V KERAGAAN USAHATANI KEMBANG KOL 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua Kabupatan Bogor. Jarak dari desa ke ibukota adalah sejauh 3,5 km dan jarak ke ibu kota kabupaten Bogor adalah sejauh 30 km yang dapat ditempuh selama 45 menit sampai satu jam. Sarana transportasi untuk mencapai Desa Tugu Utara sudah sangat mudah, karena tersedia fasilitas jalan maupun kendaraan yang dapat digunakan untuk sampai di desa tersebut. Desa Tugu Utara berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Cianjur di sebelah utara dan timur, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Batu layang, Kecamatan Cisarua dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua. Berdasarkan tingkat perkembangannya, Desa Tugu Utara termasuk dalam kategori perkotaan dengan luas administrasi desa 1,728 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 10,160 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5,361 jiwa (52.76 persen) dan jumlah perempuan sebanyak 4,799 jiwa (47.24 persen). Karakteristik geografis Desa Tugu Utara yaitu berada pada ketinggian 1,200 meter diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata per hari berkisar 26 0 C dengan banyaknya curah hujan 200 mm/bulan. Kondisi tersebut menunjukkan Desa Tugu Utara merupakan lokasi yang cocok untuk mengembangkan tanaman sayuran khususnya tanaman kembang kol. Kembang kol merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Di tempat kisaran temperatur untuk pertumbuhan kembang kol yaitu minimum 15.5-18 o C dan maksimum 24 o C. Kelembaban optimum bagi tanaman kembang kol antara 80 90 persen. Adanya kultivar baru yang lebih tahan terhadap temperatur tinggi, sehingga budidaya tanaman kembang kol juga dapat dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl) dan menengah (200-700 m dpl).
Desa Tugu Utara memiliki luas wilayah kurang lebih 1,728 Ha (Tabel 10). Pemanfaatan lahan desa sebagian besar digunakan untuk areal perkebunan 47.45 persen, areal kehutanan 18.50 persen, jalur hijau 14.47 persen dan lahan pertanian 12.20 persen. Sebagian lainnya digunakan untuk pemukiman dan fasilitas umum lainnya. Tabel 10 menunjukkan pemanfaatan lahan di Desa Tugu Utara secara keseluruhan. Tabel 10. Pemanfaatan Lahan Desa Tugu Utara Tahun 2006 Fungsi Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) Lahan Pertanian 210.8 12.20 Lahan Perkebunan 820.0 47.45 Lahan Kehutanan 320.0 18.50 Lahan Keperluan Fasilitas Umum: Lapangan Olah Raga 1.5 0.09 Taman Rekreasi 5.0 0.30 Jalur Hijau 250.0 14.47 Pemakaman Umum 2.7 0.16 Bangunan 118.0 6.83 Total 1,728 100 Sumber: Kecamatan Cisarua, (2006) Tabel 10 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Desa Tugu Utara sebagian besar digunakan untuk penggunan arel perkebunan, karena di Desa Tugu Utara ini terdapat satu perkebunan teh yaitu perkebunan Ciliwung. Desa Tugu Utara memiliki banyak areal kehutanan dan jalur hijau, karena desa ini termasuk salah satu wilayah resapan air di Bogor, dengan demikian banyak lahan yang dimanfaatkan sebagai jalur hijau dan dilindungi oleh pemerintah, sehingga tidak ada pemberian izin untuk mendirikan bangunan dalam bentuk apapun. Sebagian kecil lahan lainnya digunakan untuk fasilitas umum dan bangunan, seperti pemukiman penduduk dan bangunan sekolah. Pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian masih banyak karena sebagian besar penduduk di Desa Tugu Utara memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Kelompok Suka Tani merupakan kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kaliwung Kalimuncar yang diketuai oleh Bapak Badri Ismaya yang merupakan seorang aktivis lingkungan, pelopor 50
penghijauan di lereng- lereng bukit di kawasan Puncak yang rusak. Gapoktan ini terdiri dari enam sub kelompok salah satunya adalah kelompok tani Suka Tani. Tiap-tiap sub kelompok memiliki fungsi dan menggusahakan komoditas yang berbeda, seperti sub kelompok Tunas Kaliwung merupakan kelompok tani yang bergerak dalam bidang peternakan, kelompok tani Puncak Lestari kelompok yang bergerak dalam kegiatan bididaya kopi Perhutani, kelompok Wanita Tani merupakan kelompok yang seluruh anggotanya adalah wanita dan bergerak dalam usaha budidaya bunga, kelompok Cibulaog, memiliki fungsi memberikan perlindungan terhadap satwa hutan, kelompok Wijaya Tani bekerja sama dengan Perhutani dan Kelompok Suka Tani yang bergerak dalam bidang pertanian sayuran. Kelompok Suka Tani terbentuk pada tahun 2009 yang diketuai oleh Bapak Ujang Yahya. Kelompok tani ini beranggotakan petani-petani sayuran di Desa Tugu Utara. Pendirian kelompok Suka Tani bertujuan untuk mempermudah petani khususnya petani kelompok Suka Tani dalam menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga tertentu yang memberikan keuntungan bagi kegiatan usahatani kelompok tani dan juga mempermudah petani untuk memperoleh bantuan dana berupa uang tunai ataupun dalam bentuk sarana pertanian baik yang datang dari lembaga pemerintahan atau lembaga diluar pemerintah. Kelompok tani ini juga berfungsi untuk mempermudah petani untuk memperoleh informasi bila diadakan penyuluhan pertanian dari Dinas Pertanian setempat. Stuktur organisasi yang dimiliki oleh kelompok tani Suka Tani masih sangat sederhana, dimana ketua kelompok langsung membawahi anggota kelompok tani. Sehingga dalam pengambilan keputusan mengenai kepentingan kelompok, ketua kelompok bekerja sendiri tanpa dibantu oleh staf-stafnya. Ketua kelompok berhubungan langsung dengan anggota kelompok tani dalam menyampaikan suatu kebijakan dan kemudian dimusyawarahkan kembali untuk memutuskan suatu keputusan terbaik untuk kepentingan bersama. Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara ini belum berfungsi dengan baik, sehingga peranan kelompok tani ini belum dirasakan oleh anggota kelompoknya. Selama berdiri kelompok tani Suka Tani pernah mendapat 51
tawaran kerjasama oleh perusahaan Indofood dan Hero untuk memasok kebutuhan produk pertanian perusahaan tersebut. Perusahaan Indofood meminta kelompok tani untuk memproduksi dan menjual kentang dan tomat untuk memenuhi kebutuhan perusahan tersebut. Perusahaan Hero menjalin kerjasama untuk memenuhi kebutuhan perusahaan akan komoditi kembang kol dan brokoli, namun karena kendala kemampuan kelompok tani masih minim terutama dalam pembuatan proposal penggajuan kerjasama dan perhitungan biaya produksi yang tidak dapat diterima oleh kedua perusahaan besar tersebut sehingga kerja sama tersebut tidak pernah terjadi. 5.2 Karakteristik Petani Kembang Kol Pada penelitian ini jumlah responden petani adalah 30 orang. Petani responden merupakan anggota kelompok tani Suka Tani di desa Tugu Utara yang informasinya di peroleh dari ketua kelompok tani desa tersebut. Petani yang menjadi responden merupakan petani yang melakukan usahatani kembang kol pada desa tersebut, baik sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha pokok. Karakteristik petani yang akan diuraikan meliputi: usia dan pengalaman petani, tingkat pendidikan, dan status kepemilikan lahan yang digarap. Karakteristik petani responden selengkapnya diuraikan sebagai berikut. 5.2.1 Usia Secara umum rata-rata usia petani responden yang mengusahakan kembang kol adalah mulai dari umur 27-63 tahun. Sebaran umur petani ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu petani responden yang berumur muda dengan umur kurang dari 30 tahun, petani berusia sedang umur 30 sampai 50 tahun, dan petani responden berusia tua dengan umur lebih dari 50 tahun. Jika dilihat dari sebaran umur petani responden, sebagian besar responden adalah petani yang usia 30-50 tahun (64%). Fakta ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden bekerja pada umur produktif/muda dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kembang kol. Menurut Soeharjo (1973), umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berfikir. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat mempunyai 52
kemampuan fisik yang lebih besar dari petani yang lebih tua. Petani yang termasuk golongan usia kerja adalah pada usia 15 sampai 50 tahun. Petani muda juga lebih cepat menerima hal-hal yang baru karena petani muda lebih berani menanggung resiko. Sebaran usia petani responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Usia Pada Kelompok Tani Suka Tani No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 1 < 30 4 13 2 30-50 19 64 3 >50 7 23 Jumlah 30 100 5.2.2 Pengalaman Petani Keberhasilan suatu usahatani didukung oleh banyak faktor diantaranya pengalaman berusahatani. Rata-rata pengalaman petani dalam berusahatani kembang kol adalah tiga tahun. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap petani responden, menunjukkan bahwa pertanian kembang kol baru dikenalkan kepada penduduk Desa Tugu Utara lebih kurang lima tahun lalu oleh pendatang dari Bandung yang saat ini tergabung dalam kelompok tani Suka Tani. Untuk lebih jelasnya, sebaran pengalaman petani responden dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Petani Pada Kelompok Tani Suka Tani No Pengalaman Berusahatani (Tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) 1 10 2 7 2 6 1 3 3 5 3 10 4 3 6 20 5 2 12 40 6 1 6 20 Total 30 100 53
Tabel 12 menunjukkan pengalaman bertani kembang kol petani responden selama dua tahun adalah sebanyak 40 persen dan petani responden yang telah memiliki pengalaman lebih dari lima tahun hanya berjumlah tiga orang atau tujuh persen dari jumlah responden. Petani yang memiliki pengalaman lebih dari lima tahun, merupakan petani yang berasal dari daerah Lembang dan yang juga telah memperkenalkan usahatani kembang kol kepada para petani lainnya khususnya kelompok tani Suka Tani, yang sudah memiliki banyak pengalaman mengenai usahatani kembang kol, karena Lembang merupakan pusat produksi kembang kol di Jawa Barat. Jadi dari pengalaman petani responden tersebut, budidaya kembang kol merupakan hal yang baru bagi petani kelompok tani Suka Tani. 5.2.3 Pendidikan Petani Kembang Kol Pada umumnya tingkat pendidikan petani kembang kol pada kelompok tani Suka Tani tergolong rendah. Terlihat pada Tabel 13 yang menyajikan sebaran tingkat pendidikan petani responden. Berdasarkan Tabel 13 sebagian besar patani berpendidikan tamat SD yaitu sebanyak 74 persen dari total seluruh petani responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian petani responden memiliki pendidikan formal yang rendah. Banyaknya petani responden yang berpendidikan rendah dikarenakan sulitnya keadaan ekonomi para petani. Petani responden yang lulus SLTP sebanyak 23 persen dan tiga persen petani responden lulus SMA. Akan tetapi kondisi ini dapat diimbangi dengan pengalaman yang telah dimiliki para petani dan keingin petani untuk mencoba dan mempelajari proses kegiatan budidaya dan pemasaran kembang kol. Karakteristik petani berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Kelompok Tani Suka Tani No Tingkat Pendidikan Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 1 SD 22 74 2 SMP 7 23 3 SMA 1 3 Total 30 100 54
5.2.4 Status Kepemilikan dan Luas Lahan Petani responden yang mengusahakan kembang kol pada kelompok tani Suka Tani sebagian besar berstatus sebagai petani penggarap, karena lahan yang mereka garap bukan milik sendiri, tetapi milik orang lain. Petani tersebut diberi izin untuk mengelola lahannya untuk dimanfaatkan, tanpa harus membayar uang sewa kepada pemiliknya. Jumlah petani responden yang status lahannya sebagai penggarap sebanyak 90 persen dan sisanya merupakan lahan sewa. Petani responden mengungkapkan alasan mereka diijinkan untuk menggarap lahan tersebut adalah supaya lahan pemilik lahan kosong dan tidak berguna, karena hal ini akan mengakibatkan klaim lahan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Namun, dalam diri petani responden tercipta suatu ketakutan karena sewaktu-waktu pemilik lahan dapat mengambil haknya atas lahan. Berdasarkan hal tersebutlah petani responden memilih memproduksi tanaman yang berumur pendek seperti kembang kol. Status kepemilikan lahan petani kelompok Suka Tani dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Karakteristik Peatni Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Kelompok Tani Suka Tani Status Lahan Petani (Orang) Persentase (%) Penggarap 27 90 Sewa 3 10 Total 30 100 Luasan lahan yang biasa dikelola untuk lahan pertanian responden sangat beragam, namun sebagian besar mengelola kembang kol pada lahan yang antara 0.3 hektar sampai 0.5 hektar. Pada Tabel 15 diketahui bahwa hampir sebagian besar petani kembang kol menanam kembang kol pada luasan 0.3-0.5 hektar, sedangkan sisanya menanam kembang kol pada luasan kurang dari 0.3 hektar adalah sebesar 40 persen dan yang menanam pada lahan satu hektar adalah sebesar 10 persen. Sebaran luas lahan yang digunakan untuk usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 15. 55
Tabel 15. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Pada Kelompok Tani Suka Tani Luas Lahan (Ha) Petani (Orang) Persentase (%) <0,3 12 40 0,3-0,5 15 50 1,0 3 10 Total 30 100 Selain usia, umur, pengalaman dan pendidikan, karakteristik responden juga dapat dilihar dari alasan petani memilih berusahatani kembang kol, pola bercocok tanam serta sumber modal yang digunakan untuk berusahatani. Ratarata modal yang digunakan petani responden adalah menggunakan modal sendiri dan alasan petani memilih berusaha tani kembang kol adalah, karena kembang kol mudah untuk membudidayakannya. Sedangkan pola bercocok tanam sebanyak 17 orang petani bercocok tanam dengan tumpang sari dan sisanya 13 orang petani bercocok tanam dengan melakukan pola usahatani monokultur. Sebaran petani berdasarkan karakteristiknya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. 5.3 Karakteristik Lembaga-Lembaga Pemasaran Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat pada daerah penelitian antara lain adalah tengkulak, pedagang besar dan pedagang pengecer. Masing-masing individu dari setiap lembaga pemasaran tersebut memiliki berbagai karakter yang dapat mempengaruhi kegiatan yang dilakukan. Jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kembang kol terdiri dari dua orang tengkulak, dua orang pedagang besar dan empat orang pengecer. Pedagang pengumpul/tengkulak bertempat tinggal di lokasi penelitian, sehingga dekat dengan keberadaan petani responden. Lokasi pedagang besar dan pedagang pengecer berada di luar daerah penelitian yang melakukan penjualan kembang kol di pasar-pasar tradisional yaitu Pasar Cisarua, Pasar TU dan Pasar Induk Kramatjati. Umur pedagang responden berkisar antara 35 tahun sampai 55 tahun. Karakteristik pedagang dapat dilihat pada Lampiran 5. 56
5.4 5 Keragaa an Usahatan ni Kembangg Kol 5.4.1 5 Pengoolahan Lahaan Peng golahan lahaan petani padda kelompok k Suka Tanni di Desa Tugu T utara menggunaka m an cangkul. Lahan yang akan ditannami terlebiih dahulu dibersihkan d dari d tanamaan liar dan sisa-sisa s akaar, kemudiann tanah dicaangkul hinggga gembur dengan d kedaalaman cang gkul antara 440-50 centim meter agar aakar tanamann kembang kol k dapat dengan leluuasa memperroleh zat haara yang adda didalam tanah, t lalu dibuat d bedengan selebaar 80-100 ceentimeter, tiinggi 35 cenntimeter denngan jarak antar a bedenggan 40 centiimeter denggan tujuan ag gar bisa dilaalui oleh pettani. Pada lahan l miringg perlu dibu uat parit di antara a bedenngan agar aiir tidak terg genang dan mengganggu m u tanaman pada saat muusim hujan. Gambar 4. Pengolahan Lahan Petanii Kelompok Tani T Suka Taani di Desa Tugu T Utara Masih Mengggunakan Canngkul Tahun 2009 a persiappan lahan ppetani yang memiliki Dalaam pengolahhan lahan atau luasan l rata-rrata 0,4 hekktar pada um mumnya mellakukan penngolahan lah han sendiri dan d dibantu oleh satu orang o tenagaa kerja dalam m keluarga dan tiga oraang tenaga kerja k luar keluarga. k Seedangkan peetani yang memiliki m lahhan satu ha mengolah lahannya l dibbantu oleh enam e orang tenaga kerja. Terdiri dari d satu oraang tenaga kerja k dalam m keluarga dan d lima orang tenaga kerja luar keluarga, k denngan upah 57
sebesar Rp 30.000,- per orang per hari. Pengolahan lahan untuk lahan 1 hektar menghabiskan waktu dua minggu atau 14 hari dan pada lahan 0,4 hektar dikerjakan selama delapan hari. 5.4.2 Pembibitan Penyiapan benih dilakukan pada bendengan yang dibuat khusus untuk pembenihan. Pada umumnya petani menyemai benih dalam bendengan dengan ukuran yang variasi berdasarkan banyaknya benih yang akan disemai. Penyemaiaan benih di bendengan cukup dengan menebarkan benih di atas tanah persemaian. Setelah benih ditebarkan di bendengan, di atas benih tersebut ditabur pupuk kandang dan kompos. Benih yang ditaburkan harus dilindungi dari terpaan sinar matahari langsung ataupun air hujan. Pada umur 4-5 hari atau setelah berdaun 3-4 helai, dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung bisa terbuat dari paralon yang dipotong atau dengan menggunakan polybag kecil. Kemudian satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang telah dibuat. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang kemudian disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (lima hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari). Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu tersebut, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit kembang kol, kegiatan ini dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok. 5.4.3 Penanaman Berdasarkan pengalaman petani responden jarak tanam yang lebar akan lebih baik untuk pertumbuhan tanaman. Jarak tanam kembang kol bunga adalah 50 x 50 centimeter. Dengan jarak tanam yang lebar, akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tanaman, agar antar tanaman tidak saling berebut 58
unsur hara, seperti makanan, air serta memperoleh sinar matahari yang cukup karena tidak saling menaungi antar tanaman. Bibit yang siap tanam adalah bibit yang sudah berumur 1-1,5 bulan setelah penyemaian benih. Sebelum penanaman, polybag atau paralon tempat pembibitan harus dibuang terlebih dahulu. Bibit dikeluarkan dengan cara membalikka an bumbung dan mengeluarkan bibit dari bumbung paralon atau polybag dengan hati-hati tanpa merusak akar. Satu bibit di tanam di dalam lubang tanam yang sudah disiapkan sebelumnya dan segera disiram sampai tanah menjadi basah. Setelah penanaman, penyiraman dapat langsung dilakukan. Pada proses penanaman tenaga kerja yang lebih banyak digunakan adalah tenaga kerja wanita. Tenaga kerja wanita yang digunakan pada lahan 1 hektar sebanyak empat orang yang diambil dari tiga orang tenaga kerja luar keluarga dan satu orang dari dalam keluarga. Sedangkan tenaga kerja pria yang digunakan sebanyak dua orang, yaitu satu orang dari dalam keluarga dan satu orang lagi dari luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan pada lahan 0,4 hektar yaitu dua orang wanitaa dari luar keluarga dan dari dalam keluarga masing-masing hanya satu orang. Kegiatan penanaman ini menghabiskan waktu masing-masing untuk lahan 1 hektar dan 0,4 hektar yaitu selama tiga hari dan dua hari. Gambar 5. Penanaman Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani di Desa Tugu Utara Tahun 2009 59
5.4.4 Pemupukan Tanaman dan Penyiangan Selama masa pertumbuhan tanaman diberi pupuk susulan sebanyak dua kali. Kegiatan pemupukan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan yaitu membersihkan tanaman dari tumbuhan pengganggu. Pupuk pertama diberikan 20 hari setelah tanam yang terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 150 kg/ha, TSP 150 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Pemberian pupuk dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan penyiangan dan membuat lubang diantara jarak tanaman sejauh 20 centimeter dari batangnya, setelah itu pupuk yang telah tercampur dimasukkan kedalam lubang lalu ditimbun tanah. Pupuk kedua diberikan 35-40 hari setelah tanam terdiri atas ZA 150 kg/ha, Urea 100 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha. Pemupupukan dilakukan sama seperti pemupukan sebelumnya yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan. Kegiatan pemupukan pada satu hektar, dilakukan oleh lima orang tenaga kerja yang terdiri dari dua orang tenaga kerja dalam keluarga dan sisanya tiga orang merupakan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan untuk lahan rata-rata tenaga kerja terdiri dari tiga orang tenaga kerja perempuan dan dua orang tenaga kerja laki-laki. Kegiatan pemupukan berlangsung selama dua minggu untuk lahan satu hektar, dan satu minggu untuk lahan 0,4 hektar. 5.4.5 Perawatan Kegiatan perawatan pada tanaman kembang kol terdiri dari kegiatan penyulaman dan penyemprotan. Penyulaman tanaman pada kembang kol diperlukan untuk menggantikan tanaman utama yang mengalami pelayuan tanaman atau mati. Proses penyulaman ini dilakukan sejak satu minggu hingga dua minggu setelah tanam. Caranya adalah dengan mengganti tanaman yang mati dengan tanaman yang baru. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah sisa bibit yang masih ada di polybag. Proses penyulaman pada lahan satu hektar dan 0,4 hektar menggunakan tenaga kerja wanita sebanyak tiga orang dan masingmasing lahan yang dikerjakan dalam waktu tiga hari dan dua hari. 60
Gambar 6. Proses Penyemprotan Pestisida Pada Tanaman Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani di Desa Tugu Utara Tahun 2009 Pengendalian hama dilakukan dengan cara menggunakan pestisida. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, penyemprotan pestisida telah dilakukan walaupun belum ada gejala serangan. Penyemprotan dilakukan setiap dua minggu, sehingga penyemprotan dilakukan delapan kali sampai kembang kol panen. Jenis pestisida yang disemprotkan terdiri dari insektisida (Curacron, proklem ), Fungsida (polarem), penyubur (supergro) dan perekat (dustic). Penyemprotan untuk lahan satu hektar dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja selama dua hari yang terdiri dari satu orang tenaga kerja dalam keluarga dan dua orang tenaga kerja luar keluarga dan untuk lahan 0,4 hektar hanya dilakukan oleh satu orang tenaga kerja keluarga selama dua hari. 5.4.6 Pemanenan Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran maksimal. Umur panen antara 80-100 hari. Panen kembang kol dilakukan pada pagi hari dengan cara memotong tangkai bunga bersama sebagian daun. Kegiatan pemanenan pada lahan satu hektar dilakukan oleh lima orang tenaga kerja dan pada lahan rata-rata menggunakan tiga orang tenaga kerja, yang melakukan 61
kegiatan pemotongan, pengangkatan dan penyortiran bagi kembang kol yang tidak layak dijual atau busuk. Hasil panen per hektar antara 12 ton tergantung dari populasi tanaman dan pemeliharaan. Gambar 7. Kembang Kol yang Siap untuk Dipanen Petani Kelompok Tani Suka Tani di Desa Tugu Utara Tahun 2009 62