KARAKTERISASI MEMBRAN FILTRASI DARI KHITOSAN DENGAN BERBAGAI JENIS PELARUT ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI MEMBRAN KITOSAN UNTUK MENYARING SKRIPSI OLEH: RENDRA RUSTAM PURNOMO JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PADA PROSES SINTESIS KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG VANNAMEI

3 Metodologi Penelitian

4 Hasil dan Pembahasan

3. Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

jatuh ke gelas ukur. Hal ini yang membuat hasil pengukuran kurang akurat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Gadjah Mada

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MUTU DAN KELARUTAN KITOSAN DARI AMPAS SILASE KEPALA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

4. Hasil dan Pembahasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LAMA PENGUAPAN PELARUT (DIKLOROMETANA) DAN KONSENTRASI UMPAN TERHADAP FILTRASI SARIBUAH APEL PADA MEMBRAN SELULOSA ASETAT MIKROBIAL ABSTRACT

EFEKTIFITAS MEMBRAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG GALAH (Macrobanchium rosenbergii) UNTUK MENURUNKAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH LAUNDRY

4 Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB I PENDAHULUAN. Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA

OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI KHITIN DARI CANGKANG RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN MESIN EKSTRAKSI OTOMATIS

Kelompok B Pembimbing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya (2014), menyatakan bahwa udang vannamei (Litopenaeus vannamei) tertinggi sehingga paling berpotensi menjadi sumber limbah.

III. BAHAN DAN METODE

PENGGUNAAN KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG SEBAGAI INHIBITOR TERHADAP KEASAMAN TUAK SKRIPSI. Oleh: FIKRIATUN NURHIKMAWATI NIM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETAHANAN MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN/ POLISULFON TERHADAP ph. Maria Erna, Sri Haryati, Roy Naldo 1 dan Yeni Fitri Yana 2 1

III. METODE PENELITIAN

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO)

III. BAHAN DAN METODE

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

LAPORAN AKHIR. Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat. Menyelesaikan pendidikan Diploma III. Pada Jurusan Teknik Kimia.

TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pemisahan Emulsi Minyak Dalam Air dengan Membran Berslot Mode Operasi Dead End

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl)

TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

4 Hasil dan pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG SEBAGAI BAHAN PENGAWET TAHU

3 Metodologi Percobaan

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PENGARUH BERBAGAI PARAMETER PADA PROSES PEMINTALAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN SERAT BERONGGA DARI POLISULFON

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK PEMBEKUAN UDANG HEADLESS BLOCK FROZEN MENJADI KITOSAN MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: ARNEL LUNARTO

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

BAB III. Aliran Sirkulasi Permeat. Membran Ultrafiltrasi Selulosa Asetat. Pompa Penampung Permeat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM)

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004,

3 METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

KINERJA MEMBRAN KERAMIK BERBASIS TANAH LIAT, ZEOLIT DAN SERBUK BESI DALAM PENURUNAN KADAR FENOL

Pembuatan Membran Komposit Khitosan-Selulosa dari Limbah Kulit Kepala Udang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

3 Metodologi Penelitian

Pengaruh Variasi Komposisi Pelarut Terhadap Kinerja dan Sifat Fisikokimia Membran Selulosa Asetat ABSTRACT

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia

PENGARUH SUHU PEMANASAN dan KONSENTRASI GAS CO 2 PADA PEMBUATAN KITOSAN KULIT UDANG LARUT AIR

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT (Persea americana) MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI

EKSTRAKSI GELATIN DARI KAKI AYAM BROILER MELALUI BERBAGAI LARUTAN ASAM DAN BASA DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN

I 0.00% E % % % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Judul MEMBRAN KRISTALISATOR UNTUK PENGOLAHAN AIR LAUT. Kelompok B Pembimbing

PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Variasi Konsentrasi Larutan Dan ph Larutan Sodium Dodesil Sulfat Terhadap Proses Pemisahan Pada Membran Selulosa Asetat

Transkripsi:

Karakterisasi Membran Filtrasi dari Khitosan. KARAKTERISASI MEMBRAN FILTRASI DARI KHITOSAN DENGAN BERBAGAI JENIS PELARUT Nastiti Siswi Indrasti, Suprihatin, dan Feny Silvia Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB ABSTRACT Membrane is a semi-permeable thin layer that can be used to separate components by holding and flowing certain component through pores. The performance of membrane is often evaluated by two parameters, namely flux and rejection. The objective of the paper is to present characteristics of chitosan membrane made using various chitosan solvents and chitosan concentrations. Experimental results showed that rendement of chitosan from shrimp shell was 15.3% with mouisture of 5.5% and ash content of.72%. Membrane made using formic acid and chitosan concentration of 7% yielded the highest flux of 285 L/m 2 h for clean water, flux 52 l/m 2 h for albumin solution, 144 L/m 2 h for starch suspension, and 222 l/m 2 h for glucose solution. The highest rejection was achieved by membrane made from acetic acid with chitosan concentration of only 27 percent for albumine solution. Key words: membrane filtration, chitosan PENDAHULUAN Pada saat ini, teknologi pemisahan seperti untuk pengolahan air yang sering digunakan adalah metode tradisional yang mengandalkan penggunaan bahan kimia. Metode ini membutuhkan biaya yang tinggi. Teknologi pemisahan terbaru adalah dengan menggunakan membran. Metode ini dapat menghasilkan air berkualitas tinggi, pengoperasian dan pemeliharaan yang lebih mudah, penggunaan bahan kimia lebih sedikit, dan jumlah lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Membran merupakan lapisan semipermeabel yang mampu melewatkan komponen tertentu dan menahan komponen yang lain berdasarkan ukuran komponen yang akan dipisahkan. Komponen yang memiliki ukuran lebih besar dari pori membran akan tertahan dan komponen dengan ukuran lebih kecil dapat melewati membran. Khitosan merupakan salah satu polimer yang dapat digunakan untuk pembuatan membran baik berpori maupun tidak berpori. Khitosan merupakan produk deasetilasi khitin. Khitin dapat diperoleh dari ekstraksi kulit udang melalui dua tahapan proses yaitu penghilangan protein (deproteinasi) dan penghilangan mineral (demineralisasi). Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan membran dari khitosan. Variabel pada penelitian ini mencakup jenis pelarut dan komposisi khitosan. Pengamatan dilakukan terhadap fluks, tingkat rejeksi, dan resistensi. Bahan dan Alat METODE PENELITIAN Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas limbah kulit udang, air aqua dan bahan kimia untuk analisa dan karakterisasi membran (pati, albumin, glukosa, DNS (Dinitro salisilat). Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, kaca datar, aplikator, freeze drier, pompa. Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan Pada tahap ini dilakukan pembuatan khitosan sebagai bahan baku pembuatan membran. Diagram alir proses pembuatan khitosan dapat dilihat pada Gambar 1. Penelitian Utama Dilakukan pembuatan membran dengan bahan baku khitosan hasil dari penelitian pendahuluan. Diagram alir proses pembuatan membran dari khitosan dapat dilihat pada Gambar 2. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua kali ulangan. Ada dua faktor perlakuan yang digunakan dalam penelitian utama, yaitu jenis pelarut dan konsentrasi khitosan. 92 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 13(3), 92-96

Nastiti Siswi Indrasti, Suprihatin, dan Feny Silvia Model rancangan percobaan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut (Sudjana, 1995) : Y ijk = μ + A i + B j + A i B j + ε ijk Y ijk = Hasil pengamatan untuk perlakuan jenis pelarut ke-i dan perlakuan konsentrasi khitosan ke-j pada ulangan ke-k. μ = Nilai tengah umum / rata-rata yang sesungguhnya A i = Efek perlakuan jenis pelarut ulangan ke-i B j = Efek perlakuan konsentrasi khitosan ulangan ke-j A i B j = Efek interaksi antara ulangan ke-i perlakuan jenis pelarut dan ulangan ke-j perlakuan konsentrasi khiosan = Galat percobaan ε ijk HCl NaOH NaOH Kulit udang Pengeringan Demineralisasi Deproteinasi Deasetilasi Pengeringan KHITOSAN Gambar 1. Digram alir khitosan Pelarut asam organik KHITOSAN Pelarutan Pencetakan Pembekuan Pengeringan beku MEMBRAN KHITOSAN Gambar 2. Diagram alir membran khitosan Faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah: A = Jenis Pelarut A1 = Asam sitrat A2 = Asam Asetat A3 = Asam Formiat B = Konsentrasi Khitosan B1 = 3 % B2 = 5 % B3 = 7 % B4 = 9 % HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Bastaman (1989), menyatakan bahwa kadar air merupakan salah satu syarat mutu khitosan yang diperdagangkan, yaitu lebih kecil dari 1 persen. Dari hasil analisis terlihat bahwa kadar air khitosan dibawah 1 %. (Tabel 1.) Kadar abu menunjukkan banyaknya kandungan mineral yang terdapat pada khitosan (Bastaman, 1989). Kadar abu khitosan hasil analisis adalah,72 % sesuai dengan standar khitosan di bawah dua persen. Viskositas larutan khitosan yang dihasilkan termasuk dalam golongan khitosan viskositas rendah (lebih kecil dari 2 cps). Tabel 1. karakteristik Chitosan Analisis Persentase (%) Kadar air (%bk) 5,51 Kadar abu (%bk),72 Viskositas (cps) 14 Rendemen (%) 62,17 Penelitian Utama Fluks Pada Gambar 3. dapat dilihat hubungan antara fluks air dengan konsentrasi membran khitosan untuk ketiga jenis pelarut yaitu asam sitrat, asam asetat, dan asam formiat. Operasi dilakukan pada tekanan satu atm, selama 1 menit. Membran khitosan yang menggunakan asam formiat sebagai pelarut menghasilkan fluks yang lebih tinggi dibandingkan dengan membran khitosan yang menggunakan asam sitrat dan asam asetat sebagai pelarut khitosan. Fluks air tertinggi dihasilkan oleh membran khitosan jenis pelarut asam formiat dan konsentrasi khitosan 7 % yaitu 285 l/m 2 jam, sedangkan fluks terkecil dihasilkan oleh membran khitosan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 9 % yaitu l/m 2 jam. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 13(3), 92-96 93

Fluks (l/m 2 jam) Fluks (l/m 2 jam) Fluks (l/m 2 jam) Karakterisasi Membran Filtrasi dari Khitosan. 3 2 1 Gambar 3. Hubungan pengaruh konsentrasi khitosan terhadap fluks air Dari Gambar 4. terlihat bahwa fluks larutan albumin tertinggi dihasilkan oleh membran khitosan jenis pelarut asam ormiat dan konsentrasi khitosan 7 % yaitu 252,12 l/m 2 jam, sedangkan fluks larutan albumin terendah dihasilkan oleh membran khitosan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 9 % 92,89 l/m 2 jam. Pada filtrasi albumin, adsorbsi bahan terlarut dan pembentukan endapan berlangsung kontinyu sehingga menyebabkan terjadinya fouling dan penurunan fluks. Disamping itu terjadi denaturasi protein yang mengakibatkan fouling protein. Denaturasi protein menyebabkan terbentuknya lapisan gel yang tebal sebagai akibat dari terdeposisinya proteinprotein pada permukaan membran (Dechow, 1989). konsentrasi khitosan 7 % yaitu 222 l/m 2 jam, sedangkan nilai fluks terendah dihasilkan oleh membran khitosan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 9 % yaitu 12 l/m 2 jam. Menurut Howell dkk (1993), umpan dengan ukuran partikel median yang lebih kecil (partikel tidak memiliki ukuran yang seragam/terdistribusi sehingga diambil nilai tengahnya) pada umumnya memberikan harga fluks yang lebih rendah pada setiap saat dibandingkan ukuran partikel median yang lebih besar karena partikel kecil lebih mudah termampatkan pada permukaan membran dan memberikan tahanan yang lebih besar. 2 15 1 5 Gambar 5. Hubungan pengaruh konsentrasi khitosan terhadap fluks pati 3 25 2 15 1 5 Gambar 4. Hubungan pengaruh konsntrasi khitosan terhadap fluks albumin Dari Gambar 5. terlihat adanya penurunan fluks pada setiap membran, hal ini terjadi karena adanya pembentukan gradien konsentrasi dari komponen tertahan di dekat permukaan membran yang dikenal dengan polarisasi konsentrasi (Howell et al., 1993). Membran yang terkotori umumnya menyebabkan berkurangnya fluks dan efiensi operasi. Fluks tertinggi yaitu 144 l/m 2 jam dihasilkan oleh membran khitosan jenis pelarut asam formiat dan konsentrasi khitosan 7 %, sedangkan fluks terendah dihasilkan oleh membran khitosan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 9 % yaitu 34,83 l/m 2 jam. Dari Gambar 6. diperoleh nilai fluks tertinggi membran khitosan jenis pelarut asam formiat dan Gambar 6. Hubungan pengaruh konsentrasi khitosan terhadap fluks glukosa Rejeksi Gambar 7. menunjukkan bahwa nilai rejeksi terhadap albumin tertinggi dihasilkan oleh membran khitosan dengan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 3 % yaitu 27 %, sedangkan nilai rejeksi terendah dihasilkan oleh membran khitosan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 9 % yaitu 3,46 %. Wenten (1999) menyatakan bahwa rejeksi tinggi dapat terjadi pada proses pemisahan dengan menggunakan larutan campuran makromolekul dimana polarisasi konsentrasi akan sangat berpengaruh pada selektivitas membran dengan berat molekul yang lebih tinggi akan tertahan seluruhnya dan menimbulkan lapisan dinamis seperti membran yang dapat menahan partikel padatan dengan berat molekul lebih rendah. 94 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 13(3), 92-96

Rejeksi (%) Resistensi (m -1 ) Rejeksi (%) Rejeksi (%) Nastiti Siswi Indrasti, Suprihatin, dan Feny Silvia 3% 2% 1% 8% 6% 1% 4% % 2% % Gambar 7. Hubungan pengaruh konsentrasi khitosan terhadap rejeksi albumin Gambar 8. terlihat rejeksi yang dihasilkan tiap membran sangat bervariasi. Perbedaan rejeksi yang mencolok dari tiap membrane dikarenakan konsentrasi umpan pati tinggi (2 ppm) dan penggunaan membran yang berulang sehingga menurunkan permeabilitas membran. Nilai rejeksi umpan pati tertinggi diperoleh oleh membran khitosan jenis pelarut asam sitrat dan konsentrasi khitosan 9 % yaitu 26,21 %, sedangkan nilai rejeksi terendah diperoleh oleh membran khitosan jenis pelarut asam pelarut asam sitrat dan konsentrasi khitosan 5 % yaitu 2,41 %. 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Gambar 8. Hubungan pengaruh konsentrasi khitosan terhadap rejeksi pati Rejeksi terhadap glukosa membran khitosan sangat rendah hal ini dikarenakan glukosa memiliki bobot molekul yang lebih kecil dibandingkan dengan albumin dan pati yaitu yaitu 198,17 gr/mol. Howell et al. (1993) menyatakan bahwa rendahnya rejeksi suatu membran karena adanya akumulasi padatan pada permukaan membran maka rejeksi teramati akan lebih rendah dibandingkan dengan rejeksi nyata atau intrinsik, hal ini biasanya terjadi pada pemisahan partikel dengan berat molekul rendah. Nilai rejeksi terhadap glukosa tertinggi diperoleh oleh membran khitosan jenis pelarut asam formiat dan konsentrasi khitosan 7 % yaitu 9,44 %, sedangkan nilai rejeksi terendah diperoleh oleh membran khitosan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 9 % yaitu 1,51 %. Gambar 9. Hubungan pengaruh konsentrasi khitosan terhadap rejeksi glukosa Resistensi Pada Gambar 1. terlihat bahwa resistensi tiap membran khitosan sangat rendah. Menurut Wenten (1999), penyebab tingginya nilai tersebut adalah fluks permeat yang tinggi, konsentrasi umpan yang tinggi, dan koefisien perpindahan massa yang tinggi. Nilai resistensi umpan albumin tertinggi diperoleh oleh membran khitosan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 7 % yaitu 9,58E+7 m -1 sedangkan nilai resistensi terendah diperoleh oleh membran khitosan jenis pelarut asam formiat dan konsentrasi khitosan 9 % yaitu 1,24E+7 m -1. 1.E+8 1.E+8 8.E+7 6.E+7 4.E+7 2.E+7.E+ Gambar 1. Hubungan pengaruh konsentrasi khitosan terhadap resistensi albumin Gambar 11. Hubungan pengaruh konsentrasi khitosan terhadap resistensi pati J. Tek. Ind. Pert. Vol. 13(3), 92-96 95

Resistensi (m -1 ) Karakterisasi Membran Filtrasi dari Khitosan. Nilai resistensi umpan pati tertingg1i diperoleh oleh membran khitosan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 9 % yaitu 6,91E+8 m -1 sedangkan nilai resistensi terendah diperoleh oleh membran khitosan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 7 % yaitu 5,15E+7 m -1 1.E+8 5.E+7.E+ Gambar 11. Hubungan pengaruh konsentrasi khitosan terhadap resistensi glukosa Pada Gambar 12. nilai resistensi larutan umpan glukosa tertinggi diperoleh oleh membran khitosan jenis A2B2 9,21E+7 m -1 sedangkan nilai resistensi terendah yaitu oleh membran khitosan jenis pelarut asam sitrat dan konsentrasi khitosan 5 % yaitu 2,99E+7 m -1. Pada Gambar 15. terlihat bahwa resistensi yang dihasilkan tiap membran khitosan tinggi hal ini dikarenakan terakumulasinya material pada dan di dalam membran sehingga akan meningkatkan tahanan membran (Wenten, 1999). Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Khitosan yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki karakterisasi sebagai berikut : kadar air (5,51 %), kadar abu (,72 %), viskositas (14 cps) dan rendemen (15,3 %). Membran yang dihasilkan pada penelitian ini adalah membran asimetrik yaitu membran yang menggunakan pendukung bagi lapisan aktif tipis di atasnya. Pembuatan membran khitosan dilakukan dengan mengkombinasikan jenis pelarut khitosan dan konsentrasi khitosan. Membran yang menghasilkan fluks tertinggi adalah membran dengan jenis pelarut asam formiat dan konsentrasi khitosan 7 %. Pada penelitian ini diperoleh nilai fluks tertinggi sebagai berikut : 285 l/ m 2 jam untuk air bersih, 52 l/ m 2 jam untuk larutan albumin, 144 l/ m 2 jam untuk larutan pati dan 222 l/ m 2 jam untuk larutan glukosa Nilai rejeksi membran khitosan bervariasi, rejeksi tertinggi diperoleh membran dengan jenis pelarut asam asetat dan konsentrasi khitosan 3 % yaitu 27,4% sedangkan rejeksi terendah diperoleh membran dengan jenis pelarut asam sitrat dan konsentrasi khitosan 5 % yaitu 2,41%. Nilai resistensi membran khitosan tertinggi diperoleh membran dengan jenis pelarut asam asetat dengan konsentrasi khitosan 9 % yaitu 6,91E+8 m -1 sedangkan resistensi terendah diperoleh membran dengan jenis pelarut asam formiat dengan konsentrasi khitosan 9 % yaitu 1,24E+7 m -1. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yg dapat meningkatkan dan mempertahankan fluks dan rejeksi membran yang tinggi. Idealnya suatu membran memiliki nilai fluks dan rejeksi yang tinggi. Membran yang dihasilkan pada penelitian utama memiliki nilai fluks tinggi tetapi tingkat rejeksi yang fluktuatif, hal ini dikarenakan pencucian membran dan pembersihan alat filtrasi yang kurang efektif dan efisien. membran pada penelitian ini hanya menggunakan air dan dalam kurun waktu seminggu sekali sedangkan pembersihan alat filtrasi dilakukan dengan back washing. Ternyata perlakuan tersebut kurang efektif karena pencucian dengan air saja tidak dapat membersihkan membran secara memuaskan, khususnya terhadap foulant biologis. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang komponen-komponen apa saja dari umpan yang menyebabkan fouling untuk mengembangkan strategi pencucian yang efektif dan apakah bahan pencuci yang digunakan dapat melarutkan atau justru menyebarkan foulant (pengotor membran). DAFTAR PUSTAKA Bastaman, S. 1989. Studies On Degradation And Extraction Of Chitin And Chitosan From Prawn Shell (Nephropsnorregicus). Thesis. The Department Of Mechanical, Manufacturing, Aeronautical And Chemical Engineering. The Queen s University, Belfast. 143 p. Brine, C. J., P. A. Sandford dan J. P. Zikakis. 1992. Advances In Chitin And Chitosan. Elsevier Applied Science, London. Dechow, F. J. 1989. Separation And Purification Techniques In Biotechnology. Noyes Pub., New Jersey. Wenten, I G. 1999. Teknologi Membran Industrial. Teknik Kimia. ITB. Bandung. 96 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 13(3), 92-96