BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Hampir 81 persen warga Indonesia beragama Islam. Menurut hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, tercatat sebanyak 207.176.162 penduduk Indonesia memeluk Agama Islam. Provinsi dengan penduduk muslim terbanyak adalah Jawa Barat dengan presentase 41.763.592 jiwa. Jika dilihat dari sejarah panjang pendidikan di Indonesia, pendidikan pesantren menjadi basis dan merupakan pendidikan tertua yang pernah ada di Indonesia dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigeneous (Muttaqin, A.I., 2014). Selama perjalanannya, pesantren mengalami berbagai perubahan dan perkembangan yang signifikan. Pada tahun 1970-an, pesantren mulai mendirikan lembaga pendidikan yang berafiliasi pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dalam bentuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Gejala tersebut terjadi pada tahun 1970-an dan pada saat itu perubahan dan perkembangan terjadi pada sistem pendidikan pondok pesantren yang mengadopsi sistem sekolah atau madrasah. Model pendidikan yang seperti itu kemudian dikenal dengan sebutan pondok pesantren modern. Pesantren pada akhirnya mampu merespon perkembangan mutakhir dunia yang terus mengglobal. Pesantren mampu merespon modernitas dan menjawab tantangan zaman (Haedari, A., 2004). Pesantren tidak lagi hanya sebagai pendidikan non formal, tetapi beberapa pesantren telah menerapkan kurikulum umum dan khusus (mengikuti kurikulum pemerintah) telah dinyatakan sebagai lembaga pendidikan formal dibawah naungan Kementerian Agama. Perwajahan baru pesantren terjadi karena tuntutan dan tantangan zaman, pembangunan, kemajuan ilmu, dan teknologi. Dengan perubahan tersebut, diharapkan pesantren mampu mencetak santri-santri yang unggul dalam dunia praktis, sehingga pesantren menjadi pilihan utama pendidikan bagi masyarakat dan menjadi tuan rumah untuk sistem pendidikan di negeri sendiri. Di negara Indonesia inilah pesantren lahir dan berkembang, semoga tidak menjadi terasing di negeri ibu kandungnya sendiri, tergerus oleh sistem pendidikan umum produk kolonial. (Mar ati, Rela., 2014) Saat ini, pesantren telah menjadi bagian dari lembaga formal yang lulusannya setara dengan lulusan sekolah umum. Bisa dikatakan pesantren tidak hanya sebagai garda utama pendidikan 1
moral bangsa karena nilai-nilai agamanya yang kental, tapi juga penyokong utama sistem pendidikan nasional (Mar ati, Rela., 2014). Tingginya minat masyarakat terhadap pendidikan pondok pesantren membuat jumlah pondok pesantren di Indonesia semakin meningkat. Data Kementerian Agama (Kemenag) tahun 2012 misalnya, menunjukan jumlah pesantren yang tercatat di Kemenag sebanyak 27.230. Jumlah ini jauh meningkat dibanding data 1997 sebanyak 4.196 buah. Minat masyarakat untuk menempuh pendidikan di pesantren semakin menguat. Data saat ini menunjukan setidaknya ada 3.004.807 anak yang tercatat sebagai santri mukim (79,93 %). Sisanya, sebanyak 754.391 untuk santri non mukim (jatimprov.go.id, diakses 13 Juni 2016 Pkl 08.50 WIB). 1.2. Latar Belakang 1.2.1. Jonggol menuju Islamic City Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Banyak diantara wilayah di Indonesia yang membawa semangat peradaban Islam salah satunya yakni Jonggol, Jawa Barat. Terdapat 53 pondok pesantren yang tersebar di Kecamatan Jonggol, Bogor, Jawa Barat (kecamatanjonggol.info, diakses 13 Juni 2016 Pkl 09.17 WIB). Membangun atmosfer kehidupan sesuai dengan ajaran Islam merupakan visi dari Jonggol Islamic City yang kini mengusung citra menuju Kota Serambi Madinah. Semangat ini dibawa oleh Pondok Pesantren Madinatul Quran di Jonggol, Bogor, Jawa Barat. Kawasan Pondok Pesantren ini nantinya akan menjadi pusat pendidikan bersasis Islam. Konsep sekolah modern diterapkan sebagai sistem pendidikan terpadu. Di sekolah ini para siswa akan mendapatkan pengetahuan ilmiah terintegrasi dengan pengetahuan agama. Di sisi lain, para siswa juga akan mempelajari industri agro yang dapat meningkatkan keterampilan mereka untuk menjadi pengusaha (Kusumawanto, Arif, 2013). Kawasan Madinatul Quran dikelola oleh Yayasan Pesantren Wisata Al-Islam. Sebagai kawasan urban baru, kawasan ini memerlukan perencanaan yang matang dan terintegrasi mencakup infrastruktur dan kebutuhan hidup penghuni. Mencakup lahan seluas 100 Ha, kawasan ini telah direncanakan menjadi tiga zona: zona Madinah, zona Sunda, dan zona Mekah. Zona Madinah merepresentasikan atmosfer pendidikan Islam di Madinah, Arab Saudi, zona Sunda merepresentasikan atmosfer tradisi penduduk Indonesia dengan suasana pendidikan tradisional dan alami, dan zona Mekah merepresentasikan sebagai 2
tempat Manasik Haji, area argoindustri, dan rumah sakit Islam (Kusumawanto, Arif, 2013) (lihat gambar 1.1). Gambar 1.1. Zonasi kawasan Madinatul Quran, Jonggol (Masterplan) Sumber: Kusumawanto, Arif, 2013. Proses pengembangan kawasan Madinatul Qur an Jonggol mulai dibangun pada tahun 2013 dengan misi kota wisata santri mandiri yang unggul dengan membangun Kota Islami Modern dilengkapi dengan kompleks pendidikan, muamalah, fasilitas kesehatan, agroindustri, dan konservasi lingkungan serta mandiri pangan dan energi (Handayani, Emy: 2015) (lihat gambar 1.2). Education, Economic, & Health Center Islamic Tourism ''Sunda Kampong'' & Agro Industry Area Islamic City Zero Waste, Environmental Conservation Gambar 1.2. Konsep Desain Kawasan Jonggol Islamic City (Master Plan) Sumber: Kusumawanto, Arif, 2012. Misi tersebut memberikan sebuah harapan atau output kemandirian kawasan pondok pesantren dalam mencukupi kebutuhan ekonomi, sosial, agama dan menjaga kelestarian lingkungan serta mewujudkan sustainable development livelihold. 1.2.2. Rencana Strategis Pengembangan Fasilitas Pendidikan di Madinatul Quran, Jonggol Madinatul Quran, Jonggol merupakan kawasan yang dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren Wisata Al-Islam yang terletak di bagian selatan Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan ini berdiri di atas tanah seluas 100 Hektar yang 3
diwakafkan demi kepentingan pengembangan pendidikan dan wisata bernafaskan Islam. Kawasan Madinatul Quran ini direncanakan akan berkembang menjadi kota santri mandiri. Untuk mewujudkan visi sebagai kota santri mandiri, rencana strategis pengembangan kawasan yang telah diusung antara lain: a. Membangun Kota Islami yang melibatkan penduduk sekitar. b. Membangun Kota Islami modern bernafaskan Madinah, Mekkah, dan budaya Sunda. c. Membangun kompleks pendidikan dan muamalah. d. Membangun kompleks wisata islami. e. Membangun kawasan mandiri pangan dan energi. f. Membangun kawasan konservasi alam. Dalam ranah pendidikan, hingga saat ini terdapat dua Yayasan Pondok Pesantren yang terdapat di kawasan Madinatul Quran, yaitu Pondok Pesantren Madinatul Quran dan Pondok Pesantren Madinatunnajah. Yayasan Pondok Pesantren Madinatul Quran telah mengembangkan sarana pendidikan berbasis boarding school yakni antara lain; TK Tahfidz, SD Tahfidz, SMP Boarding, Madrasah Aliyah, dan SMK Boarding. Dalam perencanaannya, sarana pendidikan berbasis pesantren yang dikelola oleh Madinatul Quran akan terus dikembangkan baik dalam segi kuantitas maupun kualitas mengikuti tuntutan zaman. Perencanaan Komplek Pendidikan (Kota Santri) Madinatul Quran, Jonggol berdasarkan pemegangan yayasan dan pemberi wakaf adalah sebagai berikut (Handayani, Emi, 2015): 1. Komplek Tahfidz Al Quran dan Hadits 10 Ha 2. Komplek STAI dan Dai 10 Ha 3. Komplek SD SMP dan SMA Terpadu 10 Ha 4. Komplek International School Terpadu 10 Ha 5. Komplek University Terpadu 20 Ha 6. Komplek Bahasa 10 Ha 7. Komplek Pelatihan dan seminar 10 Ha 8. Komplek Pendukung 20 Ha Komplek Perumahan Komplek Rumah Sakit Alam Komplek komersial dan perdagangan Komplek penghijauan, perkebunan dan Agro Komplek Usaha 4
Sejalan dengan hal itu, Yayasan Pesantren Madinatul Quran memiliki komitmen untuk mendirikan sebuah sarana pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan taraf pendidikan berskala global atau internasional yang akan menampung murid-murid dari seluruh penjuru Indonesia. Dengan didirikannya sekolah berbasis pendidikan Islam ini diharapkan menjadi alternatif pilihan yang tepat bagi orangtua untuk mengantarkan putra-putri nya memperoleh pendidikan yang baik, unggul baik imtaq maupun iptek, dan mampu bersaing dalam ranah global. Hal ini pula menjadi langkah untuk mewujudkan kawasan Madinatul Quran sebagai pusat pendidikan berbasis Islam di Indonesia yang mampu mencetak generasi penerus bangsa dan menjadi rahmatan lil alamin. SMP dan SMA Boarding School ini akan didirikan di zona Madinah (Madinatul Quran III) dengan karakter arsitektur Islam Madinah, dirancang dengan konsep modern dan sesuai dengan nilai-nilai yang diusung oleh Yayasan Pondok Pesantren Madinatul Quran. Dengan berkembangnya kawasan pendidikan di Madinatul Quran ini diharapkan menjadi stimulan bagi daerah sekitarnya untuk berkembang. Membangun kejayaan Islam melalui pendidikan di era modern, memberikan citra sekolah Islam yang modern, unggul, visioner, dan turut mendukung konsep keberlanjutan kawasan. 5
1.3. Permasalahan 1.3.1. Permasalahan Non-Arsitektural a) Bagaimana pola pendidikan Pondok Pesantren Madinatul Quran? b) Aktivitas apa saja yang diwadahi dalam lingkungan Islamic Boarding School yang mengintegrasikan pendidikan sekolah formal dan pondok pesantren? 1.3.2. Permasalahan Arsitektural 1) Kawasan Madinatul Quran memiliki cita-cita menjadi Kawasan Islam Modern menuju Jonggol Islamic City dengan konsep Serambi Madinah, menunjukkan kekhasan Madinah dalam mengakomodir peran fasilitas pendidikan yang modern. Bagaimana merancang Islamic Boarding School dengan citra Madinah? 2) Bagaimana penerapan strategi arsitektur hijau dalam upaya mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan dan meningkatkan student welfare? 1.4. Tujuan Dan Sasaran 1.4.1. Tujuan Pembahasan a.) Mengembangkan area pendidikan berdasarkan masterplan yang telah disusun dengan perencanaan yang berkelanjutan. b.) Merancang konsep masterplan dan desain Pondok Pesantren Modern yang merefleksikan visi dan citra dari kawasan Madinatul Quran, Jonggol. c.) Merancang konsep lingkungan pendidikan yang rahmatan lil alamin. 1.4.2. Sasaran Pembahasan a) Menghasilkan alternatif konsep perancangan kompleks pendidikan Islamic Boarding School yang mengusung citra kawasan Serambi Madinah. b) Menghasilkan konsep desain lingkungan pada kompleks pendidikan Islamic Boarding School yang modern berorientasi pada desain hijau. 1.5. Lingkup Pembahasan a. Organisasi ruang luar mencakup perencanaan tapak, aksesibilitas, pembagian zonasi, fitur bangunan dan sirkulasi ruang luar, penentuan konsep ruang luar, bentuk gubahan massa bangunan, dan desain lansekap. b. Organisasi ruang dalam mencakup konfigurasi antar ruang, konsep interior, dan sirkulasi. 6
1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Studi Literatur Studi literatur meliputi tinjauan berbagai macam literatur tipologi arsitektur, teoriteori, dan data-data yang terkait dengan pemilihan judul, untuk nantinya dijadikan sebagai acuan analisis dan penulisan. 1.6.2. Studi Kasus Mempelajari dan membandingkan beberapa preseden bangunan Pondok Pesantren Modern di Indonesia untuk melihat dan memahami pola pendidikan, sarana-prasarana, fungsi, dan karakter dalam perancangan bangunannya. 1.6.3. Observasi Lapangan Observasi lapangan meliputi studi lokasi perancangan dengan survei langsung ke lokasi, mencari data-data yang terkait dengan proses perancangan. Lalu mencari segala potensi serta masalah yang ada pada tapak dengan menganalisisnya, sehingga dapat tergambarkan bagaimana kondisi tapak dan eksisting yang akan diolah. 1.6.4. Analisis Memproses segala input data yang masuk dengan mengidentifikasinya, baik data pada observasi lapangan dan studi literatur sebagai materi sintesis penulisan. 1.6.5. Sintesis Membuat suatu hasil segala input data penelitian menjadi suatu bentuk output berupa pendekatan konsep beserta konsep desain perancangan arsitektur sesuai dengan pertimbangan dari observasi hingga studi literatur sebelumnya. 1.7. Sistematika Pembahasan 1.7.1. BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan arsitektural dan non arsitektural, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, metode penelitian, sistematika penulisan, kerangka berpikir, serta keaslian penulisan. 1.7.2. BAB II TINJAUAN TEORITIK Berisi landasan teoritik dan faktual yang berkaitan dengan tema penulisan yakni antara lain tinjauan Pondok Pesantren Madinatul Quran, Pondok Pesantren Modern, analisis studi kasus dan preseden Pondok Pesantren Modern di Indonesia, tinjauan Madinah Al-Munawwarah, dan prinsip Arsitektur Islam. 7
1.7.3. BAB III TINJAUAN TAPAK Bab ini berisi tentang analisis wilayah cakupan penelitian yang berada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Jonggol, dan tepatnya di kawasan Madinatul Quran. Analisis hasil observasi dan survei lokasi Madinatul Quran, meliputi potensi kawasan, identifikasi permasalahan fisik, serta penentuan alternatif tapak yang akan dikembangkan sebagai komplek Pondok Pesantren Modern. 1.7.4. BAB IV ANALISIS POLA AKTIVITAS Bab ini menjelaskan aktivitas pengguna yang dibagi berdasarkan karakteristik kegiatan, kemudian bagaimana hubungan antar pengguna bisa menjelaskan hubungan antar ruang dalam suatu bangunan. 1.7.5. BAB V PENDEKATAN DAN KONSEP PERANCANGAN Berisi pendekatan konsep dan pemaparan tentang konsep perancangan yang diangkat untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan baik arsitektural maupun non arsitektural serta implementasinya dalam desain. 1.8. Keaslian Penulisan Tabel 1.1. Keaslian Penulisan Penulis Judul Tahun Lokasi Fokus Menerapkan pola pendekatan Ridwan Munandar 06/200193/E T/05442 Yunita Arum Dewanti 09/281527/T K/35041 Febrian Adinata 08/265642/T bentuk menuju arsitektur islami yang berlandaskan pada Al- Pesantren Modern Kuningan, 2008 Quran dan Hadist serta di Kuningan Jawa Barat menggabungkan sistem pendidikan Islam dengan sistem pendidikan nasional. Madinatul Pondok Pesantren Integrasi Arsitektur Madinah 2013 Quran, Madinatul Quran dan Arsitektur Tropis Jonggol Sekolah Berasrama Tembilaha Penekanan pada konsep 2012 SMA Islamic n, Indragiri Arsitektur Islam yang diterapkan 8
K/33767 Center di Tembilahan Hilir, Riau SMP dan SMA Aida Rahma Putri Salikha Muhammadiyah 06/193801/T Boarding School di K/31612 Yogyakarta 2010 Yogyakarta Tanna Kusumawati Sekolah Islam 94/96679/TK Terpadu di Kudus 1998 Kudus /19332 Sumber: Analisis pribadi (2016). pada tata ruang dan massa bangunan. Pendekatan konsep Muhammadiyah yang diterapkan pada siteplan dan bentuk fisik bangunan. Keterpaduan antara fungsi ruang berdasarkan pendekatan konsep zikir, pikir, dan amal. 9
1.9. KERANGKA PIKIR Gambar 1.3. Skema kerangka berpikir Sumber: Analisis penulis, 2016. 10