BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jantung (Haryono, 2013). Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi

[BUKU SAKU UNTUK JEMAAH HAJI]

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

MANFAAT DIET PADA PENANGGULANGAN HIPERKOLESTEROLEMI. Dr.T.BAHRI ANWAR BAGIAN ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

RS PERTAMINA BALIKPAPAN

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Koroner 2.1.1. Definisi Penyakit Jantung Koroner PJK disebabkan oleh lapisan lemak atau kolesterol di dinding nadi yang menyumbat pembuluh darah koroner. Akibatnya dari penyumbatan oleh lapisan lemak dan kolesterol ini adalah terganggunya proses suplai darah dari dan ke jantung. Ketika darah tersumbat akibat lapisan lemak maka inilah yang disebut serangan jantung (Haryono, 2013). Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI 2011), penyakit jantung koroner, disebut juga penyakit arteri koroner, yaitu suatu kondisi dimana terbentuknya plak pada bagian dalam arteri koronaria. Arteri ini menyuplai darah yang kaya akan oksigen untuk otot jantung. Serangan jantung adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung yang menyebabkan otot jantung mati karena kekurangan oksigen (Mahdiana, 2011). PJK merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat kondisi patologik arteri koroner ditandai dengan penimbunan lipid yang abnormal atau jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Aterosklerosis koroner dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah ke jantung (Black & Hawrk, 2009). 15

2.1.2. Epidemiologi Menurut World Health Organization (WHO, 2014) terdapat 56 juta kematian terjadi di seluruh dunia, dari jumlah tersebut pada tahun 2012 terdapat sekitar 38 juta orang meninggal karena non communicable desease (NCD) dan diperkirakan akan meningkat menjadi 52 juta orang meninggal pada tahun 2030 dari seluruh kematian NCD di dunia. Penyebab utama kematian NCD pada tahun 2012 adalah CVD. CVD merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia yaitu sekitar (17,5 juta kematian, atau 46,2% dari kematian NCD), kanker (8,2 juta, atau 21,7% dari kematian NCD), penyakit pernapasan, termasuk asma dan obstruktif kronis penyakit paru (4,0 juta, atau 10,7% dari kematian NCD) dan diabetes (1,5 juta, atau 4% dari kematian NCD). Mortalitas yang disebabkan oleh PJK ini berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, kondisi sosio-ekonomi, etnis/ras dan area geografis. Mortalitas meningkat dengan usia, dan lebih tinggi pada orang yang status sosio-ekonominya rendah di Eropa Tengah dan Timur. Terdapat perbedaan morbiditas dan mortalitas di Negara Negara Eropa dan ini dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan sosio-ekonomi yang signifikan pada ranah faktor risiko seperti merokok, tekanan darah tinggi, meningkatnya kadar kolesterol dan gula darah (Kesteloot H, 2006). Di Amerika Serikat saat ini CVD telah mencapai hampir seperempat dari semua kematian. Penurunan prevalensi faktor risiko utama seperti konsumsi tembakau atau merokok telah menyebabkan 60% penurunan angka kematian CVD di antara mereka yang berusia 25-74 tahun. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas, 2013) di Indonesia juga menunjukkan bahwa prevalensi PJK menurut diagnosis dokter atau wawancara di Indonesia sebesar 0,5%, sementara menurut riwayat diagnosis atau gejala ditemukan sebesar 1,5%. 2.1.3. Gejala dan Tanda Berikut ini tanda dan gejala serangan jantung (Haryono, 2013) : 1. Nyeri dada atau rasa tidak enak di bagian tengah dada/ulu hati, perasaan tertekan, berat atau remuk yang berlangsung selama tak lebih dari beberapa menit atau berlalu hilang dan kembali. 2. Sulit bernafas/sesak nafas. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga di paru-paru. 3. Sangat lemah atau gelisah 4. Detak jantung yang cepat atau tak teratur 5. Pusing dan pingsan dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke otak akibat denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk. 2.1.4. Diagnosa Diagnosis serangan jantung bisa diperkuat dengan melakukan pemeriksaan berikut (Mahdiana, 2011) : 1. EKG (Elektrokardiogram) Bila di duga terjadi suatu serangan jantung, maka EKG merupakan pemeriksaan diagnostik awal yang paling penting. Beberapa kelainan bisa di lihat pada EKG, tergantung ukuran dan lokasi dari kerusakan jantung.

2. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan darah di lakukan untuk menentukan kadar enzim tertentu. Enzim CK-MB dalam keadaan normal ditemukan di dalam otot jantung dan dilepaskan ke dalam darah jika terjadi kerusakan jantung. Peningkatan kadar enzim ini akan tampak dalam waktu 6 jam setelah serangan jantung dan menetap selama 36-48 jam. Kadar enzim ini biasanya diperiksa pada saat penderita masuk rumah sakit. 3. Ekokardiogram Ekokardiogram akan menggambarkan berkurangnya pergerakan sebagian dari dinding ventrikel kiri (ruang jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh), yang merupakan petunjuk adanya kerusakan karena serangan jantung. 4. Radinuclide imaging Penggambaran dengan radionuklida bisa menunjukkan berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otot jantung, yang merupakan petunjuk adanya jaringan parut (jaringan yang mati) akibat serangan jantung. 2.2. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Menurut (Rilantono dkk, 2014) bahwa berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai faktor risiko meliputi faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, kadar kolesterol, DM, merokok, obesitas, pola makan, kurang aktivitas fisik dan depresi, sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga.

2.2.1. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi 1. Merokok Risiko PJK pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun dalam rokok antara lain tar, nikotin, dan karbon monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner (Kemenkes, 2009). Rokok tidak hanya menimbulkan satu penyakit yang mengakibatkan kolesterol memburuk, namun juga mempercepat timbulnya kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Rokok dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah dan menurunkan kadar kolesterol baik yaitu HDL (High Density Lipoprotein) sehingga hal ini merupakan faktor risiko PJK. Pada dasarnya, tubuh memerlukan kolesterol baik (HDL) dalam bilangan tertentu. Namun pada perokok aktif, jumlah kolesterol baik dalam tubuh akan berkurang dan kolesterol buruk akan menjadi meningkat (Astuti, 2015). Menghirup asap rokok dapat menimbulkan efek segera hingga jangka panjang. Dalam beberapa menit asap rokok dapat merangsang peningkatan detak jantung (berdebar). Nikotin dalam asap rokok dapat merangsang tubuh melepaskan adrenalin yang memicu peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Akibatnya adalah jantung akan bekerja lebih berat. Pada individu yang sudah memiliki penyempitan di arteri koroner (PJK), proses ini dapat mencetuskan serangan jantung. Selain itu, karbon monoksida (CO) dalam asap rokok dapat mengurangi kemampuan

darah untuk mengikat oksigen dari paru-paru. Dengan demikian hantaran oksigen ke seluruh organ tubuh (termasuk jantung) juga dapat menurun (Henry, 2014). Menurut (Smeltzer & Bare, 2002) risiko PJK pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan nadi, penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan penggumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner. Menurut (Kasron, 2012) pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko utama PJK disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama risiko lainnya. Apabila berhenti merokok penurunan risiko PJK akan berkurang 50% pada akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah merokok 10 tahun. Menurut (Lewis, et al., 2007) risiko PJK pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun pada rokok antara lain tar, nikotin, dan karbon monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan penggumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner. Merokok juga dapat mengubah konsentrasi serum lemak, terjadi peningkatan peroksidasi LDL lalu dimetabolisme oleh makrofag, gangguan intoleransi glukosa dan resistensi insulin sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Jika frekuensi dan intensitas merokok meningkat, maka kecenderungan terjadi kerusakan pembuluh darah lebih tinggi sehingga lebih mudah terjadi aterosklerosis. Zat-zat racun dalam

rokok yang masuk ke peredaran darah akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Racun nikotin dari rokok akan menyebabkan darah menjadi kental sehingga mendorong percepatan pembekuan darah karena agregasi platelet dari fibrinogen meningkat. Sehingga sewaktu-waktu menyebabkan terjadi trombosis pada pembuluh koroner yang sudah menyempit. Selain itu telah dibuktikan bahwa dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat menurunkan kadar kolesterol baik (Ratna, 2013). 2. Aktivitas Fisik/Olahraga Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan efisien kerja jantung. Mengurangi keluhan nyeri dada, melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral atau jalan baru bila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya penggumpalan darah, meningkatnya kemampuan tubuh termasuk meningkatkan kemampuan seksual dan meningkatnya kesegaran jasmani. Dianjurkan melakukan latihan fisik (olahraga) minimal 30 menit setiap hari selama 3-4 hari dalam seminggu (istirahat selang sehari), sehingga tercapai hasil yang maksimal. Setelah latihan 4-6 minggu, kemampuan fisik meningkat sebesar 30-33% dan hasil yang optimal akan dicapai setelah latihan fisik 6 bulan (Kemenkes, 2009). Aktivitas fisik atau latihan olahraga rutin dapat meningkatkan HDL dan membantu proses metabolisme. Aktivitas aerobik teratur menurunkan risiko PJK sebesar 20-46%. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri dada,

melebarkan pembuluh darah, membuat koleteral atau jalan baru apabila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya penggumpalan darah, meningkatkan kemampuan seksual dan meningkatkan kesegaran jasmani (Direktorat PP & PL Kemenkes RI, 2011). Melakukan aktivitas fisik secara teratur memang sangat bermanfaat dalam memelihara kesehatan jantung, tetapi bagaimana mekanisme langsung penurunan insiden PJK dan aterosklerosis melalui latihan fisik belum diketahui pasti. Namun manfaat yang diperoleh dari latihan fisik secara teratur antara lain adalah pengendalian kadar kolesterol dan peningkatan pengeluaran energi. Kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida dalam darah menurun, sedangkan HDL meningkatkan secara bermakna bila melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur (Ratna, 2013). Beberapa efek olahraga dalam tubuh, dan hal ini dapat menurunkan jumlah kolesterol yaitu meningkatkan ukuran dan jumlah protein pengangkut kolesterol di darah, memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miokard (otot jantung) sehingga memperbaiki kondisi tubuh secara umum dan dapat mengoptimalkan sirkulasi tubuh serta membuat jantung memompa lebih kuat dan lebih efisien, menurunkan berat badan dan memegang peranan terhadap distribusi lemak tubuh sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol. Saat olahraga, tubuh bergerak dan membantu tubuh membakar kalori yang ada sehingga menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh untuk bekerja. Hal

tersebut juga membantu tubuh mengurangi tertimbunnya lemak dalam tubuh sehingga hal tersebut berpengaruh pada fungsi jantung. (Nurrahmani, 2012). 3. Pola Makan Dewasa ini, perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori, lemak, protein dan garam tinggi, tetapi rendah serat pangan. Jenis makanan ini membawa konsekuensi terhadap perubahan status gizi menuju gizi lebih (kelebihan berat badan tingkat ringan atau berat badan lebih dan obesitas yang memicu berkembangnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, khususnya PJK (Kemenkes, 2009). Faktor-faktor risiko dapat dimodifikasi melalui intervensi diet. Mengurangi asupan natrium (kurang dari 2,3 gram per hari) mempengaruhi tekanan darah secara positif. Kontrol terhadap kualitas dan kuantitas lemak mempengaruhi kolesterol total, LDL, dan trigliserida (kolesterol kurang dari 300 mg per hari, asam lemak trans kurang dari 1% kalori, lemak jenuh kurang dari 10% kalori). Segelas minum beralkohol per hari dapat meningkatkan HDL, dan disarankan pemantauan efek potensial terhadap tekanan darah dan trigliserida. Asupan karbohidrat sangat penting dikontrol terkait dengan obesitas abdominal dan faktor risiko terkait, termasuk DM. Panduan diet terkini tidak menganjurkan diet, melainkan mempertahankan gaya hidup diet sehat. Makan yang terjadwal secara teratur, termasuk sarapan, merupakan hal yang penting. Mambaca label nutrisi dan mengurangi/menghindari makanan olahan merupakan kunci utama. Pola makan anti-inflamasi yang bersifat kardioprotektif adalah mengonsumsi makanan yang kaya warna dengan protein

berkualitas, buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian utuh, dan makanan tinggi serat (Kevin, 2014) Baik jumlah total lemak dalam makanan maupun proporsi yang dihasilkan oleh lemak jenuh harus dikurangi kalau kadar lipid serum meningkat. Jika kadar fraksi lipid yang mengandung kolesterol itu naik, konsumsi kolesterol dalam makanan harus dibatasi. Ada beberapa jenis makanan yang harus dihindari untuk mengendalikan terjadinya PJK. Makanan yang harus dihindari sebagai berikut otak dan jeroan, seperti hati, ginjal, usus. Sebaliknya orang yang banyak memakai minyak sayur dalam makanannya tingkat kolesterol dan tekanan darah lebih rendah (Ratna, 2013). Salah satu penyakit degeneratif penyebab kematian terbesar adalah PJK yang merupakan penyakit yang tidak disadari oleh kebanyakan orang dan tidak memberikan keluhan yang berarti karena hanya keluhan saja, nyeri dada sebelah kiri yang berlangsung sebentar-sebentar, sehingga membuat penderita tahap dini kurang waspada. PJK merupakan penyakit penyempitan pembuluh darah arteri koronaria yang memberi pasokan nutrisi dan oksigen ke otot-otot jantung, terutama ventrikel kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh. 50% dari kematian dini akibat PJK sebenarnya dapat dicegah dengan perbaikan gaya hidup dengan mengontrol faktor risiko seperti merokok, kegemukan, kurang bergerak atau berolahraga, dan tingginya kadar kolesterol atau tekanan darah (Ratna, 2013).

4. Obesitas Obesitas di definisikan sebagai peningkatan berat badan lebih dari 20% berat badan normal atau indeks masa tubuh (IMT), yaitu suatu angka yang didapat dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat. Fakta menunjukkan bahwa distribusi lemak tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penumpukkan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut 90 cm untuk laki-laki dan 80 cm untuk perempuan (Obesitas Sentral) akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Kemenkes, 2009). Obesitas adalah faktor risiko tersendiri untuk CVD dan merupakan epidemi di Amerika Serikat. Obesitas memicu dan mempengaruhi faktor-faktor risiko CVD lainnya, termasuk hipertensi, dislipidemia dan diabetes. Risiko DM meningkat 3 kali lipat pada wanita dengan berat badan berlebih dan meningkat 9 kali lipat pada wanita obesitas. Mereka yang mengalami obesitas abdominal dan peningkatan rasio pinggang ke panggul, memiliki risiko CVD yang lebih besar walaupun berat badannya normal, sehingga menunjukkan bahwa mempertahankan lingkar pinggang yang normal, sama pentingnya dengan menjaga berat badan. Intervensi gaya hidup, termasuk diet sehat, aktivitas fisik, dan olahraga rutin adalah persyaratan mendasar untuk mempertahankan berat badan ideal dan lingkar pinggang (Kevin dkk, 2014).

Obesitas dapat mempercepat terjadinya PJK melalui berbagai cara (Kasron, 2012).yaitu : a) Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan kadar HDL kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah). b) Obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi, akibat penambahan volume darah, peningkatan kadar renin, peningkatan kadar aldosteron dan insulin, meningkatnya tahanan pembuluh darah sistemik, serta terdapatnya penekanan mekanis oleh lemak pada dinding pembuluh darah. Obesitas adalah status gizi dimana (IMT) indeks massa tubuh 25 kg/m 2. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi dan DM. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko PJK akan jelas meningkat bila berat badan mulai melebihi 20% dari BB ideal. Obesitas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah sekitar 10-20%, bahkan sebagian ahli menyatakan dapat mencapai 30%. Hal ini tentu merupakan beban tambahan bagi jantung, otot jantung akan mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau hiperplasi yang keduanya dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pompa jantung atau lazim disebut sebagai gagal jantung atau lemah jantung, dimana penderita akan merasakan lekas capek, sesak napas bila melakukan aktifitas ringan, sedang, ataupun berat (tergantung dari derajat lemah jantung) (Kasron, 2012).

Klasifikasi obesitas dapat di lihat pada tabel berikut (Kasron, 2012): Tabel 2.1. Klasifikasi Obesitas No Klasifikasi IMT 1 Berat badan kurang <18,5 2 Normal 18,5-22,9 3 Berat badan lebih >23,0 4 Berisiko 23,0-24,9 5 Obes I 25,0-29,9 6 Obes II >30,0 5. Kolesterol a. Kolesterol Total Kadar kolesterol darah yang tinggi merupakan problem yang serius karena merupakan salah satu faktor risiko yang paling utama untuk terjadinya PJK selain faktor lainnya, seperti tekanan darah tinggi dan merokok. Sebab kadar kolesterol yang tinggi dapat mengganggu kesehatan, bahkan mengancam kehidupan manusia. Dengan demikian, perlu kiranya dilakukan penanggulangan untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Salah satu usaha yang paling baik ialah menjaga agar makanan yang kita makan sehari-hari rendah kolesterol. Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya ialah < 200 mg/dl, bila 200 mg/dl berarti risiko untuk terjadinya PJK meningkat. Apabila kadar kolesterol darah 200-239 mg/dl, tetapi tidak ada faktor risiko lainnya untuk PJK maka biasanya tidak diperlukan penanggulangan yang intensif. Meskipun demikian, apabila dengan kadar tersebut didapatkan PJK atau dua faktor risiko lainnya untuk PJK maka diperlukan pengobatan yang intensif seperti halnya penderita dengan kadar kolesterol yang tinggi atau > 240 mg/dl (Anies, 2015).

Kadar kolesterol dalam darah bisa dipengaruhi oleh apa yang kita konsumsi. Jika kolesterol yang ada lebih banyak dibanding mekanisme alami tubuh untuk menghadapinya, maka kolesterol bisa menempel dinding dalam pembuluh darah dan membuatnya menjadi lebih sempit. Karena digunakan oleh hati untuk menghasilkan kolesterol, konsumsi lemak jenuh dalam jumlah berlebihan bisa meningkatkan kadar kolesterol darah secara signifikan. Daging merah berlemak dan produk susu merupakan sumber utama kolesterol dan lemak jenuh dari makanan yang dikonsumsi. PJK merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kolesterol tinggi. Kolesterol ikut mengalir bersama darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Karena sifat koleterol yang tidak bisa larut dalam air, maka kolesterol harus bergabung dengan protein tertentu untuk bisa ikut mengalir (Astuti, 2015). Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Kolesterol mempunyai fungsi ganda yaitu di satu sisi diperlukan dan di sisi lain membahayakan, bergantung seberapa banyak terdapat di dalam tubuh dan di bagian mana. Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktural semua sel dan merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan kelenjar dan di dalam hati dimana kolesterol disintesis dan disimpan. Kolesterol merupakan bahan pembentukan sejumlah steroid penting, seperti asam empedu, asam folat, hormon-hormon adrenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron. Sebaliknya kolesterol dapat membahayakan tubuh. Kolesterol bila terdapat dalam jumlah terlalu banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan

aterosklerosis. Bila penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan PJK dan bila pada pembuluh darah otak penyakit serebrovaskular (Almatsier, 2009). b. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) LDL kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan karena LDL kolesterol yang meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai petunjuk untuk mengetahui risiko PJK daripada kadar kolesterol total saja. Kadar LDL kolesterol 130 mg/dl akan meningkatkan risiko terjadinya PJK. Kadar LDL kolesterol yang tinggi ini dapat diturunkan dengan program diet yang tepat. Kelebihan kadar kolesterol khususnya LDL kolesterol dalam jangka panjang, akan menyebabkan penimbunan yang bertambah banyak dari aterosklerosis. Pada tingkat atau kondisi tertentu, dapat memicu terjadinya PJK dan stroke atau penyakit pembuluh darah otak. Terlalu banyak kolesterol di dalam darah dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh-pembuluh arteri. PJK biasanya terjadi karena ada kelainan sehingga arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung menyempit, yaitu arteri koroner. Penyempitan pada arteri koroner mengakibatkan aliran darah ke otot jantung berkurang atau berhenti sama sekali sehingga terjadilah PJK (Anies, 2015) Kadar Kolesterol LDL atau yang sering disebut sebagai kolesterol jahat mengangkut kolesterol paling banyak di dalam tubuh. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan

faktor risiko utama PJK. Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam. LDL disebut sebagai lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah (Nurrahmani, 2012). c. Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) Kolesterol HDL merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah. Jadi semakin rendah kadar HDL kolesterol, semakin besar kemungkinan risiko terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan berhenti merokok, mengurangi berat badan dan menambah aktivitas fisik (Anies, 2015) Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan sering disebut sebagai kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah arteri kembali ke hati, untuk di proses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses Aterosklerosis (terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah) sedangkan trigliserida yaitu satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk ke sel otot jantung, otak, dan

lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu (Nurrahmani, 2012). Kenaikan kadar kolesterol berbanding lurus dengan peningkatan terjadinya PJK. Peningkatan dan penurunan HDL merupakan faktor risiko yang penting pada PJK. Setiap penurunan 4 mg/dl HDL meningkatkan risiko PJK sekitar 10% (Ratna, 2013). d. Trigliserida Kadar trigliserida seyogianya juga diperiksa. Namun, pada keadaan tertentu justru harus diperiksa yaitu : kadar kolesterol total > 200 mg/dl, ada riwayat PJK, ada keluarga yang menderita PJK, ada riwayat keluarga dengan kadar trigliserida yang tinggi dan ada penyakit gula dan pankreas. Pengukuran kadar trigliserida kadang-kadang diperlukan untuk menghitung kadar LDL kolesterol karena pemeriksaan laboratorium biasanya langsung dapat mengukur kolesterol total, HDL kolesterol, dan trigliserida (Anies, 2015). Trigliserida merupakan sumber energi dan lemak. Sebagian besar lemak dan minyak yang kita makan terdiri atas molekul-molekul trigliserida. Pada umumnya lemak, karbohidrat, ataupun gula yang kita makan dan tidak segera dibakar sebagai energi diangkut ke hati, kemudian diubah menjadi trigliserida dan masuk kembali ke aliran darah, disimpan di beberapa bagian tubuh. Jika di perut akan tampak membuncit, sedangkan jika pada paha, paha akan tampak besar. Semakin banyak

lemak yang disimpan dalam badan semakin banyak pula lemak yang berada di dalam aliran darah. Dengan kata lain, bila kita banyak mempunyai banyak timbunan lemak di bahwa kulit, berarti banyak pula lemak yang ada di dalam darah. Bahkan trigliserida dapat sebagai salah satu indikator kesehatan seseorang setelah berusia > 50 tahun terutama yang berkaitan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu merupakan langkah yang tepat jika dianjurkan untuk mengurangi kadar lemak tersebut dalam darah, untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada umumnya (Anies, 2015). Makanan-makanan yang mengandung lemak akan meningkatkan trigliserida dalam darah dan biasanya cenderung meningkatkan kadar kolesterol. Lemak yang berasal dari buah-buahan seperti kelapa, durian dan avokad tidak mengandung kolesterol, namun kadar trigliseridanya sangat tinggi. Sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, mengonsumsi gula biasa (glukosa) dan minum-minuman beralkohol. Peningkatan jumlah trigliserida merupakan faktor risiko bagi penyakit jantung dan stroke, terutama dalam hubungannya dengan kadar kolesterol LDL tinggi. Kolesterol trigliserida yang tinggi termasuk kolesterol jahat yang juga harus diwaspadai. Kadar trigliserida yang tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan CVD lainnya. Orang dengan kadar trigliserida tinggi sering kali memiliki kadar kolesterol LDL tinggi dan kolesterol HDL nya menjadi rendah. Tingkat trigliserida tinggi merupakan salah satu bagian dari sindrom metabolik, sekelompok faktor risiko yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Astuti, 2015).

Trigliserida merupakan satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Meningkatkan kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula, dan makanan berlemak. Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik sering dengan konsumsi alkohol peningkatan berat badan, diet tinggi gula atau lemak serta gaya hidup. Peningkatan trigliserida akan menambah risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke (Nurrahmani, 2012). Pengelompokkan kadar kolesterol dan trigliserida dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut (Nurrahmani, 2012) : Tabel 2.2. Pengelompokkan Kadar Kolesterol dan Trigliserida No Kadar Kolesterol Total Kategori 1 < 200 mg/dl Normal 2 200-239 mg/dl Ambang Batas Atas/Mengkhawatirkan 3 >240 mg/dl Tinggi Kadar Kolesterol LDL Kategori 1 <100 mg/dl Normal/Optimal 2 100-129 mg/dl Hampir optimal 3 130-159 mg/dl Ambang Batas Atas/Mengkhawatirkan 4 160-189 mg/dl Tinggi 5 >190 mg/dl Sangat Tinggi Kadar Kolesterol HDL Kategori 1 <40 mg/dl Normal 2 41-59 mg/dl Mengkhawatirkan 3 >60 mg/dl Tinggi Kadar Trigliserida Kategori 1 <150 mg/dl Normal 2 150-199 mg/dl Ambang Batas Atas 3 200-499 mg/dl Tinggi 4 >500 mg/dl Sangat Tinggi

Berikut ini adalah beberapa kandungan kolesterol dalam makanan yang harus di ketahui (Astuti, 2015) : Tabel 2.3. Kandungan Kolesterol pada Makanan No Jenis Makanan Kolesterol (mg/10 gr) Kategori Kandungan Kolesterol Rendah (Aman untuk Dikonsumsi) 1 Putih telur ayam 0 Sehat 3 Ubur-ubur 0 Sehat 4 Daging ayam pilihan tanpa kulit 50 Sehat 5 Daging bebek pilihan tanpa kulit 50 Sehat 6 Ikan sungai biasa 50 Sehat 7 Daging sapi pilihan tanpa lemak 60 Sehat 8 Daging babi pilihan tanpa lemak 60 Sehat 9 Daging kelinci 65 Sehat 10 Daging kambing tanpa lemak 70 Sehat 11 Ikan ekor kuning 85 Sehat Jenis Makanan yang Boleh Dikonsumsi Sekali-Sekali 12 Daging asap 98 Sekali sekali 13 Iga sapi 100 Sekali sekali 14 Iga babi 105 Sekali sekali 15 Daging sapi 105 Sekali sekali 16 Burung dara 110 Sekali sekali 17 Ikan bawal 120 Sekali sekali Kandungan Kolesterol Cukup Tinggi 18 Daging sapi berlemak 125 Hati-hati 19 Lemak sapi 130 Hati-hati 20 Lemak kambing 130 Hati-hati 21 Daging babi berlemak 130 Hati-hati 22 Keju 140 Hati-hati 23 Sosis daging 150 Hati-hati 24 Kepiting 150 Hati-hati 25 Udang 160 Hati-hati 26 Kerang 160 Hati-hati 27 Siput 160 Hati-hati 28 Belut 185 Hati-hati 29 Santan Kelapa 185 Hati-hati

No Jenis Makanan Kolesterol (mg/10 gr) Kategori Kandungan Kolesterol Tinggi (Berbahaya) 30 Lemak babi 200 Berbahaya 31 Susu sapi 250 Berbahaya 32 Susu sapi krim 280 Berbahaya 33 Coklat (Cacao) 290 Berbahaya 34 Mentega/Margarine 300 Berbahaya 35 Jeroan sapi 380 Berbahaya 36 Jeroan babi 420 Berbahaya 37 Kerang putih 450 Berbahaya 38 Teluar ayam 500 Berbahaya 39 Jeroan kambing 610 Berbahaya Kandungan Kolesterol sangat Tinggi 40 Cumi-cumi 1.700 Dilarang 41 Kuning telur ayam 2.000 Dilarang 42 Otak sapi 2.300 Dilarang 43 Otak babi 3.100 Dilarang 44 Telur burung puyuh 3.640 Dilarang 6. Diabetes Melitus (DM) DM adalah kumpulan gejala akibat peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Gejala khas DM antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsi (banyak minum), polifagia (banyak makan) dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Gejala tidak khas DM antara lain kesemutan, gatal di daerah kemaluan, keputihan, infeksi yang sulit sembuh, bisul yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, mudah mengantuk, gangguan ereksi dan lain-lain (Kemenkes, 2009). Akibat peningkatan kadar gula dalam darah yang berlangsung terus menerus banyak organ tubuh yang akan mengalami gangguan serius, termasuk ginjal, saraf, dan sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah). DM akan meningkatkan

risiko penyakit jantung dan stroke 2-4 serta dapat meningkatkan risiko kematian (Henry, 2014) Diagnosis DM ditegakkan bila (Kemenkes, 2009) : a. Keluhan khas, gula darah (GD) sewaktu 200 mg/dl, atau GD puasa 126 mg/dl b. Keluhan tidak khas, GD sewaktu 200 mg/dl, atau GD puasa 126 mg/dl, pada 2 kali pemeriksaan dengan waktu yang berbeda. c. Bila hasil pemeriksaan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan Test Toleransi Glucose Oral (TTGO) Kadar glukosa darah 2 jam sesudah pembebanan glukosa oral 75 gram (300 kalori) : a) 140 mg/dl (Tidak DM) b) 140-199 mg/dl (Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) c) 200 mg/ dl (DM). Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung. Target pengobatan pada pasien dengan DM adalah kadar HbA1C 6,5 kadar gula darah puasa < 110 mg/dl, atau gula darah 2 jam PP <135 mg/dl (Kemenkes, 2009). Diabetes ini juga merupakan faktor risiko terhadap PJK. Bila kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu terjadinya aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan DM cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. DM yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida. Bentuk kolesterol LDL pada

penderita DM lebih padat dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL, sehingga mudah sekali masuk dalam lapisan pembuluh darah yang lebih dalam. Bentuk kolesterol LDL ini lebih jahat lagi karena lebih bersifat aterogenik yaitu lebih mudah menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah membentuk plak (Astuti, 2015). DM memperburuk diagnosis PJK. Angka kematian karena PJK meningkat 46-70% pada penderita DM. Penderita DM wanita memiliki risiko terkena PJK 3-7 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita DM. Pada penderita DM tipe 2 (tidak tergantung pada insulin), peningkatan risiko PJK berkaitan erat dengan kelainan lipoprotein, yaitu rendahnya HDL dan peningkatan trigliserida karena itu, kontrol gula darah melalui obat, diet dan olahraga dapat membantu menekan risiko terkena PJK pada penderita DM (Ratna, 2013). Menurut penelitian (Khalili et al., 2014) juga menunjukkan bahwa DM berpengaruh secara signifikan terhadap PJK (p value = <0,001) dan penderita DM mempunyai risiko 9,6 kali lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR=9,6, 95% CI 8,4-10,9). Menurut (Fox CS at al., 2007) bahwa CVD merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada penderita DM tipe 2 dan lebih dari 60% penderita DM tipe 2 meninggal karena penyakit CVD (termasuk obesitas dan stroke). 7. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa

tekanan darah sistolik 130-139 mmhg dan tekanan diastolik 85-89 mmhg akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 2 kali dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab tersering PJK dan stroke, serta faktor utama dalam gagal jantung meningkat sebesar 6 kali pada pasien dengan hipertensi (Kemenkes, 2009). Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas jantung saat memompa dan mengisi darah. Jantung memompa darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Secara khusus yang dimaksud adalah bilik kiri jantung yang memompa darah melalui pembuluh darah besar (disebut aorta) lalu bercabang-cabang menjadi pembuluh darah yang lebih kecil ke seluruh tubuh. Aktivitas ini sendiri terdiri dari 2 fase, yaitu fase memompa dan fase istirahat/pengisian. Pada fase memompa (disebut juga fase sistolik), jantung menguncup (berkontraksi) untuk memompa darah yang sudah terisi di dalamnya ke dalam pembuluh darah besar. Setelah selesai memompa, jantung memasuki fase istirahat/pengisian (disebut juga fase diastolik). Pada periode ini, jantung kembali diisi oleh darah untuk dipompa pada fase sistolik selanjutnya Hipertensi dapat menimbulkan risiko komplikasi, terutama penyakit jantung (seperti serangan jantung, pembengkakan dan penebalan jantung, gangguan irama jantung dan kelemahan pompa jantung), stroke, penyempitan pembuluh darah tungkai dan gangguan pada mata (Henry, 2014).

Berikut penggolongan tekanan darah menurut (Henry, 2014) : Tabel 2.4 Penggolongan Tekanan Darah Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg) Normal < 120 Dan < 80 Pra-Hipertensi 120-139 Atau 80-89 Hipertensi-Derajat 1 140-159 Atau 90-99 Hipertensi Derajat 2 160 Atau 100 Hipertensi merupakan faktor risiko yang berperan penting terhadap PJK dan proses aterosklerosis akan dialami sekitar 30% penderita hipertensi (Ratna, 2013). Faktor yang menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi salah satunya adalah kolesterol tinggi. Pola konsumsi makanan yang serba praktis dan mengandung kolesterol tinggi menjadi pemicu besar timbulnya kolesterol jahat. Akibatnya, kandungan lemak dalam darah menjadi berlebih dan dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan tekanan darah akan meningkat (Astuti, 2015). 2.2.2. Faktor Risiko yang tidak Dapat Dimodifikasi 1. Usia Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat pada usia di atas 55 tahun untuk laki-laki dan di atas usia 65 tahun untuk perempuan (Kemenkes, 2009). Usia merupakan sebuah faktor risiko penting untuk terjadinya PJK. Tidak ada orang yang dapat mengubah fakta bahwa usia manusia terus bertambah seiring berjalannya waktu. Sayangnya, seiring dengan perjalanan ini, bukan hanya usia yang bertambah, melainkan juga risiko untuk mengalami banyak penyakit degeneratif termasuk PJK. Pertambahan usia memang berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi

jantung dan pembuluh darah secara keseluruhan. Akan tetapi pertambahan usia juga berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit lain seperti hipertensi, DM, hiperkolesterol dan lain-lain (Henry, 2014). 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (Kemenkes, 2009). Jenis kelamin juga sangat berpengaruh terhadap risiko PJK. Risiko untuk mengalami PJK pada lakilaki berumur > 40 tahun adalah sebesar 49% dibanding 32% untuk perempuan (Henry, 2014). 3. Suku / Ras Ras tertentu memiliki risiko PJK yang cukup tinggi seperti ras African American. Pada kelompok masyarakat kulit putih maupun kulit berwarna, laki-laki mendominasi kematian akibat PJK, tetapi lebih nyata pada kulit putih (Henry, 2014).. 4. Riwayat Penyakit Keluarga Adanya riwayat keluarga dekat yang terkena PJK dan pembuluh darah meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali lebih di bandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga (Kemenkes, 2009). Riwayat keluarga PJK adalah salah satu faktor yang cukup penting yang menjadi faktor risiko mengalami PJK. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah riwayat keluarga. Apabila orangtua atau saudara kandung kita mengalami PJK, maka risiko kita mengalami PJK pun akan lebih tinggi dibanding orang lain yang tidak memiliki riwayat yang sama (Henry, 2014).

2.3. Pola Hidup Sehat Pasien Penyakit Jantung Penderita jantung umumnya harus selalu menjaga pola hidup yang sehat, karena penyakit jantung itu penyakit yang bisa menyebabkan kematian nomor satu di dunia. Maka dari itu kita harus menjaga dan perlu mengetahui makanan sehat bagi penderita jantung seperti kebutuhan energi, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin (Rilantono dkk, 2014). Dalam upaya mengurangi risiko dan menunjang proses penyembuhan penyakit degeneratif termasuk penyakit jantung dan pembuluh darah, peranan pola makan sehat dan gizi seimbang sangat penting (Kemenkes, 2009). Pengaturan pola makan dilakukan dengan mengikuti Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sebagai berikut (Kemenkes, 2009) : a. Konsumsi Makanan Beraneka Ragam Makan makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk tumbuh kembang menjadi sehat dan produktif. Makanan yang beranekaragam menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Makanan sumber zat tenaga seperti beras, jangung, gandum, roti dan ubi, menghasilkan energi untuk aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang, berasal dari bahan makanan nabati, seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah ikan, ayam, susu serta hasil

olahannya. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buahbuahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi minimal harus berasal dari setiap satu jenis makanan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Prinsip idealnya setiap kali makan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam termasuk sumber makanan berserat cukup (25 gram/hari), seperti padi-padian, kacang-kacangan, sayur dan buahbuahan dapat mencegah atau memperkecil terjadinya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah. b. Konsumsi makanan sesuai kebutuhan tubuh Makan makanan yang memenuhi kecukupan energi. Konsumsi energi yang melebihi mengakibatkan kenaikan berat badan, energi yang berlebih disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan tubuh lain. Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan obesitas disertai berbagi gangguan kesehatan seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan lain-lain. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal. Berat badan merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui keadaan gizi dan kesehatan karena itu lakukan penimbangan berat badan secara teratur. Makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Sumber karbohidrat komplek adalah padi-padian, ubi, jagung, singkong, sagu, dan lain-lain. Batasi

sumber karbohidrat sederhana seperti gula sampai dengan 3-4 sendok makan per hari, karena konsumsi gula yang berlebih akan menyebabkan konsumsi energy yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubu sebagai lemak, akumulasi dalam waktu lama mengakibatkan obesitas. c. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan bergunan untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E dan K serta menambah lezatnya hidangan. Ditinjau dari kemudan proses pencernaan, lemak terbagi tiga golongan yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewan. Mengkonsumsi lemak hewani secara berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan PJK. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita penyakit jantung koroner, karena lemak ikan mengandung asam lemak omega-3. Asam lemak omega-3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah. d. Konsumsi makanan dengan rendah garam dan tinggi kalium Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per

hari. Konsumsi natrium yang berlebihan terutama yang berasal dari garam dan sumber lain, seperti produk susu dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam merupakan pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang merupakan risiko untuk penyakit jantung. Berbeda halnya dengan natrium, kalium merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebaikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Dengan demikian, konsumsi natrium perlu ditimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain. Secara alami banyak bahan pangan yang memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke dalamnya menyebabkan tingginya kadar natrium di dalam bahan, sehingga cenderung menaikkan tekanan darah. Selain itu hindari kebiasaan minum minuman beralkohol, karena minuman beralkohol dapat menghamba proses penyerapan zat gizi dan menghilangkan zatzat gizi dari makanan yang dikonsumsi yang penting bagi tubuh, sehingga menyebabkan peminum alkohol dapat menderita kurang gizi. Selain itu juga menyebabkan penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan di dalam tubuh.

2.4. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Pencegahan PJK ditujukkan untuk menurunkan angka kejadian pertama kali (pencegahan primer) atau berulangnya kejadian (pencegahan sekunder) pada PJK dan pembuluh darah. Upaya pencegahan ini meliputi perubahan gaya hidup, penanganan faktor risiko dan bila diperlukan penggunaan beberapa obat-obatan dalam aplikasi klinis. Berikut upaya pencegahan PJK (Kemenkes, 2009) : 1. Pencegahan Primer a. Perubahan gaya hidup, meliputi penurunan berat badan, pengaturan pola makan, menghentikan kebiasaan merokok. b. Aktivitas fisik minimal 3-4 kali dalam seminggu selama 30 menit. c. Pengendalian faktor risiko d. Tekanan darah; target tekanan darah <140/90 mmhg atau <130/80 mmhg pada pasien dengan DM atau gangguan ginjal e. Lemak darah; target kolesterol total plasma <190 mg/dl dan LDL <115 mg/dl, atau pada pasien DM atau risiko tinggi, target kolesterol total plasma <175 mg/dl dan LDL <100 mg/dl. Target HDL <40 mg/dl untuk laki-laki dan <45 mg/dl untuk perempuan, kadar trigliserida darah <150 mg/dl. f. Obat-obatan profilaksis lain, sebagai tambahan obat untuk hipertensi, DM dan dislipidemia, perlu dipertimbangkan pemberian antiplatelet terutama untuk kelompok risiko tinggi yang asimptomatik (tanpa gejala) g. Skrining keluarga; keluarga dekat penderita yang mengalami serangan jantung

usia dini (laki-laki <55 tahun dan perempuan <65 tahun), individu yang mempunyai keluarga dengan dislipidemia dan DM. 2. Pencegahan Sekunder a. Perubahan gaya hidup; penurunan berat badan, pengaturan pola makan dengan diet rendah lemak yang tersaturasi, tinggi buah dan sayur, menghentikan kebiasaan merokok, dan mengatasi depresi (stress) yang sering timbul pada pasien yang pernah menderita serangan jantung. b. Aktivitas fisik; pasien dengan riwayat serangan jantung dianjurkan untuk menjalani proses rehabilitas pasca serangan jantung yang kemudian dianjurkan dengan fase pemeliharaan saat rawat jalan. Latihan yang diberikan sama dengan pencegahan primer, dengan memperhatikan beberapa hal terutama kemungkinan adanya komplikasi dan target yang akan dicapai. 3. Pencegahan faktor risiko a. Takanan darah; target tekanan darah <140/90 mmhg, atau <130/80 mmhg pada pasien dengan DM atau gangguan ginjal. b. Lemak darah; target primer, LDL <100 mg/dl, yaitu dengan diet, peningkatan aktivitas fisik, penurunan berat badan dan pemberian obat profilaksis. Target sekunder adalah penurunan kadar plasma trigliserida <150 mg/dl dengan diet, peningkatan aktivitas fisik, penurunan berat badan dan obat-obatan.

2.5. Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Predisposisi : Genetik Kardiometabolik : a. Obesitas b. Kolesterol c. Diabetes Mellitus d. Hipertensi Kelainan Fungsi Endotelial Penyakit Jantung Koroner (PJK) Sosial Budaya Gaya Hidup : a. Aktivitas - Fisik/Olahraga b. Pola Makan c. Merokok Alkohol Sumber : Stoner dkk., 2010 Gambar 2.1 Kerangka Teori Kardiovaskuler

2.6. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep atau variabel yang akan diteliti. Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen yaitu kejadian PJK pada kelompok usia 45 tahun. Dan variabel independen adalah merokok, aktivitas fisik/olahraga, pola makan, obesitas, kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, DM dan hipertensi. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut yaitu : Variabel Independen (X) Faktor risiko yang dapat diubah : 1. Merokok 2. Aktivitas Fisik/Olahraga 3. Pola Makan 4. Obesitas 5. Kolesterol Total 6. Kolesterol LDL 7. Kolesterol HDL 8. Trigliserida 9. Diabetes Mellitus 10. Hipertensi Variabel dependen (Y) Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada kelompok usia 45 tahun Gambar 2.2 Kerangka Konsep