. 6

Salah satu kelompok tani yang mengusahakan brokoli di desa Tugu Utara yaitu kelompok tani Suka Tani. Kelompok tani Suka Tani merupakan bagian dari gabungan kelompok tani Tugu Utara. Gapoktan Tugu Utara terdiri dari beberapa kelompok tani yang bergerak dalam beberapa bidang budidaya komoditas yang dapat dilihat pada Tabel 4. Kelompok tani Suka Tani bergerak dalam usahatani sayuran non organik. Berdasarkan luas lahan, kelompok tani Suka Tani memiliki luas lahan yang paling besar jika dibandingkan dengan kelompok tani sayuran non organik lainnya di Gapoktan Tugu Utara, yaitu sekitar 70 Ha. Usahatani brokoli yang dijalankan oleh kelompok tani Suka Tani baru dimulai pada tahun 2009. Adapun dari 20 anggota petani kelompok tani Suka Tani, baru ada delapan petani yang berkecimpung dalam usahatani brokoli sampai pada saat ini. Tabel 4. Daftar Kelompok Tani di Desa Tugu Utara Nama Kelompok Tani Alamat Nama Ketua Komoditas Budidaya Pemuda Sampang Kampung Sampang Aang Zaenal Ikan Nila Rt 01/03 Gadong Organik Kampung Cisuren Rt Soemadi STP Sayuran Organik 04/04 Wijaya Tani Kampung Cisuren Rt 04/04 Asep Ruhiyat Sayuran Non Organik Puncak Sejati Kampung Pondok Henda Budiman Kambing Rawa Rt 03/04 Tunas Kaliwung Kampung Pondok Rudi Sanjaya Kelinci Caringin Rt 02/04 Kaliwung Kalimuncar Kampung Pondok Dedi Damhudi Jamur Tiram Caringin Rt 02/04 Suka Tani Kampung Suka Tani Ujang Yahya Sayuran Non Organik Rt 06/04 Halimun Kampung Tugu Rt H.Topik Sayuran Non Organik 02/01 Hijau Lestari Kampung Cisuren Rt 04/04 H. Mamat Karyana Sayuran Non Organik Sumber : Kantor Kelurahan desa Tugu Utara (2011) 1.2 Perumusan Masalah Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), perekonomian yang menyangkut persoalan dalam hal mata pencaharian dan cara hidup bermasyarakat terbagi atas tiga bagian, yaitu produksi, pemasaran, dan konsumsi. Produksi dan pemasaran adalah kegiatan yang mempunyai hubungan dengan penciptaan atau penambahan kegunaan atas barang dan jasa, sedangkan konsumsi adalah kegiatan yang 7

memiliki hubungan dengan penurunan atas kegunaan barang dan jasa. Sementara pemasaran atau yang sering disebut sebagai tataniaga merupakan tindakan yang berhubungan dengan pergerakan barang-barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen. Kelompok tani Suka Tani merupakan salah satu anggota gabungan kelompok tani Tugu Utara yang berada di jalan Kampung Suka Tani, desa Tugu Utara, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor. Kelompok tani Suka Tani memiliki anggota sebanyak 20 orang dengan seorang ketua yang bernama bapak Ujang Yahya. Usahatani brokoli di Suka Tani baru dimulai dari tahun 2009. Pada kelompok tani ini, baru terdapat delapan orang petani dalam menjalankan usahatani brokoli. Adapun total luas lahan petani brokoli pada kelompok tani ini seluas 27,6 Ha (Lampiran 1). Masa tanam jenis sayuran ini adalah selama 2,5 bulan dari tahap penyemaian sampai masa panen. Kelompok tani Suka Tani telah mampu menjalankan usahatani brokoli dengan memperoleh hasil panen yang besarnya sama dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010. Hasil panen rata-rata petani dapat mencapai 5,93 ton brokoli per tahun. Dengan demikian total hasil panen yang didapatkan oleh delapan anggota kelompok tani tersebut adalah sebesar 160,70 ton per tahun pada total luas panen sebesar 27,6 Ha. Data pada Tabel 3. dapat menunjukkan bahwa hasil produksi brokoli di Kecamatan Cisarua sebagian besar diperoleh dari kelompok tani Suka Tani. Pada tahun 2009, kelompok tani ini mampu memperoleh tingkat produksi sebesar 59,52 persen dari total produksi brokoli yang ada di wilayah Cisarua, dan pada tahun 2010 mampu memperoleh tingkat produksi sebesar 54,11 persen dari total produksi di wilayah Cisarua tersebut. Proporsi produksi yang besar pada kelompok tani ini seharusnya membuat kelompok tani tersebut mampu memasarkan brokoli dengan lebih baik. Akan tetapi kelompok tani ini harus mampu menciptakan aktivitas tataniaga yang baik untuk menjaga kestabilan produksinya. Tingkat produksi yang tinggi dapat menjadi salah satu kekuatan bagi kelompok tani ini untuk memasarkan produk brokoli yang dihasilkannya. Oleh karena itu, cukup menarik untuk melakukan suatu penelitian pada kelompok tani ini. 8

Kelompok tani Suka Tani sebenarnya mampu memasarkan produknya secara langsung kepada konsumen. Akan tetapi terdapat beberapa kendala yang membuat kelompok tani ini tidak dapat memasarkan produknya secara langsung kepada konsumen sehingga membuat kelompok tani ini harus berhubungan dengan pedagang yang dapat membantu menyalurkan produk tersebut. Kendala yang dihadapi oleh kelompok tani tersebut adalah produk yang dijual sifatnya mudah rusak (bulky) dan cepat busuk (perishable). Kendala lain yang dihadapi adalah jarak lokasi pemasaran dari areal usahatani yang dimiliki oleh kelompok tani, sehingga memerlukan penanganan, mulai dari penyimpanan, pengangkutan dan bongkar muat. Hal tersebut dapat mengakibatkan biaya yang dikeluarkan oleh kelompok tani tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperolehnya. Dalam memasarkan brokoli, petani belum dapat menentukan harga jual. Dengan demikian penentuan harga seringkali dilakukan oleh pihak pedagang, sehingga status petani hanya sebagai penerima harga saja (price taker). Hal inilah yang mengakibatkan petani cenderung tergantung pada pihak pedagang. Pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa harga rata-rata per bulan yang diterima oleh petani dari bulan Oktober tahun 2010 sampai pada bulan Juni tahun 2011 berfluktuasi. Tabel 5. Harga Rata-rata Brokoli di Tingkat Petani Tahun Bulan Harga per kg (Rp) 2010 Oktober 4.500 2010 November 3.000 2010 Desember 5.000 2011 Januari - 2011 Februari - 2011 Maret 4.000 2011 April - 2011 Mei - 2011 Juni 4.000 Keterangan : - : petani tidak melakukan penanaman brokoli Sumber : Ketua Kelompok Tani Suka Tani (2011) 9

Pada Tabel 5. dapat terlihat bahwa petani memperoleh harga rata-rata yang fluktuatif dari mulai bulan Oktober 2010 sampai pada bulan Juni 2011. Petani memperoleh harga rata-rata tertinggi pada bulan Desember tahun 2010 sebesar Rp 5.000,- per kg dan harga rata-rata terendah diperoleh pada bulan November 2010, yaitu sebesar Rp 3.000,- per kg. Dalam hal ini, penulis juga melakukan suatu kegiatan peninjauan harga jual di tingkat pedagang pengecer di pasar Bogor, yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Harga Rata-rata Brokoli di Tingkat Pedagang Pengecer di Pasar Bogor Tahun Bulan Harga per kg 2010 Oktober 11.000 2010 November 12.000 2010 Desember 12.000 2011 Januari 15.000 2011 Februari 9.000 2011 Maret 9.000 2011 April 8.000 2011 Mei 8.000 2011 Juni 12.000 Sumber : Pedagang Pengecer di Pasar Bogor (2011) Pada Tabel 6. dapat diketahui bahwa harga yang terbentuk di tingkat pedagang pengecer berfluktuasi. Pedagang pengecer memperoleh harga rata-rata tertinggi pada bulan Januari tahun 2011, yaitu sebesar Rp 15.000,- per kg dan harga rata-rata terendah diperoleh pada bulan April dan Mei tahun 2011 yaitu sebesar Rp 8.000,- per kg. Jika dilakukan pengamatan pada Tabel 5. dan Tabel 6., dapat disimpulkan bahwa telah terbentuk suatu marjin pemasaran yang relatif besar diantara petani sampai ke pedagang pengecer. Dalam hal ini petani mendapatkan bagian yang relatif paling sedikit dari total penerimaan pemasaran brokoli tersebut. Dengan memperhatikan fakta-fakta tersebut, penulis memiliki suatu ketertarikan dalam melakukan penelitian tentang sistem tataniaga brokoli pada kelompok tani ini. Sistem tataniaga brokoli berkaitan dengan peran lembaga tataniaga dalam menyampaikan brokoli dari tangan produsen ke tangan konsumen. Oleh karena itu, hal ini memiliki keterkaitan pada perbedaan lokasi dan kegiatan lembaga tataniaga yang mengakibatkan penyebaran harga dan keuntungan antar lembaga tataniaga menjadi tidak merata. Adanya lembaga tataniaga akan menyebabkan harga brokoli berubah setelah sampai di konsumen, di mana yang menjadi 10

penyebab hal tersebut adalah setiap lembaga tataniaga berusaha melakukan fungsi tataniaga yang menambah nilai guna (utilitas) dari brokoli tersebut sehingga memperbesar biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga biasanya dibebankan kepada pihak produsen dan konsumen dengan cara meningkatkan harga konsumen atau menekan harga produsen. Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat suatu perumusan masalah yang terwujud dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem tataniaga yang dilakukan oleh kelompok tani Suka Tani, di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua Puncak, Kabupaten Bogor? 2. Apakah sistem tataniaga yang berlangsung sudah efisien? 1.3 Tujuan Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem tataniaga brokoli yang dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1. Anggota kelompok tani dan lembaga tataniaga terkait dalam membantu menambah informasi dan masukan dalam hal pengambilan keputusan pemasaran produk secara umum dan pemasaran brokoli secara khusus. 2. Masyarakat secara umum untuk dapat menambah pengetahuan dalam menjalankan bisnis untuk komoditas brokoli. 3. Pembaca, dalam menambah informasi, literatur, dan bahan tambahan untuk keperluan penelitian selanjutnya. 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penulis melakukan batasan dalam melakukan kegiatan penelitian, yang mencakup : 1. Produk yang dikaji adalah komoditas brokoli yang merupakan salah satu komoditas unggulan yang dihasilkan oleh kelompok tani Suka Tani. 2. Penelitian hanya terfokus tentang sistem tataniaga sayur brokoli pada kelompok tani Suka Tani. 3. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2011. 4. Penelitian dilakukan pada kelompok tani Suka Tani yang terletak di jalan Kampung Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. 12