TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA Oriented Strand Board

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMILAHAN KAYU AFRIKA DAN AKASIA DENGAN MENGGUNAKAN MPK PANTER OLEH: EVALINA HERAWATI, S.Hut, M.Si NIP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nuryawan et al. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1(2): (2008)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ORIENTED STRAND BOARD

I. PENDAHULUAN. kayu juga merupakan komoditi ekspor, penghasil devisa, maka kualitas kayu

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. Papan unting merupakan panel kayu yang tersusun atas strand/unting

BESARNYA HARGA LIMIT LELANG

PENGARUH PERLAKUAN PENDAHULUAN PADA STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD CAMPURAN TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djapilus dan Suhaendi (1978) dalam Utomo (2008) E. urophylla

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber (CLT) 1) Definisi 2) Manfaat dan Keunggulan

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

PENGARUH KADAR PEREKAT MDI DAN KOMBINASI STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD CAMPURAN TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH DONY HABSORO

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JENIS PAPAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan akan banyak terjadi peristiwa yang bisa dialami oleh pohon yang

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Adanya indikasi penurunan kayu bulat tersebut ternyata telah disadari oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

Oleh: Merryana Kiding Allo

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

Uji Efektifitas Teknik Pengolahan Batang Kayu Sawit untuk Produksi Papan Panil Komposit

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Provinsi

PENGARUH KOMPOSISI RESIN TERHADAP KEKUATAN MEKANIK PAPAN PARTIKEL YANG DIPERKUAT SERBUK KAYU AKASIA. Abstrak

KAJIAN TEKNIS OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK BAHAN BANGUNAN DAN MEBEL

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH PEMANENAN KAYU Physical and Mechanical Properties of Particleboard Made of Logging Residue

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD)

BAB I PENDAHULUAN. Kayu merupakan salah satu sumber alam yang bersifat dapat diperbarui.

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BOGOR, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Karakterisasi Morfologi Tanah di Lapang

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

BABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 47/Menhut-II/2008 TENTANG PENETAPAN HARGA LIMIT LELANG HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU

TINJAUAN PUSTAKA. Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh.

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Oriented Strand Board (OSB) Awalnya produk OSB merupakan pengembangan dari papan wafer (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika pada tahun 1954. Limbah-limbah kayu yang digunakan untuk membuat OSB merupakan weed species, yaitu jenis-jenis yang tertinggal di areal hutan bekas tebangan setelah penebangan kayu jenis douglas-firs, true-firs, spruces dan pines di Barat Laut USA (Bowyer et al, 2003). Dalam Nuryawan & Massijaya (2006) diterangkan bahwa industri OSB sebenarnya dapat memanfaatkan log berdiameter kecil dan berbentuk tidak beraturan (bengkok dan sebagainya) untuk digunakan sebagai bahan baku. Meskipun demikian, log dengan bentuk lurus dan memiliki diameter sekitar 14 inchi (35 cm) lebih disukai dengan alasan kemudahan dalam proses pengulitan (debarking) yang biasanya menggunakan alat ring type debarker. Di Indonesia OSB baru diteliti pertama kali pada akhir tahun 1996 di Bogor. Kemudian antara tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 yang masuk dalam periodisasi penelitian dan pengembangan (Research and Development) OSB, penelitian-penelitian yang dilakukan di Indonesia menyangkut OSB masih sangatlah minim (Nuryawan & Massijaya, 2006). Bahan Baku Kayu Secara umum semua jenis bahan yang mengandung lignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan papan OSB. Namun demikian kayu,

terutama yang memiliki berat jenis (BJ) 0.35-0.65 lebih disukai dan disarankan untuk digunakan (Tambunan, 2000). Prospek pengembangan OSB diperkirakan cukup baik mengingat ketersediaan kayu gergajian dan kayu lapis dipasaran yang semakin langka sebagai akibat dari industri perkayuan, terutama di Indonesia kekurangan bahan baku yang sebagian besar dipasok dari hutan alam. Sementara di sisi lain perkembangan HTI dengan tanaman fast growing species justru meningkat semakin pesat. Hal ini berdasarkan laporan Departemen Kehutanan (2006) tentang peningkatan produksi kayu bulat hampir 100% pada tahun 2005 dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 24 juta m 3, dimana peningkatan produksi ini didominasi dari kayu bulat yang berasal dari HTI yang mencapai separuhnya atau sebesar 12 juta m 3. Didukung dengan ketersediaan kayu dari HTI yang diperkirakan masih akan terus meningkat, maka sudah saatnya produk OSB diteliti dan dikembangkan lebih lanjut di Indonesia. Pada penelitian ini digunakan tiga jenis kayu cepat tumbuh (fast growing species) berdiameter kecil, yaitu kayu jenis Akasia (Acacia mangium Willd.), Ekaliptus (Eucalyptus sp.), dan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.). Pemilihan ketiga jenis kayu tersebut dengan harapan dapat mewakili kayu-kayu dari HTI di Indonesia, dimana Akasia (Acacia mangium Willd.) mewakili jenis kayu yang sudah dikomersilkan di hutan tanaman industri, Ekaliptus (Eucalyptus sp.) mewakili jenis kayu yang dibudidayakan oleh Perum Perhutani dan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) mewakili kayu yang banyak dibudidayakan di hutan rakyat (Nuryawan, 2007).

Berikut ini adalah gambaran singkat tentang karekteristik ketiga jenis kayu yang digunakan tersebut: Akasia (Acacia mangium Willd.) Ciri umum kayu ini terasnya berwarna coklat pucat sampai coklat tua, kadang-kadang coklat zaitun sampai coklat kelabu. Batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Corak polos atau berjalur-jalur dengan warna gelap dan terang bergantian pada bidang radial. Tekstur halus sampai agak kasar dan merata, dengan arah serat biasanya lurus kadang-kadang berpadu. Kekerasannya agak keras sampai keras dengan berat jenis (BJ) rata-rata 0,61 (0,43-0,66). Kelas awet III dan kelas kuat (II-III) (Mandang & Pandit, 2002) Ekaliptus (Eucalyptus sp.) Ciri umum kayu ini terasnya berwarna merah muda atau coklat merah, gubal merah muda pucat. Corak polos, tekstur agak kasar sampai kasar dengan arah serat berpadu sampai sangat bepadu, adakalanya bergelombang. Kekerasannya agak keras sampai keras dengan berat jenis (BJ) rata-rata 0,57 (0,39-0,81). Kelas awet IV (V-II) dan kelas kuat (II-IV) (Mandang & Pandit, 2002) Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) Ciri umum kayu ini terasnya berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, gubal putih kadang-kadang kehijauan. Tidak tegas batas antara teras dan gubal. Corak polos, tekstur agak kasar sampai kasar dengan arah serat lurus sampai berpadu. Kekerasannya agak lunak dengan berat jenis (BJ) rata-rata terendah 0,42

dan tertinggi 0,61 dari lima jenis. Kelas awet IV-V dan kelas kuat III (II-IV) (Mandang & Pandit, 2002) Proses Pembuatan OSB Proses pembuatan OSB pada dasarnya hampir sama dengan tahapan pada produksi papan partikel, hanya saja ada pengorentasian arah strand saat pembentukan lembaran dan pelapisan bahan anti air pada sisi-sisi tebalnya. Lowood (1997) dan Youngquist (1999) menerangkan secara garis besar proses pembuatan OSB adalah sebagai berikut: 1. Pengupasan kulit kayu (debarker) dan Pembuatan strands 2. Pengeringan 3. Blending 4. Pembentukan lembaran 5. Pengempaan panas 6. Finishing, pengepakan, dan pengangkutan Kualitas dan Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Produksi OSB Bowyer et al. (2003) menyatakan ada lima hal primer yang perlu diperhatikan ketika memproduksi panel struktural untuk penggunaan yang spesifik, yaitu: 1. Keawetan garis rekat diperlukan untuk menghindari delaminasi. 2. Syarat kekuatan untuk panel struktural 3. Diperlukan kualitas permukaan yang baik 4. Syarat khusus (ketahanan terhadap lapuk ataupun api)

5. Perbedaan harga pasar Stabilitas Dimensi Seperti halnya produk panel kayu lainnya, OSB juga memiliki berbagai kelemahan dalam hal stabilitas dimensi. Walaupun demikian OSB dapat menggantikan kayu lapis karena memiliki kekuatan dan kekakuan yang sama dengan atau lebih baik daripada kayu lapis (Nuryawan & Massijaya, 2006). Selain dalam hal kekuatan dan kekakuan, OSB setara atau lebih baik dari panel struktural lainnya dalam hal, variabilitas ukuran dan ketebalan, serta penampilan dan kemampuan penyerapan cat. Sebagai panel struktural yang memiliki penampilan menarik, OSB memenuhi semua kriteria yang baik digunakan untuk kebutuhan penggunaan akhir yang spesifik di semua tipe bangunan (SBA, 2008). Diantara berbagai jenis panel struktural lainnya, OSB mendapat penilaian baik untuk ketahanan, yang berarti bahwa OSB dirancang untuk mampu bertahan jika keterlambatan konstruksi terjadi. OSB juga tidak memerlukan perawatan khusus, hanya perlu perlakuan yang sama dengan produk kayu lainnya. Sama halnya dengan produk kayu struktural lainnya, kontak langsung yang cukup lama dengan hujan atau air harus dihindarkan sebab OSB seperti semua produk kayu lainnya, akan bereaksi jika terjadi perubahan pada temperatur dan kelembaban tertentu (SBA, 2008). OSB memiliki kecenderungan mengembang pada bagian tebal karena bagian ini lebih porous dibandingkan keseluruhan papan. Sebaliknya pada kayu lapis pengembangan tebalnya terjadi pada keseluruhan bagian papan sebagai akibat pengembangan vinir kayunya (Nuryawan & Massijaya, 2006).

Pengembangan tebal OSB pada umumnya lebih besar dibandingkan kayu lapis karena adanya pelepasan tekanan dari strands penyusunnya. Kayu lapis relatif akan kembali ke keadaan semula saat dikeringkan, sementara OSB saat dikeringkan akan lebih sulit untuk kembali ke keadaan semula karena memiliki compaction ratio lebih tinggi dibandingkan dengan kayu lapis (Nuryawan & Massijaya, 2006).