I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penampilan fisik dengan susunan gigi rapi merupakan aspek penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Perawatan ortodonti adalah salah satu perawatan yang diminati banyak orang untuk merapikan susunan gigi. Tujuan dari perawatan ortodonti telah didefinisikan oleh Proffit dkk. (2007) sebagai suatu penciptaan hubungan oklusal yang baik untuk estetika wajah dengan hasil akhir yang stabil. William (2000) menyatakan bahwa perawatan ortodonti dibagi menjadi dua menurut cara pemakaiannya yaitu alat lepasan dan alat cekat. Perawatan ortodonti membutuhkan waktu cukup lama, dalam penelitian yang dilakukan Fink dan Smith (1992) menyatakan rata-rata durasi perawatan ortodonti cekat adalah 23 bulan. Simister (2007) dalam tesis menunjukkan lama perawatan ortodonti cekat adalah 22-25 bulan. Ahmed dkk. (2010) melakukan penelitian pada pengguna alat ortodonti cekat di Pakistan menunjukkan bahwa prevalensi karies menjadi lebih tinggi setelah 12 bulan dibandingkan 6 bulan penggunaan ortodonti cekat. Shrestha dkk. (2013) juga menyatakan prevalensi karies sebesar 58,54% pada 6-12 bulan perawatan ortodonti dan sebesar 64,86% prevalensi karies yang terjadi pada 12-18 bulan perawatan ortodonti. Carrillo dkk. (2010) menyatakan peningkatan resiko karies selama perawatan ortodonti cekat terjadi karena kebersihan mulut yang buruk. Hasil penelitian secara klinis tidak sejalan dengan penelitian Sherstha dkk. (2013), penelitian yang dilakukan oleh Mantiri dkk. (2013) pada mahasiswa pemakai alat ortodonti cekat program studi kedokteran gigi Universitas Sam Ratulangi Manado yang menggunakan 1
2 pemeriksaan status karies gigi menunjukkan rata-rata jumlah DMF-T adalah 0,631 dan menurut WHO termasuk kategori sangat rendah. Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit (Budiharto, 2010). Perubahan perilaku kesehatan dapat diwujudkan melalui pendidikan kesehatan yang mencakup penyediaan informasi kesehatan (Ewles dan Sinmet, 1994). Prochaska dan Diclemente (1983) menciptakan suatu model perubahan perilaku kesehatan yang diakui sebagai hasil respon emosional yang dikenal dengan model transteoretikal. Astroth dkk. (2002) membuktikan model transteoretikal tersebut dapat digunakan untuk melihat perubahan perilaku sebagai respon terhadap promosi kesehatan seperti olahraga, berhenti merokok dan program penurunan berat badan. Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya (Budiharto, 1998). Informasi atau pengetahuan kesehatan gigi yang diterima oleh seseorang berpengaruh terhadap perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut (Budiharto, 2010). Sikap dan perilaku seseorang terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat dari kebersihan gigi dan mulut (Astoeti dkk., 2003). Perilaku kontrol gigi menurut Maulani dan Enterprise (2005) meliputi menyikat gigi, diet makanan, kunjungan ke dokter gigi, penambalan gigi, pencabutan gigi. Meminimalisir terjadinya karies selama masa perawatan ortodonti dengan metode yang paling sederhana, efektif dan aman adalah menyikat gigi. Dewi (2007) menyatakan bahwa menyikat gigi secara teratur
3 merupakan cara menghilangkan plak yang efektif serta memelihara kebersihan gigi dan mulut. Faktor yang mempengaruhi efektivitas menyikat gigi menurut Laing dkk. (2008) adalah bentuk sikat gigi, frekuensi menyikat gigi, durasi menyikat gigi, dan cara menyikat gigi. Shrestha dkk. (2013) menyatakan 82,5% pengguna ortodonti cekat masih menggunakan sikat gigi biasa dan hanya 17,5% yang telah menggunakan sikat gigi ortodonti. Penelitian Shrestha dkk. (2013) juga menunjukkan hanya 1,9% yang menggunakan sikat interdental. Metode oral hygiene yang tepat seharusnya diajarkan dan ditekankan oleh dokter gigi selama perawatan ortodonti (Dalimunthe, 2006). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, timbul permasalahan berikut: Apakah perubahan perilaku menyikat gigi dipengaruhi oleh lama pemakaian alat ortodonti cekat? C. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait penerapan model transteoretikal terhadap perubahan perilaku: 1. Prochaska dan Velicer (1997) meneliti mengenai kemajuan perubahan perilaku kesehatan melalui tahap-tahap perubahan (stages of change). Penelitian tersebut dilakukan pada populasi perokok dan mendapatkan hasil bahwa 40% berada pada tahap pra-perenungan, 40% pada tahap perenungan, dan 20% dalam tahap persiapan.
4 2. Tillis dkk. (2003) meneliti dua komponen model transteoretikal, yaitu tahaptahap perubahan (stages of change) dan pengambilan keputusan (decisional balance) pada perilaku membersihkan sela-sela gigi. 3. Berliani (2007) melakukan penelitian tentang perubahan perilaku menyikat gigi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, semakin tinggi adopsi perilaku menyikat giginya. 4. Setyowati (2012) menjelaskan bahwa transtheoretical model menggambarkan perubahan perilaku adalah suatu proses yang terjadi dalam beberapa tahap perubahan. Transtheoretical model dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan gigi pasien sehingga membantu praktisi kesehatan gigi untuk mengembangkan program intervensi spesifik perubahan perilaku kesehatan gigi berdasarkan pada tahap perubahan pasien. Kemajuan perubahan perilaku dari tahap satu ke tahap lain dapat diprediksi melalui persepsi pasien tentang pro dan kontra dari perubahan perilaku. Sejauh peneliti ketahui, sampai saat ini belum ada penelitian mengenai pengaruh lama pemakaian alat ortodonti cekat terhadap tingkat perubahan perilaku menyikat gigi pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Profesor Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pemakaian alat ortodonti cekat terhadap tingkat perubahan perilaku menyikat gigi.
5 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi bidang ortodonsia, menambah pengetahuan tentang perubahan perilaku menyikat gigi selama perawatan ortodonti cekat. 2. Bagi masyarakat umum terutama pemakai alat ortodonti cekat, menambah wawasan dan pengetahuan pentingnya mengubah perilaku menyikat gigi menjadi lebih baik untuk meminimalisir resiko pemakaian alat ortodonti cekat.