RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

dokumen-dokumen yang mirip
Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

BUDIDAYA JELUTUNG RAWA (Dyera lowii Hook.F)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati *

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

1. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan Negara Kesatuan Republik

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

BP2LHK Manabo Kampus Kreatif Sahabat Rakyat

SINTESIS RPI 5 : PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

BAB II TINJAUAN UMUM

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN JABIREN RAYA KABUPATEN PULANG PISAU KALIMANTAN TENGAH

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang membentuk suatu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

BISNIS BUDIDAYA KARET

Koleksi Benih Kayu Putih Di Sebaran Alam Kepulauan Maluku

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA POHON PENGGANTI SONOR

Oleh: Merryana Kiding Allo

sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya.

Varietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

ANALISA TEBAL DAN KADAR AIR KULIT POHON SERTA KECEPATAN TERPICUNYA API (Quick-Fire Start) JENIS GMELINA, SUNGKAI DAN SENGON

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TAUGE DAN DUA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON (Anthocephalus cadama Miq)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

Refni Zuida Staf Pengajar Kopertis Wilayah I dpk FP-UNPAB, Medan

10 tumbuhan langka di Indonesia Iklan

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

RESPON PERTUMBUHAN DAN BIOMASSA SEMAI Bakau Minyak (Rhizopora apiculata BI) TERHADAP SALINITAS DAN KANDUNGAN LIPIDNYA PADA TINGKAT POHON

TINGKAT PERTUMBUHAN ANAKAN SENGON DI LAHAN BEKAS TERBAKAR PADA KEBUN PENELITIAN DAN PERCOBAAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

ANALISIS VEGETASI DI BAWAH TEGAKAN Dyera lowii Hook.f. DI AREAL REHABILITASI LAHAN GAMBUT DESA LUNUK RAMBA, KALIMANTAN TENGAH

RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusunnya yang meliputi bahan organik yang

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Myrtaceae yang diketahui tumbuh pada areal dataran rendah berawa (coastal

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

Transkripsi:

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH (Dyera costulata Hook.f) YANG DITANAM PADA LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH DI KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh/by SULAIMAN BAKRI Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan Unlam ABSTRACT The research aims to find out the growth response of red jelutong seedlings planted on swamp / wetland and dry land at the same locality. In nature jelutong trees grow on swamp and also on the upland. Twenty seedlings are planted on the site for five month. The result of the research shows that the height increment of jelutong seedlings planted on wetland are greater than that of jelutong seedlings planted on dry land. This findings hold also true for the diameter increment and the number of leaves. Keywords : growth, wetland, dry land Alamat Korespondensi : E-mail : solemant@hotmail.com PENDAHULUAN Pulau Kalimantan memiliki flora yang terkaya di Kepulauan Sunda, baik jumlah kekayaan maupun keragaman jenisnya. Kalimantan memiliki lebih dari 3.000 jenis pohon, termasuk 2 jenis Dipterocarpaceae, yang merupakan kelompok pohon kayu perdagangan terpenting di kawasan Asia Tenggara. Kekayaan jenis tumbuhan dapat dihubungkan dengan tipe tanah. Keragaman tipe habitat dan endemisme lokal berkaitan dengan tanah, misalnya sifat geologi batuan muda, khususnya di barat daya Kalimantan, berperanan dalam menentukan tipe vegetasi di tempat itu (McKinnon, Hatta, Halim & Mangalik, 1). Pada kawasan lahan rawa gambut di Kalimantan Tengah ditemukan beraneka ragam jenis pohon seperti ramin, perupuk, meranti rawa dan jelutung. Di Kalimantan Tengah terdapat dua spesies jelutung yang tumbuh alamiah, yaitu jelutung merah (Dyera costulata Hook.f) dan jelutung hitam (Dyera lowii Hook.f). Di Sumatera, khususnya di Jambi jelutung merah tumbuh di wilayah pegunungan. (Anonim, 200) Secara umum dapat disimpulkan bahwa jelutung merah dapat tumbuh dengan baik pada dua tipe lahan yang berbeda. Sifat ini sangat penting untuk dipelajari lebih jauh. Jadi sebagai tahap awal akan dilakukan penelitian untuk mempelajari pertumbuhan anakan jelutung merah yang ditanam pada kondisi lahan basah dan lahan kering dalam satu tapak yang faktor lainnya sama. Jelutung adalah jenis pohon yang disukai dan bermanfaat bagi penduduk asli yang tinggal di sekitar hutan. Pohon jelutung yang tumbuh alamiah di hutan dipelihara oleh penduduk dan dianggap sebagai hak milik pribadi atau kesatuan adat (Azis_Lahiya, 14). Jelutung merah mempunyai nama botanis Dyera costulata Hook f termasuk dalam famili Apocynaceae dengan ciri khas kulit batangnya menghasilkan getah (lateks) berwarna putih. Lateks ini disadap oleh Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 200 3

penduduk dari pohon jelutung yang berdiameter 15 cm ke atas dan dijual sebagai bahan baku industri pemen karet dan handicraft. Kayu jelutung merah dimanfaatkan untuk pembuatan mebel perabot rumah tangga yang bagus karena kayunya ringan dan berwarna putih. Kayu jelutung mempunyai berat jenis 0,43 tetapi kelas awetnya III-IV (Prosea, 15 : Anonim, 14). Jelutung merah sudah banyak dibudidayakan oleh penduduk asli di Sumatera dan KalimantanTengah karena diharapkan mampu memberikan hasil getah dan kayu yang bernilai ekonomis dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat (Anonim, 200). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anakan jelutung merah yang ditanam dalam dua kondisi lahan yang berbeda, yaitu lahan tergenang (basah) dan lahan kering. Data ini dapat memberikan gambaran pola pertumbuhan awal anakan jelutung yang berumur kurang dari satu tahun. METODE PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan di desa Batu Nindan Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas. Obyek penelitian adalah anakan jelutung merah sebanyak 20 batang yang ditanam di lapangan. Pengamatan Penelitian dilaksanakan sejak Mei 200 sampai Oktober 200. Bibit jelutung merah yang berumur 3 bulan diperoleh dari penduduk di Kabupaten Pulang Pisau yang memproduksi bibit jelutung dari buah jelutung yang dikumpulkan dari pohon induk yang terdapat di hutan alam. Penanaman bibit jelutung dilakukan di dua tempat yang berjarak 400 meter, pada dua kondisi lahan, yaitu lahan basah bekas sawah dan lahan kering di halaman rumah, dekat jalan raya Kuala Kapuas Pulang Pisau. Jarak tanaman 2m X 2m. Disain lapangan untuk penanaman menggunakan rancangan acak lengkap. Penyiraman dilakukan setiap hari selama dua bulan pertama karena ketika itu sudah masuk musim kemarau. Data pertumbuhan yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter dan pertambahan jumlah daun. Pengambilan data dilakukan setiap tiga minggu. Analisis data dilakukan dengan uji t berdasarkan sebaran t Student, untuk membandingkan dua perlakuan. Perlakuan pertama adalah penanaman anakan jelutung pada kondisi lahan kering dan perlakuan kedua penanaman pada lahan basah. Untuk melengkapi data dilakukan analisis tekstur dan kandungan hara tanah di Balai Standardisasi Industri di Banjarbaru. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran pertumbuhan anakan jelutung selama 5 bulan dengan variable pertambahan tinggi, pertambahan diameter dan pertambahan jumlah daun dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. sebagai analisis awal dilakukan perhitungan nilai ratarata dan standar deviasinya. Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 200 4

Pada tabel 1 dapat dilihat pada lahan basah pertambahan tinggi anakan jelutung merah berkisar antara 4, cm sampai 1,3 cm dan nilai rata-rata 11,13 cm serta standar deviasi 4,00 cm. Untuk anakan jelutung yang ditanam pada lahan kering pertambahan tinggi berkisar antara 4,3 cm sampai 11, cm dan nilai rata-rata,15 serta standar deviasi 2,3 cm.. Untuk pertambahan diameter batang pada lahan kering nilainya berkisar dari 1, mm sampai 5,0 mm dengan nilai rata-rata 3,14 mm dan standar deviasi 1,02 mm. Pertambahan diameter anakan jelutung pada lahan basah sebesar 5,34 mm dan standar deviasi 1,133 mm. Pada tabel 2 tercantum data pertambahan jumlah daun anakan jelutung merah pada lahan basah dan lahan kering. Daun jelutung mempunyai pola tumbuh 2 pasang berhadapan pada anakan yang berumur kurangdari 12 bulan. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah daun anakan jelutung yang ditanam pada lahan basah berkisar dari helai sampai 13 helai dengan nilai rata-rata,1 helai dan standar deviasi (SD) 2,233. Untuk anakan jelutung yang ditanam pada lahan kering pertambahan jumlah daun berkisar antara helai sampai helai dan nilai rata-rata, serta standar deviasi 1,45. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan tipe lahan dilakukan pengujian uji t pada ketiga variable penelitian (pertambahan tinggi, pertambahan diameter dan pertambahan jumlah daun). Hasil pengujian terhadap ketiga variable tersebut dapat dilihat pada tabel 3. Nilai t hitung untuk pertambahan tinggi, 2,50 ternyata lebih besar t-5% (1) = 2,1 tetapi lebih kecil dari t-1% (1 terhadap pertambahan tinggi; tetapi pengaruh ini tidak sangat signifikan. Dapatdisimpulkan bahwa pertumbuhan tinggi anakan jelutung pada lahan basah berbeda dengan pertumbuhan anakan jelutung pada lahan kering. Pada lahan basah pertambahan tinggi sebesar 11,13 cm yang berarti lebih baik jika dibandingkan dengan pertambahan tinggi pada lahan kering sebesar,15 cm. Untuk pertambahan diameter nilai t- hitung = 4,50 jauh lebih besar dari nilai t-1% (1) = 2,. Ini berarti pertambahan diameter anakan jelutung yang ditanam pada lahan basah sebesar 5,32 mm berbeda secara sangat signifikan dengan pertambahan diameter jelutung pada lahan kering sebesar 3, 14 mm. Sementara untuk pertambahan jumlah daun nilai t hitung = 1,535 jauh lebih kecil dari t- 5% (1) = 2,1, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan antara jumlah daun anakan jelutung pada lahan basah dan jumlah daun jelutung pada lahan kering. Hasil analisis tekstur tanah dan kandungan) = 2,. Hal ini berarti bahwa tipe lahan berpengaruh secara signifikan unsur hara tanah untuk kedua tipe lahan tersebut dapat dilihat pada tabel 4. Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa komponen tekstur tanah (pasir, debu dan liat) untuk kedua tipe lahan itu (lahan basah dan lahan kering) tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Kedua tipe lahan itu termasuk dalam kelas tekstur tanah debu. Pengamatan secara empiris di lapangan menunjukkan bahwa secara fisik kedua tipe lahan yang berjarak kurang lebih 400 meter itu, sama dan berada dalam unit lahan yang sama. Sementara itu unsur hara yang berbeda terdapat pada Phospat (P) dan Kalium (K) dimana pada lahan basah nilai Phospat lebih tinggi, tetapi nilai Kalium lebih rendah. Hasil analisis tekstur dan kandungan hara tanah dapat digunakan sebagai dasar untuk memperkuat hasil Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 200 5

pengujian uji t yang menunjukkan bahwa pertambahan tinggi dan pertambahan diameter anakan jelutung yang lebih baik terdapat pada jelutung yang ditanam pada lahan basah (tergenang). Hal ini diperkuat pula oleh kenyataan bahwa pertumbuhan berlangsung dalam musim kemarau yang kurang hujan. Lahan basah yang mengandung lebih banyak air karena permukaan air tanah yang dangkal memberi dukungan yang lebih baik untuk pertumbuhan anakan jelutung merah. Tabel 1. Pertambahan tinggi (cm) dan pertambahan diameter (mm) anakan jelutung merah selama 5 bulan No. Pertambahan tinggi (cm) Pertambahan diameter (mm) Lahan Basah Lahan Kering Lahan Basah Lahan Kering 1 2 3 4 5 11, 1,3 1,, 14,5,5,1, 4,,5 11,,5,5 4,3 5, 5,, 4, 4,5, Ratarata 11,13,15 5,32 3,14 SD 4,00 2,3 1.133 1.02 4, 4,3 5, 4, 5,,2 4,0 3,,5,3 Tabel 2. Pertambahan jumlah daun anakan jelutung merah selama 5 bulan. No. Pertambahan jumlah daun (helai) Lahan Basah Lahan Kering 1 2 3 4 5 13 11 11 Rata-rata,1, SD 2,233 1,45 3, 4,5 5,0 3,2 3,1 2, 3,1 1, 1, 2,2 Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 200

Tabel 3. Hasil Uji t untuk ketiga variable penelitian No. Variabel Nilai rata-rata t hit. 1. 2. 3. Pertambahan tinggi : - pada lahan basah - pada lahan kering Pertambahan diameter - pada lahan basah - pada lahan kering Pertambahan jumlah daun - pada lahan basah - pada lahan kering 11,13,15 5,32 3,14,1, 2,50 4.50 1,535 4. t-5% (1) t-1% (1) 2,1 2, Tabel 4. Hasil analisis tekstur dan kandungan hara tanah dari lahan di desa Batu Nindan Komponen Lahan basah Lahan kering Pasir (%) Debu (%) Liat (%) ph N (%) P (%) K (%) 0,42 5, 13, 4,2 0.1 0,002 0,0002 0,0 5,22 14,2 4,1 0,25 0,0012 0,0005 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Pertambahan tinggi rata-rata sebesar 11,13 cm terdapat pada anakan jelutung merah yang ditanam pada lahan basah selama 5 bulan. Pertambahan tinggi anakan jelutung merah yang ditanam pada lahan basah dan lahan kering berbeda secara signifikan. Pertambahan diameter rata-rata sebesar 5,32 mm terdapat pada anakan jelutung merah yang ditanam pada lahan basah. Ini lebih baik dari pertambahan diameter jelutung merah pada lahan kering sebesar 3,14 mm Saran. Disarankan agar anakan jelutung merah ditanam pada umur lebih dari 3 bulan. Hal ini karena bibit yang ditanam terlalu muda pertumbuhannya lambat. Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 200

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Anggie Aban Rahu, selaku Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Kapuas ketika itu, atas bantuan tehnis dalam pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 14. Pedoman Tehnis Budidaya dan Pemanfaatan Jelutung. Badan Litbang Kehutanan. Dephut. Jakarta. Anonim. 200. Jelutung : Peluang Usaha Kehutanan. Pusat Informasi Kehutanan. Dephut. Jakarta. Azis_Lahiya, A. 14. Jelutung (Dyera sp). Terjemahan dari : Toekomst van Jelutung, oleh : Tromp de Haas & E.van der Laan; majalah Tectona tahun 13. Pustaka Khazanah Terserak. Bogor. MacKinnon, K., G. Hatta, H.Halim & A. Mangalik. 1. The Ekologi of Kalimantan. The Ecology of Indonesia Series Vol.III. Periplus Editions. Hongkong. 02 hal. Prosea. 15. TimberTrees : Minor Commercial Timbers. Prosea Series No. 5(2). Yayasan Prosea. Bogor. Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 23, September 200