BAB V SIMPULAN DAN SARAN. (denotasi) yang dihadirkan dalam film American Sniper. Selanjutnya, dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk yang berbahasa, berkomunikasi melalui simbol-simbol,

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MITOLOGI KIAMAT DALAM FILM 2012 SKRIPSI. (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting. Disusun oleh : ERY HARDIYANI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


BAB I PENDAHULUAN. dianalisis dengan kajian semiotik.semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah perempuan dan segala permasalahannya,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III. Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hanya untuk hiburan tetapi juga untuk pendidikan dan penerangan. 1. menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

MAKNA KEPAHLAWANAN DALAM FILM AMERICAN SNIPER (Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Film American Sniper) SIDANG SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Kirk dan Miller (1986:9), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB IV PENUTUP. menggunakan analisis semiotik John Fiske tentang representasi asimilasi etnis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. kembali isu yang dianggap penting dalam sebuah media. Unsur-unsur audio visual

( dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Metode Penelitian. Universitas Frankfurt Jerman yang digawangi oleh kalangan neo-marxis Jerman.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sistem diskriminasi dan pemisahan ras (apartheid). Sistem diskriminasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB III METODE PENELITIAN. Ramadhan Halal Yayasan Darul Qur an. yang kemudian menggunakan model semiotik Roland Barthes. Semiotika

BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian untuk Film Hiphopdinigrat dari JHF ini adalah metode penelitian kualitatif.

BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang di tayangkan oleh stasiun tv contohnya seperti film. pada luka-luka yang dialami Yesus dalam proses penyaliban.


BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:


BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pesan, komunikasi dikatakan berhasil. Sebaliknya, bila terjadi perbedaan penafsiran atas makna

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER CINTA DAMAI DALAM FILM DI TIMUR MATAHARI (Analisis Semiotik dalam Perspektif PPKn)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Perspektif semiotika atau semiologi secara umum, dapat menjadi sarana untuk digunakan menyingkap konstruksi Heroisme dalam tahapan pertama (denotasi) yang dihadirkan dalam film American Sniper. Selanjutnya, dengan mengunakan perspektif Barthesian, yakni mithologi, kemudian makna konotasi yang muncul, selanjutnya dapat digunakan untuk membongkar mitos dan menemukan ideologi yang terepresentasi melalui, narasi, subtitle (dialog), imaji visual, serta audio, dalam pelbagai mitos (cara wicara) tentang praktek heroisme tokoh Chris Kyle arahan Clint Easwood. Berdasarkan temuan data dan hasil interpretasi, diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Narasi yang dikonstruksi oleh Clint Eastwood secara umum mampu menggambarkan dengan sangat baik kepahlawanan seorang tokoh Chris Kyle yang memiliki kayakinan kuat, alasan kuat untuk melindungi sesuatu yang semestinya dia lindungi. Chris Kyle adalah seorang yang bertanggung jawab, hasil didikan dalam keluarga dengan background religiusitas kental. Gamabaran ini terlihat secara langsung sebagai alur cerita dan drama dalam film tersebut. Namun berbeda pada pemaknaan lebih lanjut. Tahap kedua makna konotasi, Clint Eastwood dengan tokoh Chris Kyle arahanya adalah suatu bentuk kesadaran palsu dengan anganangan sempit terhadap pemaknaan menjadi manusia terutama menjadi 173

174 hero. Suatu kondisi heroisme yang direkayasa mengunakan wajah-wajah, sakralitas, humanisme, religiusitas, rasionalitas, keselamatan, yang sebenaranya jika diteliti lebih lanjut merupakan suatu profanitas, dehumanisasi, sekularitas, irasionalitas, hingga teroisme dalam wajah antiteroris. Manusia adalah bagaimana dia didik sejak terlahir. Tumbuh, mencontek, mencontoh, mengetahui, memahami, bebas, lalu merdeka. Setiap tahap pada pembentukan karakter manusia sangat penting. Heroisme adalah ketersampaian manusia pada hakikat dirinya, kemerdekaan. Secara sederhana merupakan sifat alamiah dalam diri manusia, teraktual dari potensi kemanusiaan (fitrah), melalui proses pendidikan sejak lahir dan selama hidupnya. Namun kecenderungan proses dan hasil pendidikan merujuk pada 2 kondisi; Pertama kondisi radikal yakni pendalaman kepada eksistensi kemanusiaan untuk memahami makna manusia secara ontologis, hingga hakikat bagaimana seharusnya manusia menjadi. Bergerak menuju pemahaman yang lebih holistik dan ideal. Pemahaman radikal berkonsekuensi logis pada kondisi etis manusiawi, di mana mereka yang teraktual potensinya akan menghargai nilai-nilai kemanusiaan pada diri orang lain. Kondisi ini muncul karena kedalaman yang membuat manusia memiliki rasa rendahdiri pada luasnya lautan pengetahuaan. Manusia akan terus-menerus menggali dan mengembangkan potensi dirinya, karena aktul tidak berarti pasif namun terus aktif. Seorang yang radikal dalam pengetahuan tidak akan berhenti dalam usahanya menemukan kebenaran. Karena

175 kemerdekaannya maka manusia akan memerdekakan, tentu karena manusia merdeka tidak menindas manusia lain. Hal demikan disebut sebagai kondisi Biofilia, dalam kemanusiaannya; suatu sifat dasar manusia mencintai kehidupan dan dunia kehidupan (Altruisitas termasuk dalamnya). Kedua kondisi banal yakni ketidak-sampaiaan pendidikan pada realitas kemanusiaan yang utuh, sehingga pemahaman yang sepenggal-sepenggal lalu diklaim menjadi kebenaran mutlak. Kondisi ini berkonsekuensi pada kondisi tirani tafsir pada suatu nilai kebenaran yang tidak lengkap, hal demikian akan berpengaruh sampai pada gerak di dimensi sosial. Sikap banal dalam pengetahuan menyebabkan kurangnya sifat penghargaan pada nilai kemanusiaan yakni pluralitas dan multi tafsir. Awalnya adalah pengetahuan, lalu dibanalkan, hingga berakhir dengan post-fasisme. Sikap ekstrem ini muncul karena sikap pasif, menjadi fanatik, dan berhenti untuk mencari hakikat kemanusiaan. Dalam rana sosial lebih luas, kondisi ini merupakan akar dari Nekrofilia; suatu sifat ekspansif, reaksioner, otoriter, tiranik, fasis, disebabkan klaim kebenaran sepihak. Kebenaran yang dimutlakkan akan menjadi dasar untuk bersikap resistan terhadap kemungkinan kebenaran lain, pada akhirnya resistansi tersebut akan mewujud tindakan terhadap orang lain (kebenaran lain). Apa yang terlihat dari heroisme Chris Kyle arahan Clint Eastwood adalah heroisme yang banal, sama dengan musuh yang sedang dilawannya. 2. Heroisme dibentuk dalam film American Sniper dengan memanfaatkan simbol-simbol yang diterima secara umum oleh masyarakat sebagi nilai

176 yang menginspirasi kehidupan. Simbol keagamaan seperti injil misalkan, yang tidak luput menginspirasi bahkan masyarakat sekuler modern Amerika digunakan untuk mengambarkan kondisi psikologis tokoh Chris Kyle yang religius. Keluarga di masa kecil dan dewasa Chris Kyle menjadi penggambaran lebih lanjut tentang sumber inspirasi pendidikan Chris Kyle, dan juga sebagai hal penting bagi kehidupan Chris Kyle untuk dilindungi. Selanjutnya pekerjaan Chris Kyle sebagai seorang anggota militer U.S Navy SEALS menjadi penanda nasionalisme dan gamabaran tindakan (heroisme) dari tokoh Chris Kyle dalam film American Sniper. Dan bagian terpenting dari konstruksi heroisme dalam film tersebut adalah penanda yang di sematkan oleh pengarah demi untuk menunjukan pihak lawan dari sang Hero. Secara aktif dan eksplisit mempertentangkan Hero terhadap Islam. Simbol-simbol yang disajikan Clint Eastwood sedemikian rupa menujukan suatu peperangan abadi antara kebenaran pada pihak Chris Kyle sebagai Hero melawan musuh dan seteruhnya dengan ikon, simbol, dan Indeks yang merujuk pada Islam. Lengkaplah syarat umum Chris Kyle menjadi hero, benar, baik, pelindung, dan melawan musuh. Pada kesimpulan sebelumnya telah penulis jelaskan, konstruksi di atas selenjutnya merupakan mitos atau cara wicara untuk melanggengkan ideologi dominan atau kepentingan tertentu. Agama sebagai dasar gerak yang disematkan, kepada pahlawan dan pada musuh adalah suatu penyematan yang tidak fundamen dan substansial dengan realitasnya. Sehingga penyematan tersebut dibanding untuk menjelaskan kondisi

177 realitas, lebih terlihat seperti pemaksaan nilai-nilai untuk menyulut pemusuhan antar umat beragama. Agama yang muncul sebagai teks, tanda, simbol, dalam film American Sniper bukanlah sebuah representasi Agama sebagaimana realitas tertinggi Agama itu sendiri. Namun lebih pada sebuah usaha pemaksaan ideologi global tentang permusuhan antar agama yang coba dirawat demi kepentingan tertentu. B. Saran. 1. Penelitian terhadap film menggunakan analisis semiotika adalah sebuah hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Terkhusus pada semiotika Pierce dan mithologi Barthes, suatu metode untuk mengungkapkan suatu pemaknaan terhadap budaya kontemporer, popular, dan massa, yang mampu didekati pula dengan pendekatan filosofis karena semiotika dan mithologi merupakan suatu bentuk pengembangan prespektif interpretatif hermeneutis. 2. Penelitian ini mencoba menjangkau aspek yang lebih mendalam tentang kondisi kemanusiaan dari film American Sniper, namun peneliti bisa saja malahan meninggalkan prinsip-prinsip semiotik dan beralih pada hermeunetik, sehingga penulis merasa perlu untuk mengakaji lagi lebih dalam dan mengembangkan penelitian ini sehingga poin-poin yang terlewatkan bisa ditutupi. Peneliti juga merasakan keterbatasan penguasaan bahasa dan diksi yang tepat untuk menjelaskan pemahaman peneliti ke dalam bentuk deskripsi tertulis yang baik dan menarik.

178 Ditambah lagi jarak pemahaman antara kode-kode budaya yang ditampilkan dalam film American Sniper dengan penulis. Sehingga dalam penelitian ini peneliti tidak mampu untuk mengurai serta memahami maksud dari tanda-tanda yang digunakan dalam film ini. Semoga kedepannya pembaca dapat mencoba mempertimbangkan hal ini.