FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING DI PT. BINTANG MAKMUR SENTOSA TEKSTIL INDUSTRI SRAGEN Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Oleh: VIVI SUSILOWATI J 410 130 052 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING DI PT. BINTANG MAKMUR SENTOSA TEKSTIL INDUSTRI SRAGEN Abstrak Indonesia merupakan negara dengan tingkat pencapaian penerapan kinerja K3 yang sangat rendah, sehingga hal tersebut memberikan dampak negatif berupa masalah kesehatan pada pekerja khususnya ISPA. Jumlah kasus ISPA di PT Bintang Makmur Tekstile Industri (BMSTI) Sragen yang tinggi mencapai 157 kasus pada periode 2016-2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada pekerja di bagian ring spinning PT. BMSTI Sragen. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pekerja bagian ring spinning di PT. BMSTI Sragen sebanyak 247 pekerja. Kemudian, sampel ditentukan menggunakan teknik simple random sampling dengan hasil sampel sebanyak 70 pekerja. Analisis data yang digunakan adalah uji chi square dan fisher exact. Pengukuran yang telah dilakukan menunjukan bahwa kadar debu di area kerja ring spinning PT. BMSTI Sragen yaitu 0,22 mg/m³. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja (nilai p=0,002) dan kepatuhan pemakaian APD masker (nilai p=0,001) mempengaruhi kejadian ISPA pada pekerja bagian ring spinning PT. BMSTI Sragen. Kemudian, kebiasaan merokok (nilai p=0,751) tidak mempengaruhi kejadian ISPA pada pekerja bagian ring spinning PT. BMSTI Sragen. Kata kunci : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Kadar Debu, Masa Kerja, Kebiasaan Merokok,Kepatuhan Pemakaian APD Masker Kepustakaan : 31, 1970-2016 ABSTRACT Indonesia is a country with very low level of achievement of occupational safety and health, therefore it gives negative impact of health problem especially Acute Respiratory Infection (ARI). The number of ARI cases in PT Bintang Makmur Tekstile Industry (BMSTI) Sragen reached 157 cases from 2016 to 2017. The purpose of this research was to determine the factors affecting Acute Respiratory Infection (ARI) incidence at workers of ring spinning PT. BMSTI Sragen This type of research was an observational quantitative research with cross sectional design. Population in this research was worker of ring spinning at PT. BMSTI Sragen as many as 247 workers. Then, the sample was determined using simple random sampling technique with result of sample counted 70 workers. Data analysis used was Chi Square and Fisher Exact test. Measurements that have been done show that the level of cotton dust in the work area ring spinning PT. 1
BMSTI Sragen was 0.22 mg / m³. The results showed that work period (p value = 0,002) and compliance compliance the use of the mask (p value = 0,001) was affection ARI occurrence at worker of ring spinning PT. BMSTI Sragen. Then, there smoking habit (p value = 0,751)was not affection with the incidence of ARI in worker of ring spinning PT. BMSTI Sragen. Keyword : Acute Respiratory Infection (ARI), Dust Level, Periode of Work, Smoking Habit, compliance the use of the mask 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang mengalami era globalisasi dan industrialisasi, yang mana era tersebut sejalan dengan perkembangan serta kemajuan teknologi. Pemilihan teknologi yang tepat sangatlah diperhatikan oleh perusahaan industri termasuk pada bagian produksi guna memaksimalkan proses produksi hingga hasil produksi, tetapi tidak sedikit dari beberapa perusahaan atau industri kurang memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tenaga kerja. Berdasarkan data ILO 2013, ditemukan bahwa di Indonesia berada pada peringkat dua terendah di dunia dalam penerapan K3, yaitu menempati urutan ke 152 dari 153 negara. Dipaparkan bahwa 15.043 perusahaan berskala besar, hanya sekitar 2,1% (sekitar 317 buah) perusahaan yang telah menerapkan SMK3 dan standar keselamatan kerja di Indonesia pun merupakan yang paling buruk jika dibndingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan data kunjungan poliklinik di PT. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Indutri ( BMSTI) Sragen pada tahun 2014 sampai 2016, pekerja yang mengalami gangguan ISPA terus tertambah. Pada tahun 2014 tercatat 80 kejadian ISPA, tahun 2015 meningkat menjadi 115 kejadian ISPA, dan tahun 2016 sedikit meningkat yaitu 122 kejadian ISPA. Pada Januari 2016 hingga Mei 2017 telah tercatat 157 kejadian ISPA dari 610 masalah kesehatan pada pekerja di PT BMSTI Sragen, jumlah terbanyak kasus ISPA terjadi pada pekerja bagian Ring Spinning (pemintalan) yaitu sebanyak 40 kasus ISPA. 2
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Mei 2017, dilakukan penyebaran kuisioner kepada 10 pekerja. Dari survei tersebut sebanyak 80% mengalami gejala ISPA dari ISPA ringan hingga ISPA berat. Hasil observasi peneliti di lapangan, menemukan bahwa secara kasap mata terlihat debu-debu kapas yang menempel pada bagian mesin produksi, pada pakaian serta tubuh pekerja. Selain itu, debu kapas juga berterbangan dilingkungan kerja. ISPA merupakan masalah kesehatan yang dapat terjadi di tempat kerja, yang menyebabkan pekerja tidak dapat bekerja dengan efektif dan efisien, mengganggu kondisi kesehatan pekerja, ketidakhadiran pekerja karena sakit yang mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan menurunnya produktivitas bagi perusahaan. Potensi bahaya (hazard) terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Apabila hazard tidak dikendalikan dengan tepat akan mengakibatkan kelelahan, sakit, cidera bahkan kecelakaan yang serius. Risiko yang timbul dapat diidentifikasi, di nilai dan dikendalikan sedini mungkin dengan adanya proses manajemen risiko melalui pendekatan preventif, inovatif dan partisipatif (Tarwaka, 2014). Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada pekerja bagian ring spinning di PT. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri Sragen.. 2. METODE PENELITIAN Jenis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif observasional dengan rancangan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2017 di PT. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri Sragen di bagian Ring Spinning. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian ring spinning PT. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri Sragen sebanyak 247 orang. Sampel pada penelitian ini sebanyak 70 sampel dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling. 3
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Data Karakteristik Responden Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di PT. BMSTI Sragen, berikut adalah hasil mengenai data karakeristik responden meliputi karakteristik umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan dari 70 responden. Tabel 1. Data Karakteristik Responden Karakteristik N % Mean SD Min Max Responden Umur Remaja Akhir 16 22,9 Dewasa Awal 28 40,0 Dewasa Akhir 23 32,9 31,66 7,953 17 50 Lansia Awal 3 4,3 Jenis Kelamin Perempuan 47 67,1 Laki-laki 23 32,9 Tingkat Pendidikan SD 8 11,4 SMP SMA 20 42 28,6 60,0 Berdasarkan Tabel 2 mengenai data karakteristik umur responden pada kategori dewasa awal (26 35 tahun) yaitu 28 (40%) responden, sedangkan untuk kategori umur responden yang paling sedikit pada masa lansia awal (46 55 tahun) awal yaitu 3 (4,3%) responden.data selanjutnya mengenai jenis kelamin, bahwa responden perempuan 47 (67,1%) responden sedangkan untuk laki-laki sebanyak 23 (32,9%) responden. Data selanjutnya menunjukan bahwa responden dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA sebanyak 42 (60,0%) responden, sedangkan untuk responden dengan tingkat pendidikan dengan jumlah paling sedikit adalah SD sebanyak 8 (11,4%) responden. 4
3.2 Hasil Analisis Univariat Analisis univariat menampilkan ditribusi frekuensi dari variabel kejadian ISPA, masa kerja, kebiasaan merokok dan kepatuhan pemakaian APD masker. ISPA Masa Kerja Tabel 2 analisis Univariat Variabel N % ISPA 42 60,0 Tidak ISPA 28 40,0 Kebiasaan Merokok Perokok Bukan Perokok Lama 31 44,3 Baru 39 55,7 12 58 17,1 82,9 Kepatuhan APD Masker Tidak Patuh 44 62,9 Patuh 26 37,1 Berdasarkan Tabel 2,menunjukan bahwa dari 70 responden terdapat 42 (60,0%) responden mengalami ISPA dan 28 (40,0%) responden tidak mengalami ISPA. Data selanjutnya menunjukan bahwa masa kerja baru (< 5 tahun) yaitu 39 (55,7%) responden, lebih banyak daripada masa kerja lama ( 5 tahun) yaitu 31 (44,3%) responden. Responden dengan status perokok yaitu 12 (17,1%) responden, lebih sedikit dibanding responden dengan status bukan perokok yaitu 58 (82,9%) responden. Pada tingkat kepatuhan pemakaian APD masker terdapat responden yang tidak patuh yaitu 44 (62,9%) responden, sedangkan untuk responden yang patuh yaitu 26 (37,1%) responden. 3.3 Kadar Debu Lingkungan Tabel 3. Hasil Pengukuran Kadar Debu Lingkungan Titik Pengukuran Hasil Uji Keterangan (mg/m³) 1 0,21 < NAB 2 0,23 < NAB 5
Berdasarkan hasil pengukuran kadar debu lingkungan yang telah dilakukan di area kerja bagian ring spinning, diperoleh hasil pada titik 1 yaitu 0,21 mg/m³ dan pada titik 2 yaitu 0,23 mg/m³. Dari pengukuran debu kapas 2 titik diperoleh rata-rata yaitu 0,22 mg/m³, hasil tersebut masih diperbolehkan, karena NAB kadar debu lingkungan yang telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI No 1405 Tahun 2002 yaitu 10 mg/m³. 3.4 Analisis Bivariat 3.4.1 Pengaruh masa kerja terhadap kejadian ISPA pada pekerja bagian ring spinning di PT. BMSTI Sragen Tabel 4. Hasil uji statistik antara masa kerja dengan kejadian ISPA Masa Kerja Kejadian ISPA P-value ISPA Tidak ISPA N % N % Lama 25 59,5 6 21,4 0,002 Baru 17 40,5 22 78,6 Total 42 100 28 100 Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa responden dengan masa kerja lama ( 5 tahun) mengalami kejadian ISPA lebih tinggi dibanding responden dengan kategori masa kerja baru (< 5 tahun). Hasil pengujian statistik Chi square diperoleh nilai p=0,002 (p<0,05), sehingga Ho ditolak, hal tersebut menunjukan bahwa adanya pengaruh masa kerja terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada pekerja bagian ring spinning di PT. BMSTI Sragen. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Osana (2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian ISPA (p value=0,026). Responden yang mempunyai masa kerja 5 tahun mempunyai peluang 2,116 kali lebih besar menderita ISPA dibandingkan dengan responden yang mempunyai masa kerja <5 tahun. 6
Pekerja dengan masa kerja 5 tahun mempunyai pontensial mengalami gangguan pernapasan sebesar 8 kali lebih besar dibandingkan pekerja dengan masa kerja <5 tahun, semakin lama manusia terpapar debu ditempat kerja yang bisa dilihat dari lama bekerja maka kemungkinan besar debu akan tertimbun diparu-paru. Hal ini merupakan hasil akumulasi dan inhalasi selama bekerja (Suma mur, 2009). 3.4.2 Pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian ISPA pada pekerja bagian ring spinning di PT. BMSTI Sragen Tabel 9. Hasil uji statistik antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA Status Perokok Kejadian ISPA P-value ISPA Tidak ISPA N % N % Perokok 8 19,0 4 14,3 0,751 Tidak 34 81,0 24 85,7 Perokok Total 42 100 28 100 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa responden dengan status perokok sebanyak 8 (19,0%) mengalami kejadian ISPA lebih rendah dibanding responden dengan status bukan perokok sebanyak 34 (81,0%) responden. Dikarenakan hasil pengujian statistik Chi square tidak memenuhi syarat,dengan adanya nilai expected < 5 sebanyak 25%, maka digunakan uji fisher exact dengan nilai yang diperoleh nilai p=0,751 (p> 0,05), sehingga Ho diterima, hal tersebut menunjukan bahwa tidak adanya pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian ISPA pada pekerja bagian ring spinning di PT. BMSTI Sragen. ). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari (2013) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada pekerja industri 7
pemotongan keramik dan granit dengan nilai p=0,234. Hasil dalam penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardianto dan Yudhastuti (2009), bahwa kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya ISPA pada pekerja pabrik, dengan nilai p=0,000 (< 0,05) dan nilai OR sebesar 45,901 3.4.3 Pengaruh kepatuhan pemakaian APD masker terhadap kejadian ISPA pada pekerja bagian ring spinning di PT. BMSTI Sragen Tabel 10. Hasil uji statistik antara kepatuhan pemakaian APD masker dengan kejadian ISPA Kepatuhan Kejadian ISPA P-value ISPA Tidak ISPA N % N % Tidak Patuh 33 78,6 11 39,3 0,001 Patuh 9 21,4 17 60,7 Total 42 100 28 100 Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa responden yang tidak patuh terhadap pemakaian APD masker sebanyak 33 (78,6%) responden mengalami kejadian ISPA lebih tinggi dibanding responden yang patuh terhadap pemakaian APD masker sebanyak 9 (21,4%) responden dalam pemakaian APD masker. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,001 (p< 0,05), sehingga Ho ditolak, hal tersebut menunjukan bahwa adanya pengaruh kepatuhan pemakaian APD masker terhadap kejadian ISPA pada pekerja bagian ring spinning di PT. BMSTI Sragen. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Osana (2016) dalam pernelitiannya mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA menyatakan bahwa adanya hubungan antara kepatuhan pemakaian APD masker dengan kejadian ISPA dengan nilai p=0,001 dan pekerja yang tidak patuh dalam pemakaian masker mempunyai 8
peluang 3,680 kali menderita ISPA dibandingkan dengan pekerja yang tidak patuh dalam pemakaian masker selama bekerja. Khumaidah (2009) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pemakaian masker oleh pekerja industri yang udaranya banyak mengandung debu, merupakan upaya mengurangi masuknya partikel debu kedalam saluran pernapasan. Penggunaan APD termasuk masker juga telah diatur dalam Permenakertrans No.8/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri bahwa pekerja yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi dan bahaya risiko ditempat kerja. 4 PENUTUP 4.1 SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada pekerja bagian ring spinning di PT. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri Sragen adalah Masa Kerja (p=0,002) dan kepatuhan pemakaian APD masker (p=0,001). Kebiasaan merokok tidak mempengaruhi kejadian ISPA pada pekerja (p=0,751). Kadar debu lingkungan merupakan faktor risiko pendukung yang mempunyai potensi bahaya bagi pekerja untuk mengalami ISPA, karena pekerja selalu terpapar debu lingkungan saat bekerja 4.2 SARAN 4.2.1 Bagi Pekerja diharapkan untuk disiplin serta patuh dalam menggunakan APD masker untuk mengurangi risiko terpapar oleh bahaya yang terdapat di tempat kerja dan segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat seperti poliklinik PT. BMSTI Sragen, jika merasakan keluhan sakit atau mulai timbulnya gejala sakit. 9
4.2.2 Bagi Perusahaan dapat memberikan edukasi secara periodik DAFTAR PUSTAKA kepada pekerja tentang Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang timbul akibat ketidakdisiplinan pekerja dalam mengenakan APD. Serta melakukan evaluasi pada pengawasan terhadap pekerja yang tidak mematuhi peraturan mengenai pemakaian APD yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Ardianto & Yudhastuti. (2009). Dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.6 No.5. 2012. Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Pekerja Pabrik. ISSN 1907-7505 International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf. Diunduh pada 29 Oktober 2017. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405 Tahun 2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Khumaidah. (2009). Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Mabel PT. Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Artikel Penelitian. Universitas Diponegoro. Kurniasari, F. (2013). Analisis Faktor Lingkungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Pekerja di Industri Pemotongan Keramik dan Granit Desa Wanaherang, Gunung Putri, Kabupaten Bogor.Artikel Penelitian. Universitas Indonesia : Departemen Kesehatan Lingkungan Osana, M.C. (2016). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA Pada Pekerja wanita PT. Samkyung Jaya Garment Kab. Semarang. Artikel Penelitian. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Semarang Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri. Suma mur. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: CV. Agung Seto Tarwaka. (2014). Kesehatan dan Keselamatan Kerja : Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. 10