KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

dokumen-dokumen yang mirip
KETERAMPILAN MEMPRODUKSI TEKS CERITA PENDEK DENGAN BERBANTUAN MEDIA FILM SISWA KELAS XI SMAN 4 PADANG ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat dikatakan berhasil apabila

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BIOGRAFI BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL SISWA KELAS VIII SMPN 1 PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA )/MADRASAH ALIYAH (MA)/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS CERITA FABEL SISWA SMP NEGERI 1 PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

ARTIKEL ILMIAH YOPI SANTRI YENI NPM

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

Oleh Devi Srita Ulina Br Bangun Dr. Syahnan Daulay, M.Pd.

Fitri Aulia Pratiwi Drs. Syamsul Arif, M.Pd

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERPEN SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-6 PADANG JURNAL ILMIAH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PERCUT SEI TUAN TAHUN PEMBELAJARAN 2017/2018. Oleh. Azura. Drs. Syamsul Arif, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 diimplementasikan di sekolah secara bertahap mulai tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

Oleh Ratna Dewi ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. yaitu tujuan kurikulum (Rahmat, 2011:51). Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pembelajaran Membandingkan Teks Cerita Pendek dengan Teks Eksplanasi

Oleh Elisda Betharia Marpaung Atika WAsilah, S.Pd., M.Pd. ABSTRAK

PENGARUH MEDIA TELEVISI SI BOLANG TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 38 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

KEMAMPUAN MENGONSTRUKSI TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan selayaknya. meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

PENGARUH MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

INSTRUMEN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT DI KELAS X SMA NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN/RESENSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KOTAGAJAH. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENIRU MODEL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 PADANG ARTIKEL ILMIAH

kreatif, dan inovatif. Untuk itu, PEMBELAJARAN penulis melakukan sebuah MEMPRODUKSI TEKS pembelajaran memproduksi teks ULASAN DRAMA DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

PENDAHULUAN. Oleh Rexona Purba Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

ABSTRACT. Kata kunci: membaca, membaca apresiatif cerpen, menulis teks cerpen

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PADANG

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

pembelajaran sejak dasar. Sehubungan dengan empat keterampilan berbahasa, sesungguhnya sangat jarang suatu jenis keterampilan berbahasa digunakan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE BRAINSTORMING

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN FISHBOWL

Disusun dan Diajukan oleh : SRI PRATIWI NIM Telah Diverifikasi dan Dinyatakan Memenuhi Syarat untuk Diunggah pada Jurnal Online

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

HUBUNGAN MINAT BACA FIKSI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA MORAL/FABEL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SIJUNJUNG

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

ARTIKEL. Disusun dan Diajukan oleh. Monalisa Frince S. Pembimbing Skripsi, Drs. H. Sigalingging, M.Pd

Oleh Rosmindo Sitorus Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd

ABSTRACT. Kata kunci: korelasi, keterampilan membaca pemahaman teks laporan hasil observasi, dan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi

BAB I PENDAHULUAN. segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 1996:11). Pembelajaran adalah

(Sugiyono,2013hlm.76) Keterangan : E = kelas eksperimen yang dipilih secara acak K = kelas kontrol yang dipilih secara acak

Oleh Evi Susanti Br. Ginting Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd.

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

Kata Kunci: Struktur, Ciri Kebahasaan, Menulis, Teks Prosedur Kompleks.

PENGARUH PEMAHAMAN STRUKTUR DAN CIRI KEBAHASAAN TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA OLEH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN

Oleh Ummi Kalsum Lubis Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan menggunakan one group pretes-posttest design,

BAB 1 PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

H. Ajat Sudrajat & Desye Sagita Naryanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA N 10 SIJUNJUNG

Pertama Diterima: 27 April 2017 Bukti Akhir Diterima: 06 Mei 2017

KETERAMPILAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK TEKS CERPEN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BATANG KAPAS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

RELEVANSI MATERI AJAR TEKS SASTRA PADA BUKU SISWA BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK KELAS XI SMA DENGAN KOMPETENSI KURIKULUM 2013

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNADAKSA

BAB III METODE PENELITIAN

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. satu kegiatan yang sangat sulit. Tidak dapat dipungkiri di negara kita ini masih

PENDAHULUAN Pendidikan pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

Transkripsi:

0

KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Romauli Sinurat (romaulisinurat94@gmail.com) Atika Wasilah, S.Pd., M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan siswa dalam mengonversi teks drama menjadi teks cerpen. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah 36 orang siswa dan data dalam penelitian ini yaitu 36 teks cerpen yang dikonversi dari teks drama oleh siswa kelas X SMK Multi Karya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes essay. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai rata-rata kemampuan siswa kelas X SMK Multi Karya dalam mengonversi teks drama menjadi teks cerpen yaitu 65,1 dan berada pada kategori cukup. Dengan kata lain siswa cukup mampu untuk mengonversi teks drama menjadi teks cerpen dengan baik berdasarkan pada isi, struktur dan ciri kebahasaan. Nilai rata-rata aspek kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan isi 60,71. Nilai rata-rata aspek kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan struktur teks adalah 69,02 dan nilai rata-rata aspek kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan ciri kebahasaan adalah 56,34. Berdasarkan persentase maka diperoleh sebanyak 4 (11,1%) siswa berada pada rentang skor 85-100 termasuk dalam kategori sangat baik, sebanyak 11 (30,6%) siswa berada pada rentang skor 70-84 termasuk dalam kategori baik, sebanyak 9 (25%) siswa berada pada rentang skor 60-69 termasuk dalam kategori cukup, sebanyak 8 (22,2%) siswa berada pada rentang 50-59 termasuk dalam kategori kurang, sebanyak 4 (11,1%) siswa berada pada rentang 0-49 termasuk dalam kategori sangat kurang. Kata kunci: mengonversi, teks drama, cerpen PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting di dalam kehidupan manusia, karena dengan dunia pendidikan manusia dapat 1

meningkatkan cara berpikir yang baik. Perubahan disetiap kurikulum sesungguhnya mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Dimana setiap perubahan yang dilakukan demi menciptakan generasi masa depan yang berkarakter, membangun negara dan mampu bersaing di dunia internasional. Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam kurikulum 2013 tidak hanya menjadikan bahasa Indonesia berada dalam daftar pelajaran di sekolah saja akan tetapi dalam kurikulum 2013 pembelajaran bahasa Indonesia telah dirancang ke dalam pembelajaran berbasis teks. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Tujuan dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Serta mampu berkontribusi dalm kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendikbud No. 68, 69, dan 70 Tahun 2013). Di kota Medan, Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan sudah banyak yang menerapkan Kurikulum 2013, salah satunya adalah SMK Multi Karya merupakan sekolah yang menerapkan pembelajaran pada peserta didik berdasarkan Kurikulum 2013. Kemendikbud (2013c:12) menyatakan bahwa Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang Pendidikan Menengah Atas Kelas XI disusun berdasarkan teks, baik lisan maupun tulisan, dengan menempatkan Bahasa Indonesia sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran. 2

Ada beberapa materi mengenai teks yang perlu dipelajari oleh peserta didik di kelas XI yaitu, teks cerpen, teks pantun, teks cerita ulang, teks eksplanasi, dan teks film/drama. Seperti yang dimuat dalam kurikulum 2013, salah satunya siswa diminta untuk mengonversi teks. Salah satu teks yang dapat dikonversi adalah teks drama. Yang mana dalam KD 4.5 siswa diminta untuk mengonversi teks drama ke dalam bentuk cerpen sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan. Yang secara tersirat dapat dimaknai melalui KI 4 yaitu mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrakterkait dengan pengembangan yang dipelajarinya disekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Teks film/drama juga dimulai dari yang paling sederhana dalam pembelajaran seperti pengertian dan struktur teks film/drama kemudian siswa diminta memahami isi teks film/drama, membandingkan teks film/drama, menyunting teks film/drama, memproduksi teks film/drama, dan di akhir siswa diminta untuk mengonversi teks drama dengan teks lain. Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk belajar secara aktif. Berdasarkan pengamatan peneliti selama PPLT di SMK Multi Karya, guru kurang efektif dalam menggunakan model ataupun metode pembelajaran yang sesuai dengan materi untuk menunjang perkembangan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran guru lebih menguasai kelas daripada siswa sehingga siswa menjadi merasa tidak ada tuntutan terhadap dirinya untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Setelah melakukan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia, dan melihat langsung suasana belajar mengajar di SMK Multi Karya selama masa PPLT maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Hal itu didasarkan karena sekolah tersebut merupakan sekolah kejuruan yang mana siswanya lebih menyukai praktik daripada teori, sehingga 3

peneliti merasa ingin mengetahui bagaimana ketertarikan siswa dalam pembelajaran yang berdasarkan teori, khususnya dalam hal mengonversi sebuah teks drma menjadi teks cerpen. Alasan lainnya adalah karena SMK Multi Karya merupakan sekolah PPLT peneliti, sehingga peneliti sudah mengenal lingkungan dalam sekolah dengan cukup baik. Berdasarkan beberapa masalah yang ada, penulis tertarik untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam mengonversi teks dram menjadi teks cerpen. Adapun judul yang dipilih sesuai permasalahan tersebut yaitu Kemampuan Mengonversi Teks Drama Menjadi Teks Cerpen oleh Siswa Kelas X SMK Multi Karya Tahun Pembelajaran 2016/2017. METODE PENELITIAN Metode penelitian dimaksudkan sebagai cara yang digunakan peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Oleh karena itu, metode penelitian sangat menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian yang dilaksanakan. Sebagaimana yang diungkapkan Arikunto (2013:203) yang menyatakan bahwa, Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang berusaha menggambarkan situasi atau gejala yang terjadi dalam keadaan nyata. Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap variabel, tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek komponen atau variabel berjalan apa adanya. Penemuan makna adalah fokus dari keseluruhan proses yang akan dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Karena penelitian ini dilakukan secara mendalam dan terperinci guna memperoleh deskripsi yang jelas terhadap kemampuan siswa dalam memproduksi teks anekdot. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Multi Karya tahun pembelajaran 2016/2017 yang berjumlah 366 siswa yang terdistribusi ke dalam 11 kelas. Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk mewakili penelitian. Jumlah populasi yang cukup besar secara langsung akan 4

menghasilkan data yang cukup banyak dan sebagai imbasnya akan memantapkan kesimpulan yang akan diambil, namun karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga, maka yang diambil sampel penelitian. Dalam menentukan atau mengambil sampel menggunakan teknik random sampling (Teknik acak kelas). Alasan peneliti menggunakan acak kelas adalah agar dalam pengambilan sampel, proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di sekolah itu tidak terganggu. Peneliti akan meneliti mengenai kemampuan Mengonversi Teks Drama menjadi Teks Cerpen, untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, peneliti menentukan beberapa kriteria dalam menentukan sampel penelitian, dan terpilihlah siswa kelas X1-Teknik Komputer Jaringan-2 (XI TKJ-2) sebagai sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi dokumentasi. Data dalam penelitian ini adalah 36 teks cerpen yang dikonversi oleh siswa kelas XI TKJ-2 SMK Multi Karya Tahun Pembelajaran 2016/2017. Sesuai dengan jumlah sampel, maka sumber data dalam penelitian ini adalah 36 siswa kelas XI TKJ-2 SMK Multi Karya Tahun Pembelajaran 2016/2017. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Kemampuan Mengonversi Isi Teks Drama Menjadi Isi Teks Cerpen Kemampuan mengonversi isi teks drama menjadi isi teks cerpen siswa kelas XI SMK Multi Karya memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Dalam kategori penilaian teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan isi bernilai 35 yang termasuk ke dalam sangat baik, nilai 30termasuk ke dalam kategori baik, 25 termasuk ke dalam kategori cukup, nilai 20 termasuk ke dalam kategori kurang dan nilai 15 termasuk ke dalam kategori sangat kurang. Nilai rata-rata kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan isi adalah 60,71 termasuk ke dalam kategori cukup. 5

Pada aspek ini menunjukkan skor 60,71 dan berada pada tingkat cukup, ini menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan isinya. Hal ini tentu disebabkan oleh pemahaman siswa tentang caramengonversi berdasarkan isi belum cukup baik. Seperti yang diketahui bahwa dalam mengonversi teks cerpen menjadi teks drama, siswa harus mengetahui isiapa saja yang terdapat dalam teks cerpen. b. Kemampuan Mengonversi Struktur Teks Drama Menjadi Struktur Teks Cerpen Kemampuan mengonversi struktur teks drama menjadi struktur teks cerpen siswa kelas XI SMK Multi Karya memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Dalam kategori penilaian teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan struktur bernilai 35 yang termasuk ke dalam kategori sangat baik, nilai 30termasuk ke dalam kategori baik, 25 termasuk ke dalam kategori cukup, nilai 20 termasuk ke dalam kategori kurang, dan nilai 15 termasuk ke dalam kategori sangat kurang. nilai rata-rata kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan strukturnya adalah 69,02 termasuk ke dalam kategori cukup. Ini menunjukkan bahwa siswa cukup mampu mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan strukturnya. Hal ini tentu disebabkan oleh pemahaman siswa tentang cara mengonversi berdasarkan struktur masih belum baik. 6

c. Kemampuan Mengonversi Ciri Kebahasaan Teks Drama Menjadi Ciri Kebahasaan Teks Cerpen Kemampuan mengonversi ciri kebahasaan teks drama menjadi ciri kebahasaan teks cerpen siswa kelas XI SMK Multi Karya memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Dalam kategori penilaian teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan ciri kebahasaan bernilai 35 yang termasuk ke dalam kategori sangat baik, nilai 30 termasuk ke dalam kategori baik, nialai 25 termasuk ke dalam kategori cukup, nilai 20 termasuk kedalam kategori kurang, dan nilai 15 termasuk ke dalam kategori sangat kurang. nilai rata-rata kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan ciri kebahasaan adalah 56,34 termasuk ke dalam kategori kurang.ini menunjukkan bahwa siswa kurang mampu mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan ciri kebahasaannya. Hal ini tentu disebabkan oleh pemahaman siswa tentang cara mengonversi berdasarkan ciri kebahasaanmasih belum baik. Dalam aspek ciri kebahasaan terdapat 6 aspek yaitu aspek penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung, aspek penggunaan keterangan waktu, aspek kata kerja, aspek penyebutan nama tokoh, aspek penggunaan gaya bahasa, dan aspek penggunaan kalimat deskriptif. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan mempelajari kembali materi mengenai ciri kebahasaan dalam teks cerpen sehingga siswa lebih mudah memasukkan unsur ciri kebahasaan pada teks cerpen. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membuat sebuah kelompok diskusi sehingga siswa dapat belajar bersama dan membantu sesama teman. 7

2. Pembahasan a. Kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan isi Kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan isi oleh siswa kelas XI SMK Multi Karya Tahun Pembelajaran 2016/2017 berada dalam kategori cukup dengan nilai ratarata sebesar 60,71. Hal ini dikarenakan hasil kerja yang ditulis siswa dalam mengonversi isi teks cerpen tidak seluruhnya ditulis siswa ke dalam lembar kerja. Ada 6 aspek yang terdapat pada isi teks cerpenyaitu tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat. Rendahnya nilai siswa pada aspek ini disebabkan rendahnya minat siswa dalam membaca teks drama sehingga menyebabkan kesulitan dalam menemukan sudut pandang dan amanat. Rendahnya nilai siswa pada aspek ini disebabkan rendahnya minat siswa dalam membaca teks drama sehingga menyebabkan kesulitan dalam menemukan sudut pandang dan amanat. Hal ini tentu menjadi hambatan bagi siswa dalam mengonversi teks drama menjadi teks cerpen. Hal yang dapat dilakukan adalah siswa sebaiknya berkonsentrasi dalam membaca drama, pahami isi cerita, kemudian resapi isi cerita. Hal ini tentu akan memudahkan siswa dalam mengembangkan drama menjadi teks cerpen dan kemudian siswa dapat dengan mudah pula menentukan bagian sudut pandang dan amanat dalam teks cerpen. b. Kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan struktur Kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan struktur oleh siswa kelas XI SMK Multi Karya tahun pembelajaran 2016/2017 berada pada kategori cukup, dengan nilai ratarata 69,02. Berbeda dengan isi, nilai struktur pada teks cerpen lebih tinggi dibandingkan nilai isi dan ciri kebahasaan. Hasil kerja siswa pada bagian struktur lebih lengkap dibandingkan hasil dari isi. 8

Kemudian struktur teks cerpen ada enam yaitu abstraksi, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Abstraksi adalah merupakan bagian cerita yang menggambarkan keseluruhan isi cerita. Keadaan abstrak dalam cerpen bersifat operasional, mungkin ada dan mungkin bisa tidak muncul. Lebih-lebih kisah dalam cerpen cenderung langsung pada peristiwa-peristiwa penting tidak bertele-tele, langsung terpusat pada konflik utamanya. Struktur yang kedua adalah orientasi. Orientasi adalah pengenalan cerita, baik itu berkenaan dengan penokohan ataupun bibit-bibit masalah yang dialaminya. Struktur cerpen yang ketiga adalah komplikasi. Komplikasi adalah puncak konflik, yakni bagian cerpen yang menceritakan puncak masalah yang dialami tokoh utama. Bagian ini yang paling menegangkan dan rasa penasaran pembaca tentang cara sang tokoh di dalam menyesuaikan masalahnya bisa terjawab. Dalam teks yang siswa tulis, siswa memngonversikan komplikasi yang ada pada teks drama menjadi teks cerpen. Terkihat drai hasil kerja siswa yang menuliskan konflik yang terjadi pada teks drama. Selanjutnya yang merupakan struktur keempat adalah evaluasi. evaluasi merupakan bagian yang menyatakan komentar pengarang atas peristiwa puncak yang telah diceritakannya. Komentar yang dimaksud dapat dinyatakan langsung oleh pengarang atau diwakili oleh tokoh tertentu. Pada tahap ini siswa sangat sulit menemukan evaluasinya. Karena mereka kurang memahami maksud dari komentar pengarang atas peristiwa yang dibuatnya, sehingga siswa tidak menuliskan pada lembar kerja mereka. Selanjutnya yang merupakan struktur keempat adalah resolusi. Resolusi adalah suatu keadaan di mana konflik terpecahkan dan menemukan penyelesaiannya. Pada tahapan ini ditandai dengan upaya pengarang mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh. 9

Kemudian struktur terakhir pada teks cerpen adalah koda. Koda adalah bagian akhir sebuah cerita pendek yang diberikan oleh pengarang yang menyuarakan pesan moral sebagai tanggapan terhadap konflik yang terjadi. Ada juga yang menyebut koda sebagai reorientasi. Koda merupakan nilai-nilai atau pelajaran yang dapat dipetik oleh pembaca dari sebuah teks. Pada bagian ini, hamper seluruh siswa menuliskan koda, karena koda hampir sama dengan amanat yang terdapat pada bagian isi teks diatas. Sehingga siswa dapat menuliskan koda pada teks cerpen. Pada keempat aspek di atas, semua nilai yang diperoleh termasuk kategori cukup, tapi berbeda halnya dengan pertama yaitu abstrak. Abstrak merupakan bagian cerita yang menggambarkan keseluruhan isi cerita. Keberadaan abstrak bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada. Beberapa siswa di dalam teks cerpen yang mereka konversi, cenderung tidak menyertakan abstrak atau gambaran keseluruhan cerita di dalam teks yang mereka tulis. Hal inilah yang menyebabkan abstrak mendapatkan nilai terendah dari kelima struktur yang ada. Hal ini terjadi karena abstrak yang bersifat opsional, bisa ada bisa tidak. Ketika guru mereka mengatakan jika abstrak tidak wajib ada pada sebuah teks cerpen maka siswa beranggapan bahwa teks cerpen yang mereka tulis tidak mengapa jika tidak menyertakan abstrak di dalamnya. Tetapi di dalam instrumen atau soal yang peneliti berikan ketika melakukan penelitian, tertera bahwa struktur yang diminta ada enam, termasuk abstrak. Dan peneliti juga sudah memberikan instruksi sebelum siswa menghasilkan teks anekdot, untuk menyertakan koda di dalamnya. Jadi meskipun bersifat opsional, siswa tetap diminta untuk menuliskan abstrak atau keseluruhan isi cerita yang mereka tulis. c. Kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan ciri kebahasaan Kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen berdasarkan ciri kebahasaan oleh siswa kelas XI SMK Multi Karya Tahun 10

Pembelajaran 2016/2017 berada pada kategori kurang, dengan nilai ratarata 56,34. Pada aspek ciri kebahasaan berada dalam kategori kurang dikarenakan pemahaman siswa dalam memahami ciri kebahasaan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen masih rendah. Pada aspek penilaian berdasarkan ciri kebahasaan, siswa memperoleh nilai rata-rata kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen adalah 56,34 dan termasuk dalam kategori kurang. Aspek ciri kebahasaan memperoleh kategori kurang, berbeda dengan aspek struktur yang memperoleh nilai cukup. Aspek ini pun memiliki rentang nilai yang cukup jauh dibandingkan dengan aspek struktur. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami penggunaan ciri kebahasaan yang terdapat pada teks cerpen sehingga untuk dapat mengonversi sebuah teks drama menjadi teks cerpen yang di dalamnya mencakup keenam ciri kebahasaan tersebut dirasakan sulit oleh siswa. Kaidah kebahasaan dalam teks cerpen ada enam yaitu penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung, menggunakan keterangan waktu, menggunakan kata kerja, penyebutan nama tokoh, menggunakan gaya bahassa, menggunakan kalimat deskriptif. Dalam penjabaran selanjutnya di bawah ini akan dipaparkan mengenai setiap aspek penguasaan pada ciri kebahasaan yang dikuasai siswa berdasarkan dari nilai yang tertinggi sampai yang terendah. Pada aspek ciri kebahasaan berada dalam kategori kurang dikarenakan pemahaman siswa dalam memahami ciri kebahasaan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen masih rendah. Dari wawancara siswa mengungkapkan bahwa ada beberapa aspek-aspek ciri kebahasaan yang belum mereka pahami, sehingga penggunaan ciri kebahasaan dalam teks cerpen siswa pun belum memenuhi kriteria. Dalam aspek ciri kebahasaan teks cerpen terdapat 6 aspek yaitu aspek penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung, aspek penggunaan keterangan waktu, aspek kata kerja, aspek penyebutan nama tokoh, aspek penggunaan gaya bahasa, dan aspek penggunaan kalimat deskriptif. Pada 11

ke 6 aspek ini yang paling rendah adalah penggunaan gaya bahasa dan kalimat deskriptif. Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal mungkin dan kalimat deskripsi sendiri merupakan kalimat yang berisi gambaran-gambaran, atau penjelasan-penjelasan mengenai karakteristik suatu benda baik dalam hal psikis maupun fisiknya. SIMPULAN Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa kemampuan mengonversi teks drama menjadi teks cerpen dapat dikatakan cukup, karena nilai rata-rata berada pada kategori cukup. Hal ini disebabkan karena kemampuan siswa yang belum mampu mengonversi teks drama menjadi teks cerpen dengan baik. Meskipun pada aspek kaidah kebahasaan, siswa masih merasa sulit untuk bisa menyertakan sekaligus keenam kaidahnya ke dalam teks yang mereka konversikan. Hal ini bisa di atasi dengan lebih seringnya siswa membaca teks drama dan teks cerpen yang ada, baik di buku sekolah, maupun di media-media lainnya, sehingga bisa dijadikan bahan referensi ataupun acuan bagaimana mengonversi teks drama menjadi teks cerpen dengan memenuhi keenam isi, struktur dan keenam ciri kebahasaannya tersebut. Dan kepada guru bidang studi agar lebih mampu menunjukkan kepada siswa contoh-contoh dari teks cerpen yang lebih bervariasi lagi, dan tentunya memenuhi keenam isi, struktur dan enam ciri kebahasaannya. Selain itu diharapkan agar guru mampu untuk lebih memberikan pemahaman yang dalam mengenai ciri kebahasaan terutama pada aspek gaya bahasa dan aspek penggunaan kalimat deskrptif yang memiliki nilai rendah. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Kosasih, Engkos. 2014. Jenis-jenis Teks. Bandung: Yrama Widya. 12

Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Tarigan. 2005. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 13