PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB II KAJIAN TEORI...

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

Bab I Pendahuluan I - 1

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

BAB III DESKRIPSI PROYEK

REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

PASAR GUNUNGPATI DI SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.

KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN MENJADI KOMERSIAL DI KAWASAL KEMANG JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

PENATAAN RUANG PEDESTRIAN PADA FUNGSI PERDAGANGAN SUPERBLOK JOHAR SEMARANG

PENGARUH STASIUN KERETA API TAWANG TERHADAP AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI STASIUN TAWANG DAN KAWASAN SEKITARNYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. antar aktor dalam proses negosiasi dan resolusi konflik Pasar Kranggan Yogyakarta. Seperti

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

TINJAUAN PUSTAKA. Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

Bab V Simulasi Desain Kawasan Wisata Budaya Johar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perencanaan Park and Ride Mayjend Sungkono Kota Surabaya

BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SLEMAN Tugas Akhir 126 Arsitektur Undip BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

FENOMENA PASAR KREMPYENG MALAM HARI PETERONGAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR TKP 481. Oleh: VERA P.D. BARINGBING L2D

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

PUSAT PERBELANJAAN DENGAN KONSEP MAL DI KOTA KUDUS

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pengembangan sarana pendidikan berupa gedung baru di Universitas Atma

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang.

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. padat. Pemukiman kumuh terjadi disetiap sudut kota. Banyaknya pengamen,

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

KAJIAN PEMBIAYAAN SAMPAH DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN SAMPAH DI PASAR JOHAR KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: Andrik F. C. A.

EVALUASI KESESUAIAN FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG LOKASI DAN FUNGSI PUSAT KOTA PADA KOTA PINGGIRAN METROPOLITAN ( STUDI KASUS : KOTA MRANGGEN) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat membentuk sebuah pusat salah satunya yaitu pasar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : APIT KURNIAWAN L2D 099 404 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2003

ABSTRAKSI There is no doubt that the essential antiquity of a town square can and has been accommodated, in a variety of situations (Oschatz dalam Cohen, 1999: 195). Kawasan Alun-alun Semarang merupakan kawasan bekas pusat pemerintahan tradisional Kota Semarang yang telah berubah menjadi kawasan perdagangan. Alun-alun Semarang memiliki sejarah perkembangan yang panjang, baik perkembangan bentuk fisiknya maupun aktivitas yang dilakukan oleh masyarakatnya. Pengembalian bentuk ruang terbuka di pusat kota merupakan upaya pemerintah kota untuk mengembalikan ruang pusat kota tradisional dengan pola khasnya. Pengembalian ini tidak dapat dilakukan dengan mudah tanpa melihat kenyataan sekarang. Revitalisasi yang dilakukan harus melihat manfaat yang diperoleh. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh revitalisasi Alun-alun Semarang terhadap kawasan. Apakah terjadi perubahan di kawasan ini. Untuk itu dilakukan analisis mengenai perubahan penggunaan lahan, perubahan aktivitas yang terjadi, dan pengaruh revitalisasi. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan sejarah dan pendekatan fenomenologis. Pendekatan sejarah dengan melihat bahwa alun-alun merupakan salah satu bentuk ruang kota yang menjadi bagian dari perkembangan Kota Semarang. Sedangkan pendekatan fenomenologis melihat bahwa alun-alun yang merupakan ruang publik dijadikan bangunan komersial dan sekarang akan dibuka kembali. Analisis dilakukan dengan metode analisis deskriptif mengenai pengaruh revitalisasi. Metode time-series untuk mengetahui mengenai perubahan penggunaan lahan dan aktivitas kawasan secara urutan waktu sebelum dan sesudah revitalisasi. Metode longitudinal (komparatif) digunakan untuk melihat perkembangan alun-alun di tempat lain. Metode tabulasi silang digunakan untuk mengetahui hubungan keterkaitan antar variabel. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan ketentuan setiap individu dalam populasi tanpa kecuali mempunyai kesempatan yang sama sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini meliputi pedagang, pengunjung, dan penduduk yang berjumlah 68 responden. Penelitian ini mendapatkan temuan penelitian bahwa revitalisasi tidak membuat berubahnya aktivitas kawasan, hanya pada tertatanya pasar dan perbaikan jalan. Para pedagang yang terkena proyek ditempatkan di gang antara bangunan pasar yang semula sebagai tempat parkir sepeda motor sedangkan parkir sepeda motor berada di gedung parkir. Ruang terbuka di depan Masjid Kauman dimanfaatkan untuk tempat parkir mobil, sepeda motor, dan sepeda. Rencana revitalisasi yang telah terealisasi adalah terciptanya koridor jalan antara Pasar Johar-Masjid Kauman, namun TPS masih ada dan mengganggu pandangan dengan belum adanya sistem penanganan persampahan yang baru. Dalam kenyataannya, revitalisasi ini belum dapat terlaksana secara keseluruhan. Pengembalian ruang terbuka di depan Masjid Kauman tidak dapat secara maksimal. Diperlukan sosialisasi dalam jangka waktu yang panjang dan dengan pendekatan yang manusiawi untuk keberhasilan yang didukung semua pihak. Pembentukan kelembagaan yang inovatif yang terdiri dari berbagai elemen kota, perbaikan lingkungan fisik visual sebagai kawasan budaya, perbaikan prasarana kawasan, pengembangan sebagai kawasan komersial dan wisata budaya sebagai bagian dari rencana revitalisasi yang menyeluruh yang dapat di pikirkan sebelum dilaksanakan. Perencanaan kota yang dapat mengakomodasi kepentingan seluruh masyarakat dengan melihat kondisi nyata. Kata Kunci: Revitalisasi, Alun-alun iv

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Alun-alun Semarang merupakan kawasan bekas pusat pemerintahan tradisional Kota Semarang yang telah berubah menjadi kawasan perdagangan. Pusat pemerintahan tradisional ini memiliki pola yang sama dengan struktur kota-kota lain di Jawa. Ciri khasnya adalah adanya ruang terbuka di tengah kawasan yang disebut alunalun sebagai pusat orientasi kota. Alun-alun menjadi tempat bertemunya penguasa dengan rakyatnya dan tempat berlangsungnya perayaan kota. Alun-alun dikelilingi oleh bangunan-bangunan penting, yaitu masjid sebagai tempat beribadah, keraton sebagai pusat pemerintahan kota, dan bangunan-bangunan penting lainnya. Di sekitar kawasan ini terdapat pasar dan pemukiman penduduk (Wiryomartono, 1995: 48). Alun-alun Semarang memiliki sejarah perkembangan yang panjang, baik perkembangan bentuk fisiknya maupun aktivitas yang dilakukan oleh masyarakatnya. Hal tersebut sebagai bagian dari sejarah Kota Semarang. Selain itu Alun-alun Semarang menjadi semacam tetenger bagi warga Semarang. Perkembangan kota yang didominasi dengan aktivitas perdagangan membuat kebutuhan akan ruang untuk aktivitas perdagangan semakin meningkat. Kegiatan pedagang yang tidak tertampung di Pasar Johar melakukan aktivitasnya di alun-alun. Kemudian timbul keinginan untuk mendirikan pasar baru untuk menampung para pedagang. Disamping itu terjadi perpindahan pusat pemerintahan Kota Semarang. Kedua hal tadi ditambah kurangnya lahan pasar menjadikan alun-alun (ruang terbuka) sebagai tempat untuk aktivitas perdagangan yang baru. Sedikit demi sedikit alun-alun menyempit dan akhirnya menghilang, berganti dengan pasar dan pertokoan. Adanya kesadaran terhadap pelestarian peninggalan budaya menimbulkan keinginan untuk mengembalikan Alun-alun Semarang. Revitalisasi alun-alun menjadi agenda pemerintah kota untuk dilaksanakan. Revitalisasi merupakan usaha untuk mengembalikan bentuk dan fungsi alun-alun seperti semula dengan segala aktivitasnya.

2 Revitalisasi alun-alun ini dianggap penting sebagai upaya melindungi dan melestarikan kawasan tradisional beserta segenap peninggalan fisik dan sistem kegiatan yang ada di dalamnya. Pelaksanaan revitalisasi memerlukan pengertian para pedagang melalui sosialisasi untuk menghindari konflik kepentingan. Setiap tahap dilaksanakan dengan mendapat persetujuan dan pengertian para pedagang. Para pedagang menggantungkan hidupnya dari kawasan ini. Revitalisasi tahap 1 dan 2 telah dilaksanakan dan menimbulkan permasalahan dengan pedagang. Pemerintah dengan misi revitalisasi ingin mengembalikan ruang terbuka kota di kawasan ini sedangkan pedagang tidak ingin kehilangan mata pencahariannya di kawasan ini. Tidak sesuainya tempat relokasi dagangan dan kecilnya uang ganti rugi untuk relokasi menjadi pemicu konflik. Pemerintah dianggap tidak memikirkan nasib pedagang padahal proyek ini bertujuan untuk menyejahterakan pedagang (Seno dalam Suara Merdeka, 7-10-2002). Pengembalian bentuk ruang terbuka di pusat kota merupakan upaya pemerintah kota untuk mengembalikan wajah pusat kota tradisional dengan pola khasnya. Pengembalian ini tidak dapat dilakukan dengan mudah dan tidak seharusnya dilakukan hanya untuk mengenang romantisme sejarah kejayaan masa lalu tanpa melihat kenyataan sekarang. Revitalisasi yang dilakukan harus melihat manfaat yang diperoleh. Kondisi lapangan yang sebenarnya juga menjadi perhatian utama. Pengembalian bentuk alun-alun dan bangunan yang mengelilingi secara utuh tidak dapat dilakukan mengingat padatnya lahan. Pemerintah hanya dapat mengembalikan ruang terbuka dalam skala kecil. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas lingkungan dan bangunan kawasan tersebut untuk mendukung citra kawasan peninggalan budaya Kota Semarang. Dalam kenyataannya, revitalisasi ini tidak dapat terlaksana sesuai dengan rencana. Pengembalian ruang terbuka di depan Masjid Kauman tidak dapat dilakukan secara maksimal. Bahkan pemanfaatannya berbeda dari yang seharusnya. Ruang terbuka kecil di depan Masjid Kauman difungsikan sebagai tempat parkir kendaraan (lihat Gambar 1.1). Secara umum, kawasan ini masih tetap sebelumnya sebagai kawasan perdagangan dan jasa.

3 GAMBAR 1. 1 ALUN-ALUN SEMARANG HASIL REVITALISASI Gambar diatas merupakan Alun-alun Semarang hasil revitalisasi yang digunakan sebagai tempat parkir dengan latar belakang Masjid Besar Kauman (Sumber: Suara Merdeka, 23 Maret 2002). 1.2 Rumusan Permasalahan Pengalihan fungsi lahan dari bangunan perdagangan ke ruang terbuka harus dipikirkan dampak dan manfaatnya. Lahan ini memang dahulu adalah Alun-alun Semarang yang kemudian berubah menjadi kawasan perdagangan. Di bekas lahan alun-alun telah berdiri bangunan Pasar Johar, pertokoan Yaik Baru, Yaik Permai, dan Shopping Centre Johar serta Hotel Metro. Sehingga pembukaan lahan akan sulit dilakukan karena harus membongkar bangunan-bangunan tersebut dan akan berhadapan dengan para pedagang yang menganggap bahwa revitalisasi ini akan menggusur mata pencaharian mereka. Kawasan Johar sebagai pusat perdagangan di Kota Semarang merupakan aktivitas perekonomian yang menjadi tumpuan masyarakat. Tidak adanya pengendalian dan pengaturan pedagang menjadikan kawasan pasar ini semakin padat. Aktivitas ekonomi bisa jadi akan menurun. Masalah sosial antar pengguna yang sama-sama membutuhkan ruang aktivitas. Sehingga revitalisasi yang dilakukan dapat mengatur kembali kawasan ini menjadi lebih baik. Sosialisasi yang dilakukan oleh pemkot harus terus dilakukan dengan pendekatan yang mudah dipahami mereka dan tidak merugikan siapapun. Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah pengaruh pengalihfungsian lahan terbangun (pasar) menjadi ruang terbuka (alun-alun) untuk pelaksanaan revitalisasi Alun-alun Semarang.