BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. industri rumah tangga laundry. Saat ini industri rumah tangga laundry

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,baik

BAB I PENDAHULUAN. nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri punggung bawah tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN.

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal maupun yang berada pada sektor informal. Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial. Tujuan tersebut dicapai dengan usaha-usaha preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan kerja serta penyakit umum. Kesehatan kerja dapat dicapai secara optimal jika tiga komponen kesehatan berupa kapasitas dari pekerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan serasi (Rachmawati, 2006). Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam mendukung melesatnya perkembangan industri dan usaha serta pembangunan secara menyeluruh. Interaksi antara tenaga kerja dengan tugas pekerjaannya dan peralatan produksi yang semakin canggih, Meningkatkan pemaparan terhadap resiko kecelakan dan penyakit akibat kerja. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial. Seorang pekerja, seperti pekerjapekerja bongkar muat barang pelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik daripada beban mental atau sosial. Beban fisik ditemukan pada saat melakukan pekerjaan yang menggunakan fisik sebagai alat utama seperti pekerjaan memindahkan beban. Berat beban yang diangkat serta frekuensi mengangkat yang 1

2 sering dapat mempengaruhi kesehatan pekerja berupa kecelakaan kerja / timbulnya penyakit akibat kerja. Salah satu penyakit yang timbul dari proses kerja mengangkat adalah timbulnya rasa nyeri pada bagian pinggang akibat penekanan beban pada tubuh terutama tubuh bagian belakang. Hasil sebuah penelitian di Swedia menyatakan bahwa 4,5 juta orang pekerja kehilangan hari kerja sebesar 10 hari per tahun karena sakit, 60% dari sakit yang di derita adalah karena nyeri pinggang (low back pain) dan 75% dari penderita nyeri pinggang tersebut antara 30-59 tahun yang merupakan usia produktif (Rachmawati, 2006). Ergonomi merupakan bidang studi multidisiplin yang mempelajari prinsipprinsip dalam mendesain peralatan, mesin, proses, dan tempat kerja yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang menggunakannya. Ergonomi dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan, baik dalam hal mempernyaman penggunaan, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian akan menambah nilai-nilai kemanusiaan yang diinginkan, seperti meningkatkan keselamatan kerja, mengurangi kelelahan/stres akibat pekerjaan, mengurnagi cuti sakit akibat penyakit muskuloskeletal akibat kerja, meningkatkan kepuasan kerja, dan memperbaiki kualitas hidup (Harrianto, 2013). Ruang lingkup ergonomi menurut ILO tidak terbatas pada aspek fisik dan fisiologik, yang mencakup antropometri, kerja otot, postur kerja,biomekanik, kelelahan umum dan pemulihan kelelahan; namun telah berkembang meluas pada aspek psikologik yang mencakupbeban kerja mental, kewaspadaan dan kelelahan mental; aspek organisasi yang mencakup pengorganisasian pekerja, jam kerja

3 produktif, pola istirahat dan perubahan pola tidur; bahkan lebih luas lagi yaitu aspek desain sistem kerja dimana terjadi interaksi manusia dengan mesin yang mencakup workstation, alat, sistem pengendali, indikator dan panel, proses dan desain informasi. Aspek ergonomis yang bersifat fisik dan fisiologis, dimana objek empirisnyaberupa faktor resiko postur janggal, beban, frekuensi dan durasi, menggunakan metode (epistemologi) menejemen resiko,untuk mencegah terjadinya (aksiologi) gangguan trauma kumulatif pada tulang dan otot rangka (cumulatif trauma disorders/ctds atau dikenal dengan nama musculosceletal disorders/msds atau repetitif trauma disorders/rtds (Kurniawidjaja, 2012). Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima bebean statis seara berulang dan dalam waktu yang lama, aka dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasa diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal (Tarwaka, 2004). Di Indonesia, saat ini perkembangan industri berlangsung sangat pesat, baik industri sektor usaha formal maupun sektor usaha informal. Di Indonesia, sektor usaha informal diperkirakan mampu menyerap sekitar 90% atau sekitar 70 jiwa pada tahun 2013/2014. Kelompok usaha informal ini tersebar di desa dan kota. Di desa, jumlah pekerja sektor usaha informal adalah sekitar 77,3% dari jumlah penduduk dan sebagian besar didominasi oleh pekerja perempuan. Di kota,

4 pekerja sektor usaha informal adalah sekitar 45,3% dari jumlah penduduk dan sebagian besar didominasi oleh perempuan. Semua industri sektor usaha formal dan informal diharapkan dapat menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja dala menjalankan tugas agar para pekerja merasa aman dalam bekerja. Salah satu penyakit akibat kerja yang dapat muncul sewaktu-waktu adalah musculoskeletal disorders (MSDs). Menurut laporan Depkes RI yang dikutip oleh Nur Ulfah (2014), studi yang dilakukan pada 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia meyebutkan bahwa umumnya penyakit yang dijumpai di lapangan pekerjaan adalah MSDs yaitu sebesar 16%. Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang banyak dialami oeh pekerja adalah otot bagian pinggang (low baack pain = LBP). Laporan dari the Burea of Labour Statistics (LBS) Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat yang dipublikasikan pada tahun 1982 menunjukkan bahwa hampir 20% dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya kompensasi yang dikeluarkan sehubungan dengna adanya keluhan/sakit pinggang. Besarnya biaya kompensasi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan secara pasti belum diketahui. Namun demikian, hasil estimasi yang dipublikasikan oleh NIOSH menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan otot skeletal sudah mencapai 13 milyar US dolar setiap tahun. Biaya tersebut merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan biaya kompensasi untuk keluhan/sakit akibat

5 kerja lainnya. Sementara itu National Safety Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit puggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus (Tarwaka, 2004). Penelitian di Amerika Serikat pada pekerja bongkar muat menggunakan Nordic Body Map pada akhir jam kerja didapat ternyata sebagian besar operator mengalami gangguan sistem muskuloskeletal. Kenyerian atau keluhan pada otot skeletal yang dominan adalah pada bagian punggung dan pinggang (91,67%), bahu kiri dan kanan, lutut kiri dan kanan (88,33%), lengan atas kiri, betis kanan dan jari kaki kiri (66,7%), sedangkan anggota tubuh lainnya kurang dari 50%. Pada penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa hampir seluruh tenaga kerja yang bekerja dengan sikap kerja yang tidak alamiah dan dalam waktu yang lam juga mengalami gangguan sistem muskuloskeletal dan kelelahan otot setelah kerja bergilir. Di sampign itu juga dilaporkan bahwa 25% kecelakaan disebabkan karena angkat-angkut, 50-60% cedera pinggang disebabkan karen aktifitas mengangkat dan menurunkan material (Tarwaka, 2004). Walaupun data penyakit akibat kerja yang komprehensif belum ada, namun ada beberapa penelitian yang pernah di laporkan yaitu penelitian atau survei Departemen Kesehatan dan penelitian individu. Hasil studi Departemen Kesehatan RI pada tahun 2004 di 8 provinsi pada pekerja informal didapat 75,8% perajin batu bata mengalami gangguan otot rangka, 41% perajin kulit dan petani kelapa sawit mengalami gangguan mata, 23,2% perajin batu onix mengalami gangguan dermatitis kontak alergika. Begitu pula hasil studi 2005 tentang Profil Masalah Kesehatan Pekerja di Indonesia didapatkan 40,5% perkerja mempunyai

6 keluhan gangguan kesehatan yang diduga terkait dengan pekerjaan, yaitu penyakit otot rangka (16%), kardiovaskular (8%), gangguan saraf (6%), penyakit respirasi (3%), gangguan THT (1,5%), gangguan kulit (1,3%). Pada tahun 2006, hasil kajian tentang pembiayaan Jaminan Kesehatan bagi pekerja sektor informal yang terorganisir, didapat keluhan terbanyak dalam satu bulan terakhir yaitu pegalpegal (67%), pilek (45%) dan batuk (42%) (Kurniawidjaja, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ulfah dan kawan-kawan (2014)pada pekerja laundry yang meliputi bagian penimbangan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan dan pengemasan ditmeukan bahwa sikap kerja yang berhubungan dengan resiko kelainan otot rangka adalah pada bagian pencucian (nilai p=0,014, nilai p<0,05). Sedangkan sikap kerja bagian penimbangan (nilai p=0,77), pengeringan (nilai p=0,257), penyetrikaan (nilai p=0,109) dan pengemasan (nilai p=0,370) tidak berhubungan dengan resiko terjadinya MSDs (nilai p>0,05). Woro Riyadi dkk (2006) dalam penelitiannya pada pekerja industri di kawaasan industri Pulo Gadung Jakarta dengan jenis industri garmen, percetakan, kimia, spare part, makanan, baja dan konstruksi. Responden yang diambil adalah pekerja bagian produksi. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pekerja industri yang mengalami keluhan nyeri muskuloskeletal sebanyak 502 orang (52,8%) dan terbanyak pada industri garmen (65,2%), percetakan (63%) dan konstrusi (60%). Bagian tubuh yang sering mengalami nyeri muskuloskeletal adalah kaki (22,7%), pinggang (17,1%) dan bahu (9,5%). Penelitian yang dilakukan pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung tentang faktor-faktor yang

7 berhubungan dengna keluhan musculosceletal disorders (MSDs) ditemukan dari 63 responden 29 (46%) diantaranya mengalami MSDs berat dan sebanyak 34 (54%) respondeng mengalami MSDs ringan. Adapun faktor yang berhubungan dengan terjadinya keluhan MSDs adalah faktor pekerjaan dengan nilai p=0,003. Sementara itu faktor individu (usia, masa kerja, satus merokok dan IMT) dan faktor lingkungan (suhu dan pencahayaan) tidak memiliki hubungan secara statistik (Fuady, 2013). PT LNK kebun tanjung keliling memiliki 4 divisi kebun kelapa sawit. Setiap divisinya memiliki pemanen yang berbeda. Pemanen kelapa sawit di PT LNK kebun tanjung keliling ini mempunyai tugas mendodos kelap sawit yang sudah layak dipanen, mengumpulkan pada satu titik pengumpulan sementara dan membawanya ke tempat pengumpulan akhir untuk di angkut oleh mobil pengangkut. Pemanen kelapa sawit ini memasukkan kelapa sawit yang telah dipanen ke dalam gerobak sorong dan mengangkutnya ke tempat titik pengumpulan yang telah ditetapkan. Pemanen ini bolak balik untuk mengumpulkan hasil panennya ke titik pengumpulan. Kegitan mengangkut dan mengangkat yang berulang ini dapat menimbulkan keluhan musculoskeletal pada anggota gerak tubuh. Dari hasil survei pendahuluan yang di lakukan di PT LNK kebun Tanjung Keliling pada pemanen kelapa sawit, dari 36 orang pemanen kelapa sawit yang bekerja di divisi 1 di lakukan tanya jawab pada 10 orang pekerja mengenai keluhan nyeri otot yang dirasakan selepas bekerja. 9 dari 10 orang tersebut menyatakan merasakan keluhan di beberapa bagian tubuh seperti paha, pinggang,

8 punggung, bahu, leher, lutut, dan siku. Pekerja tersebut menytakan rasa nyeri yang timbul setelah bekerja. Oleh karena itu, untuk mengetahui apa saja penyebab dari terjadinya keluhan otot yang dirasakan oleh pemanen sawit, penulis mengambil judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculosceletal Disorders (MSDs) Pada Pemanen Kelapa Sawit di PT Langkat Nusantara Kepong (LNK) Kebun Tanjung Keliling Tahun 2015. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang tersebut yang menjadi permasalahan yaitu faktorfaktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya MSDs (musculosceletal disorders) pada pemanen kelapa sawit di PT Langkat Nusantara Kepong kebun Tanjung Keliling. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengtahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculosceletal disorders (MSDs) pada pemanen kelapa sawit di PT Langkat Nusantara Kepong (LNK) kebun Tanjung Keliling. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran keluhan MSDs pada pemanen kelapa sawit di PT Langkat Nusantara Kepong kebun Tanjung Keliling tahun 2015. 2. Diketahuinya hubungan antara usiadengan keluhan MSDs pada pemanen kelapa sawit di PT Langkat Nusantara Kepong kebun tanjung keliling tahun 2015.

9 3. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada pemanen kelapa sawit di PT Langkat Nusantara Kepong kebun tanjung keliling tahun 2015. 4. Diketahuinya hubungan antara berat beban angkut dengan keluhan MSDs pada pemanen kelapa sawit di PT Langkat Nusantara Kepong kebun tanjung keliling tahun 2015. 5. Diketahuinya hubungan antara frekuensi angkut dengan keluhan MSDs pada pemanen kelapa sawit di PT Langkat Nusantara Kepong kebun tanjung keliling tahun 2015. 6. Diketahuinya hubungan antara jarak angkut dengan keluhan MSDs pada pemanen kelapa sawit di PT Langkat Nusantara Kepong kebun tanjung keliling tahun 2015. 1.4 Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara faktor usia dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs). 2. Ada hubungan antara faktor masa kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs). 3. Ada hubungan antara faktor berat beban angkut dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs). 4. Ada hubungan antara faktor frekuensi angkut dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs). 5. Ada hubungan antara faktor jarak angkut dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).

10 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti 1. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan meneliti terkait ergonomi. 2. Dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan terkait resiko ergonomi yang telah didapat di tempat kerja yang sesungguhnya. 3. Meningkatkan kemampuan menulis khususnya dalam proses identifikasi bahaya ergonomi di lingkungan kerja. 1.5.2 Bagi Pekerja 1. Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai bahaya di tempat kerja khususnya mengenai keluhan MSDs sehingga pekerja dapat melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan terhindar dari penyakit akibat kerja. 2. Mengetahui bahaya yang akan terjadi ketika mereka bekerja s=dengan posisi janggal. 3. Memberi masukan dan motivasi kepada pekerjaan ke arah yang lebih baik. 1.5.3 Bagi Perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan MSDs pada pemanen kelapa sawit di PT Langkat Nusantara Kepong sehingga dapat mengurangi biaya pengeluaran perusahaan.