Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian. integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan

EVALUASI MODEL CIPP PADA IMPLEMENTASI KTSP PEMBELAJARAN PENDIDIKANJASMANI. Syahril*)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN JALA HIP HOP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat kualitatif dan kuantitatif juga merupakan hasil dari proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENJASORKES TINGKAT SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN MEGALUH TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 1 UNGARAN

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi

METODOLOGI PENELITIAN

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan secara keseluruhan. Bertujuan mengembangkan aspek

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan

Deskripsi Kemampuan Mahasiswa Biologi Tahun Ajaran 2009/2010 Dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran Berdasarkan KTSP di Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB V PEMBAHASAN. dokumentasi. Pada uraian ini peneliti akan ungkap dan paparkan mengenai hasil. penelitian yang telah dirumuskan sebagaimana berikut:

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PEMAHAMAN GURU BIOLOGI TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMA NEGERI KABUPATEN KUANSING TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN JALA HIP HOP PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KUTAMENDALA 02.

PENGEMBANGAN MODEL AKTIVITAS LARI SPRIN 50 M MENGGUNAKAN ALAT SEDERHANA PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA DESA MELATI KECAMATAN MOJO KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

Mohamad Rafik mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Drs. Ruskin, M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dalam Mata Pelajaran IPS di. SMP Negeri Wilayah Eks. Kotip Kabupaten Cilacap.

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

I. PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

PENGARUH MODIFIKASI ALAT TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA O BRIEN PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA N 1 SUBAH

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : PRANATAS GELAR ABI YOGA NPM :

ANALISIS KESIAPAN GURU BIDANG STUDI DALAM MENGAJARKAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 6 KECAMATAN MEDAN KOTA Oleh: Andika Dewi Putri Kamarlin Pinem

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang sangat penting. Pendidikan bagi manusia

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMA, SMK, MA, DAN MAK DI WILAYAH KOTA KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan

BAB V PENUTUP. yang bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo dilihat dari segi. kesimpulan yang lebih rinci sebagi berikut:

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

Studi tentang kelengkapan sarana dan prasarana penjasorkes sekolah dasar se-kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hak cuti kepada guru yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi bagi peserta didik. Tidak semua lulusan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. agar kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Penjaskesrek

BAB V PENUTUP. diambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut: a. Guru mata pelajaran Seni Rupa di SMA Negeri 1 Godean, SMA Negeri 1

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS BELAJAR LEMPAR CAKRAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PIRING PLASTIK SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan social, penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmani

BAB I PENDAHULUAN. integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI SISWA SD NEGERI PELEM 1 KELAS V KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI

PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN PELEM II TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ada sejak adanya manusia, dalam arti sejak adanya manusia telah ada pula usahausaha

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada FKIP UNP Kediri OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

I. PENDAHULUAN. banyak memberikan pelayanan dan fasilitas kepada siswa-siswanya, misalnya

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, If Khoiru dkk Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.

Rokhani Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMA DI KOTA BATU

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH ATAS

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL

MOTIVASI KERJA GURU DALAM PELAKSANAAN TUGAS MENGAJAR DI SMK NEGERI KOTA BUKITTINGGI

Transkripsi:

EVALUASI PROGRAM IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN JEMBRANA BALI I Komang Adi Palgunadi, S.Pd., M.Pd Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi PENDAHULUAN Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Samsudin, 2008). Implementasi KTSP adalah bagaimana menyampaikan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing. Tugas guru dalam implementasi KTSP adalah bagaimana memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada peserta didik, agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang dikemukakan dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL). Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. (Mulyasa, 2009). Penjelasan yang dikemukakan di atas membuat peneliti ingin mengkaji lebih dalam dengan evaluasi model Context, Input, Process, Product (CIPP) dari implementasi kurikulum KTSP yang sudah berjalan sejak tahun 2006. Model CIPP pada prinsipnya konsisten dengan definisi evaluasi program pendidikan yang diajukan oleh komite tentang Tingkatan untuk menggambarkan pencapaian dan menyediakan informasi guna pengambilan keputusan alternative (Sukardi, 2009: 63). KTSP dari segi evaluasi konteks (context) menitik beratkan tujuan implementasi KTSP dan sumber dukungan yang ada dalam implementasi kurikulum. Evaluasi masukan (input) meberi perencanaan yang efektif terhadap keberhasilan dari pelaksanaan kurikulum. Orientasi utama evaluasi masukan (input) ialah mengemukakan suatu perencanaan yang dapat mencapai apa yang diinginkan lembaga tersebut. Evaluasi proses (process) baru dapat dilakukan apabila inovasi kurikulum tersebut telah dilaksanakan. Evaluasi hasil (product) ialah untuk 77

menetukan sejauh mana kurikulum yang diimplementasikan telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang menggunakan setelah program berjalan dan tingkat keberhasilan yang sudah dicapai atau apa yang akan dihasilkan. Rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas sebagai berikut: 1). bagaimanakah perencanaan program implementasi KTSP (context dalam Kabupaten Jembrana?, 2) bagaimanakah persiapan program implementasi KTSP (input) dalam Kabupaten Jembrana?, 3) bagaimanakah pelaksanaan program implementasi KTSP (process) dalam Kabupaten Jembrana?, 4) bagaimanakah hasil program implementasi KTSP (product) dalam pembelajaran penjasorkes yang dicapai oleh siswa SMA Kabupaten Jembrana?. Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah, adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui perencanaan program implementasi KTSP (context) dalam Kabupaten Jembrana, 2) Untuk mengetahui persiapan program implementasi KTSP (input) dalam Kabupaten Jembrana, 3) Untuk mengetahui pelaksanaan program implementasi KTSP (process) dalam Kabupaten Jembrana, 4) Untuk mengetahui hasil program implementasi KTSP (product) dalam pembelajaran penjasorkes yang dicapai oleh siswa SMA Kabupaten Jembrana. METODE PENELITIAN Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010). Sumber data primer maupun sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Jembrana yang meliputi 1). Place (Lapangan olahraga dan Sekolah, tempat pembelajaran, sarana dan prasaarana serta kegiatan pembelajaran), 2). Person (Siswa SMA, Guru Penjasorkes, dan Kepala Sekolah), 3). Paper (Dokumen tentang RPP, Silabus, kalender pendidikan, buku pedoman, jumlah jam efektif, program tahunan, dan rekap nilai). HASIL PENELITIAN context di seluruh SMA di Kabupaten Jembrana menunjukkan dari aspek meningkatkan mutu pendidikan melalui menanamkan pengetahuan dan kepribadian ditinjau dari sub aspek peningkatan pengalaman anak didik akan gerak, dari 14 sekolah SMA hanya 9 sekolah meningkatkan pengalaman anak didik akan gerak dengan baik dan 5 sekolah kurang dalam meningkatkan pengalaman anak didik akan gerak. input di seluruh SMA di Kabupaten Jembrana menunjukkan ada beberapa sekolah dari aspek pengembangan 78

bahan ajar ditinjau dari sub aspek mampu membuat perangkat kurikulum, dari 14 sekolah SMA sudah 13 sekolah mampu membuat perangkat kurikulum dengan baik dan 1 sekolah kurang. Untuk sub aspek mampu membuat model pembelajaran dari 14 sekolah hanya 6 sekolah sudah melakukan dengan baik dan 8 sekolah masih belum atau kurang menggunakan model pembelajaran. process seluruh SMA di Kabupaten Jembrana menunjukkan ditinjau dari aspek pelaksanaan KTSP dari 14 sekolah, 6 sekolah kurang dalam pelaksanaan KTSP dan 8 sekolah sudah baik dalam sub aspek pelaksanaan KTSP di sekolah. Sub aspek kendala dalam pembelajaran dari 14 sekolah hanya 6 sekolah terdapat kendala dalam pembelajaran dan 8 sekolah tidak ada kendala dalam pembelajaran. Kendala yang dihadapi oleh guru penjas adalah sarana dan prasarana serta alokasi waktu yang kurang. product di seluruh SMA Kabupaten Jembrana ditinjau dari aspek hasil penerapan KTSP, dari 14 sekolah hanya 8 sekolah pada sub aspek hasil belajar siswa dengan baik, dan 6 sekolah kurang dalam hasil belajar siswa. Sub aspek hasil ekstrakurikuler siswa dari 14 sekolah hanya 9 sekolah dengan baik, dan 5 sekolah masih kurang dalam berprestasi. PEMBAHASAN Hasil evaluasi tahap context, terdapat 2 aspek yang dievaluasi meliputi meningkatkan mutu pendidikan melalui menanamkan pengetahuan dan kepribadian serta dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap pengembangan kurikulum. Kedua aspek tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Sub sub aspek peningkatan pengalaman anak didik akan gerak, dari 14 sekolah SMA hanya 9 sekolah atau 64% baik dalam meningkatkan pengalaman anak didik akan gerak dan 5 sekolah atau 36 % kurang dikarenakan guru belum memaksimalkan model pembelajaran. Ditinjau dari aspek dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap pengembangan kurikulum, sub aspek dukungan pemerintah untuk SMA di Kabupaten Jembrana, dari 14 sekolah hanya 5 sekolah atau 36% yang mendapatkan bantuan dari pemerintah dan 9 sekolah atau 64% belum ada atau masih kurang bantuan dari pemerintah sejak KTSP dilaksanakan. Pendidikan gratis untuk semua jenjang pendidikan di Kabupaten Jembrana mengaharuskan pemerintah memberikan dukungan secara optimal untuk operasional sekolah. Kenyataan hanya sekolah favorit yang paling diutamakan mendapat dukungan dana. Untuk dukungan masyarakat, dari 14 sekolah yang mendapat dukungan dari masyarakat 7 sekolah atau 50% dan belum atau kurang mendapat dukungan masyarakat 7 sekolah atau 50%. Hasil evaluasi tahap input terdapat 2 aspek yaitu pengembangan bahan ajar dan penggunaan sarana dan prasarana. Sub aspek perangkat kurikulum, dari 14 sekolah SMA sudah 13 sekolah atau 93% mampu membuat perangkat kurikulum dengan baik 79

dan 1 sekolah atau 7 % kurang. Perangkat kurikulum merupakan bekal guru dalam proses pembelajaran. Untuk sub aspek kelayakan sarana dan prasarana, dari 14 sekolah hanya 4 sekolah atau 29% kelayakan sarana dan prasarana dengan baik dan 10 sekolah atau 71% kelayakan sarana dan prasarana kurang. Hasil evaluasi tahap process, pelaksanaan KTSP di seluruh SMA kabupaten Jembrana perlu dukungan dari pengembangan bahan ajar. Aspek pelaksanaan KTSP ditinjau dari sub aspek pelaksanaan KTSP di sekolah dari 14 sekolah hanya 6 sekolah atau 43% kurang dalam pelaksanaan KTSP dan 8 sekolah atau 57% sudah baik atau sesuai dengan standar proses. Sub aspek kendala dalam pembelajaran dari 14 sekolah hanya 6 sekolah atau 43% terdapat kendala dalam pembelajaran dan 8 sekolah atau 57% tidak ada kendala dalam pembelajaran. Kendala yang dihadapi oleh guru penjas adalah sarana dan prasarana serta alokasi waktu yang kurang. Evaluasi tahap product, hasil belajar yang baik ditentukan oleh proses yang berjalan dengan baik. Ditinjau dari aspek hasil penerapan KTSP, dari 14 sekolah hanya 8 sekolah atau 43% pada sub aspek hasil belajar siswa dengan baik, dan 6 sekolah atau 57% kurang dalam hasil belajar siswa. SIMPULAN Hasil penelitian yang dilakukan tentang evaluasi program implementasi KTSP pembelajaran penjasorkes SMA dapat disimpulkan: 1). Context (Perencanaan) Peningkatan pengalaman anak didik akan gerak 9 sekolah dan 5 sekolah belum. Untuk pengenalan anak didik terhadap lingkungan dan potensi diri sudah 10 sekolah dan 4 sekolah belum. Dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap pengembangan kurikulum, sub aspek dukungan pemerintah untuk SMA di Kabupaten Jembrana belum berjalan baik, Untuk dukungan masyarakat 7 sekoah sudah. 2) Input (Persiapan) penyususnan perangkat kurikulum oleh guru sudah dengan baik dan masih ada yang kurang. 3). Process (Pelaksanaan) pelaksanaan KTSP sebagiaan besar belum terlaksana dengan baik atau belum sesuai dengan standar proses. Kendala dalam pembelajaran yang dihadapi oleh guru penjas adalah sarana dan prasarana serta alokasi waktu yang kurang. 4) Product (Hasil) Hasil belajar siswa beberapa sekolah sudah baik dan ada beberapa yang kurang dalam hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mulyasa, E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta; PT Bumi Aksara. Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis. Bandung: PT Remaja Rodaskarya. Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani 80

Olahraga dan Kesehatan SMA/MA. Edisi Pertama. Jakarta: Litera. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta. Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip Dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara. 81