BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepemimpinan Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting diperusahaan dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan, dimana terdapat sekelompok orang dalam suatu organisasi yang bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan. Maka dengan adanya kerjasama tersebut terkadang menimbulkan konflik, perselisihan diantara karyawan didalam kelompok kerja tersebut karena adanya perbedaan persepsi, sehingga perlu adanya pendekatan yang tepat supaya terjamin keteraturan dan keserasian kerja. Dalam hal seperti diatas pengaruh pimpinan sangat penting untuk merealisasikan tujuan dan menghasilkan suatu pola kerja yang berinisiatif dan berkonsisten dalam rangka mempengaruhi orang lain untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan perusahaan. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kepemimpinan dibawah ini akan dikutip beberapa pendapat para ahli mengenai kepemimpinan yang dianggap sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan skripsi ini. 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang diluar kelompok atau organisasi. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kepemimpinan dibawah ini akan dikutip beberapa pendapat para ahli mengenai definisi kepemimpinan sebagai berikut : Menurut Malayu (2008 : 170) adalah sebagai berikut : Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan menurut Veithzal (2003 : 3) adalah sebagai berikut : Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Howard H. hoyt yang dikutip oleh Kartini Kartono (Buku Pemimpin dan Kepemimpinan 2003 : 49) : Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia atau kemampuan untuk membimbing orang. Berdasarkan definisi definisi yang telah disebutkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan dalam operasionalnya mempunyai peranan sebagai pemberi dorongan atau motivator yang ditentukan oleh gaya kepemimpinan, karena pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, watak dan
kepribadian sendiri yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gayanya sendiri membedakan dirinya dan orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya yang efektif guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Kepemimpinan merupakan aspek pengelolaan yang penting dalam sebuah organisasi. Kemampuan untuk memimpin secara efektif sangat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah organisasi mencapai tujuan. Dalam usahanya mencapai tujuan maka ia haruslah mempunyai pengaruh untuk memimpin para bawahannya. Disamping kecakapan dan kemampuan dari pemimpin dan bawahan dipengaruhi juga oleh kesediaan dari para anggota pelaksana untuk berkorban dan berusaha. Prestasi dari pemimpin dan kesediaan bekerja dipihak pelaksana sangat dipengaruhi oleh situasi yang melandasi kerja mereka. 2.1.2 Tipe - tipe Kepemimpinan Para pemimpin selalu berbeda-beda dalam sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadiannya. Berbagai tipe kepemimpinan yang banyak dikenal dalam sejarah kebangsaan, politik, kemiliteran, dan kemasyarakatan lainnya yang sangat popular antara lain adalah :
1. Tipe Karismatik Adalah tipe seorang pemimpin yang sangat dikagumi dan ditaati oleh para pengikutnya tanpa mengetahui dengan jelas apa alasan mereka mengagumi pemimpin tersebut. Seorang pemimpin yang bertipe karismatik biasanya hanya dari penampilan dan pidatonya yang singkat sekalipun sudah dapat mempengaruhi banyak orang yang kemudian secara spontan bersedia menjadi pengikutnya secara nasional bahkan internasional dan seluruh dunia. 2. Tipe Paternalistik Pemimpin paternalistik adalah pemimpin yang bersifat kebapakan dan selalu melindungi bawahannya layaknya seorang ayah kepada anaknya yang masih kecil dan belum dewasa. Pemimpin paternalistik ini tetap memperlakukan bawahannya sebagai anak-anak yang belum dewasa, walaupun mungkin ada yang sudah lebih tua dan lebih berpengalaman dibanding pemimpin itu sendiri. 3. Tipe Militeris Pemimpin militeris bersifat tegas dan keras dalam memberikan perintah dari atasan kepada bawahan dan tidak senang mendapat kritik dari bawahan, sedikit keterlambatan memberi laporan dengan segera mendapat hukuman fisik.
Pemimpin yang bertipe militeris bersifat kaku dan satu arah, hanya dari atasan kepada bawahan, namun perintahnya cukup jelas untuk dilaksanakan oleh para bawahan. 4. Tipe Otokratis Pemimpin bertipe otokratis adalah pemimpin yang beranggapan bahwa dirinya berkuasa absolute dan dirinya dapat melakukan apa saja sesuka hatinya didalam organisasi tanpa konsultasi dan pertimbangan dari para bawahannya. 5. Tipe Demokratis Tipe demokratis adalah pemimpin yang terpilih secara demokrasi dan menjalankan kekuasaannya juga secara demokrasi dengan cara meminta pertimbangan-pertimbangan kelompok. Pemimpin demokratislah yang paling banyak disukai masyarakat didunia ini. 6. Tipe Indigenous (Hobi) Pemimpin bertipe indigenous atau orang yang bersifat pembawaan dari lahir, biasanya terlihat pada organisasi-organisasi kemasyarakatan, perkumpulan sepakbola, perkumpulan motor Harley, perkumpulan main golf, dan sebagainya yang kebanyakan ditentukan oleh keahlian, sifat, dan pembawaan (hobi) para pimpinannya. 7. Tipe Pribadi Kepemimpinannya didasarkan pada kontak pribadi secara langsung pada para bawahannya. Tipe pemimpin pribadi ini sangat efektif
dan sederhana cara pelaksanaannya, tetapi tipe ini cocok pada organisasi yang relative kecil karena pendekatannya secara langsung antar pribadi. 2.1.3 Fungsi Kepemimpinan Menurut Veithzal dalam bukuya Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (2003 : 53-55) fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti : a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/ organisasi. Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu : a. Fungsi instruksi Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
b. Fungsi konsultasi Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. c. Fungsi partisipasi Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semuanya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan
pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. d. Fungsi delegasi Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/ menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi. e. Fungsi pengendalian Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/ efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktivitas kepemimpinan secara integral. Pelaksanaannya berlangsung sebagai berikut : a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja. b. Pemimpin harus mampu memberikan petunjuk yang jelas. c. Pemimpin harus berusaha mengembangkan kerjasama yang harmonis.
d. Pemimpin harus mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan masalah sesuai batas tanggung jawab masing-masing. e. Pemimpin harus berusaha menumbuhkankembangkan kemampuan memikul tanggung jawab. f. Pemimpin harus mendayagunakan pengawasan sebagai alat pengendali. 2.1.4 Pengertian Gaya Kepemimpinan Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih jelek dari pada gaya kepemimpinan lainnya. Definisi gaya kepemimpinan menurut Veithzal (2003 : 64) sebagai berikut : Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi dapat tercapai. Sedangkan menurut Miftah thoha (2003:303) sebagai berikut : Gaya kepemimpinan adalah suatu norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.
Tiga Dimensi Gaya Kepemimpinan menurut William J. Reddin dikutip oleh Kartini Kartono (Buku Pemimpin dan Kepemimpinan 2005 : 34) yaitu : - Berorientasikan tugas (task orientation), - Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation), - Berorientasikan hasil yang efektif (effectivess orientation). Reddin membagi gaya kepemimpinan dalam dua kelompok dikutip oleh Veithzal Rivai (Buku Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi 2003 : 129) yaitu : 1. Gaya yang efektif Kelompok gaya yang efektif adalah : - Gaya Eksekutif, sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun. - Pecinta pengembangan (developer), sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/ melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan. - Otokratis yang baik hati (benevolent autocrat), sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri. - Birokrat, sifatnya correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma norma, ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisplin, dan keras.
2. Gaya yang tidak efektif Kelompok gaya yang tidak efektif adalah : - Pencinta kompromi (compromiser), sifatnya : plintat-plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit. - Misionaris (missionary), sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati, ramah-tamah. - Otokrat, sifatnya : keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong, bandel. - Lari dari tugas (deserter), sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan. Berdasarkan definisi-definisi para ahli tersebut, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa secara garis besar gaya kepemimpinan adalah suatu pola tingkah laku yang digunakan oleh seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2 Kinerja Kata kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja (DR. Achmad S. Ruky :2001). Selain itu kinerja dapat diartikan sebagai suatu hasil yang telah dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang dilaksanakan secara legal, tidak melanggar hukum serta sesuai dengan moral dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Definisi kinerja karyawan Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001:78) Menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001:82) yaitu : 1. Kemampuan mereka 2. Motivasi 3. Dukungan yang diterima 4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan 5. Hubungan mereka dengan organisasi Salah satu usaha seorang pemimpin mempengaruhi karyawan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dengan meningkatkan kinerja karyawan supaya semangat kerja karyawan bawahan merupakan sumber motivasi, sumber moral dan disiplin karyawan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Menurut Schermerson, Hunt dan Osborn dikutip oleh Hadari Nawawi (Buku Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri 2006 : 62) definisi kinerja sebagai berikut : Kinerja adalah kuantitas dan kualitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan individu, kelompok maupun organisasi. Menurut Judith R. Gordon dikutip oleh Hadari Nawawi (Buku Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri 2006 : 63) definisi kinerja sebagai berikut : Kinerja adalah suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2001 : 34) mengemukakan sebagai berikut : Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Sedangkan pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui berapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan/ instansi menghadapi krisis yang serius.
Peningkatan Kinerja Pegawai Dalam rangka peningkatan kinerja pegawai, menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005 :22-23) terdapat tujuh langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut : a. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja b. Mengenal kekurangan dan tingkat keseriusan c. Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin terjadi penyebab kekurangan, baik yang berhubungan dengan system maupun yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri d. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab kekurangan tersebut e. Melakukan rencana tindakan tersebut f. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum g. Mulai dari awal, apabila perlu Bila langkah-langkah tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka kinerja pegawai dapat ditingkatkan.