BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaraan merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

A UMS - Copy SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi pendidik, sebab disamping memberikan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

BAB I PENDAHULUAN. didik usia enam sampai dengan dua belas tahun, dididik untuk menjadi. selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi. (UUSPN, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan sikap manusia. Proses pendidikan dilakukan oleh siapapun, dimanapun,

BAB I PENDAHULUAN. belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I P E N D A H U L U A N

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan

BAB I. PENDAHULUAN. yang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. termasuk didalamnya perkembangan metode pembelajaran, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan belajar mempunyai komponen pokok yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdidik itu sangat penting. Sebuah efek langsung pendidikan adalah. membentuk pendapat dan mengembangkan sudut pandang.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

BAB I PENDAHULUAN. air. Bahasa Indonesia memang diajarkan sejak anak-anak, tetapi model pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

Menggunakan Teknik Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V di SDN 1 Sindanglaya.

I. PENDAHULUAN. bertukar informasi. Pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 RAMBAH HILIR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan kegiatan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN METODE JIGSAW LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 0701 ROTAN SOGO

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI COOPERATIVE LEARNING JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya di negara kita agar dapat

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung

PENINGKATAN KREATIVITAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION (SGD) PADA SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

Rinendah Sihwinedar 16

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaraan merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Dalam kegiatan pembelajaran ini menunjuk pada kegiatan yang didalamnya terdapat integrasi dan interaksi komponenkomponen pembelajaran yang dapat dikategorikan menjadi tiga hal pokok yaitu guru, materi pelajaran dan siswa. Interaksi antara tiga komponen utama melibatkan sarana dan prasana seperti metode pembelajaran, media pembelajaran, setting kelas sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Belajar memang bukan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi pada anak didik, tapi belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan dari pelajar itu sendiri. Itulah keaktifan yang 1

2 merupakan langkahlangkah belajar yang didesain agar siswa senang mendukung proses itu dan menarik minat untuk terlibat. Mnurut Muhaimin mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan memorinya bekerja secara maksimal dengan bahasanya dan melakukan dengan kreatifitasnya sendiri. 1 Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa, sedangkan guru dituntut dalam memilih dan menerapkan metode mengajar sesuai tujuan yang ingin dicapai. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu menciptakan hasil belajar yang efektif merupakan tugas dan kewajiban guru. Guru seyogyanya mampu menentukan metode pembelajaran yang dipandang dapat membelajarkan siswa secara aktif melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan hasil belajarpun dapat lebih ditingkatkan. Hal terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning proses) pada diri siswa. Menurut Slameto masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan kurangnya hubungan komunikasi antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Bila siswa mendengarkan informasi dari guru, keterlibatan dalam proses mengajar dapat dikatakan tidak ada, kalaupun siswa terlibat maka 1 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 167-168.

3 keterlibatan kurang sekali. 2 Misalnya siswa terlibat hanya sebatas menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal tersebut banyak terjadi di SD Negeri 77 Kasabalo Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan ceramah dan menyuruh siswa untuk menyalin (metode belajar konfensional), sehingga menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pengajaran, sehingga dalam perbaikan proses pengajaran ini peranan guru sangat penting. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian besar guru masih ada yang cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam di dalam kelas SD Negeri 77 Kasabolo yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode yang monoton seperti metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya, sehingga siswa merasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif karena siswa menjadi pasif. Kondisi seperti itu terjadi pula pada kegiatan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 77 Kasabalo Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. Kondisi awal kegiatan belajar h. 55. 2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1995),

4 mengajar di kelas tersebut untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menunjukkan hasil belajar siswa rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM), ini dapat dilihat dari 21 siswa, 11 orang siswa atau 52,38 % siswa kelas VI nilainya kurang dari 65 sebagai batas KKM. Hasil refleksi diri menunjukkan bahwa rendahnya prestasi belajar tersebut diantaranya sikap pasif siswa dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran yang kurang bervariasi dan monoton, dominasi guru masih sangat besar sehingga siswa kurang mandiri yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru untuk lebih mengaktifkan belajar siswa di kelas yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran model ini lebih meningkatkan kerja sama antar siswa. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari siswasiswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling bekerja sama dan bertanggung jawan baik kepada dirinya sendiri maupun pada kelompoknya. Pada siswa kelas VI SD Negeri 77 Kasabalo pemahaman siswanya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam sangat bervariasi. Hal ini mengakibatkan perolehan nilai siswa juga menjadi sangat variatif. Karena pertimbangan tersebut model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dianggap tepat agar siswa bisa saling bekerjasama untuk meningkatkan hasil belajarnya. Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif dimana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri dari tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang disiapkan oleh guru maksimal

5 lima pertanyaan sesuai dengan jumlah tim ahli. Model ini mendorong siswa untuk bekerjasama dalam kelompok. Setiap anggota kelompok memahami dan mendalami sesuatu, kemudian digabung menjadi satu dengan anggota-anggota yang lain untuk memperoleh pemahaman yang utuh. Metode kooperatif model jigsaw adalah suatu strategi dalam pengajaran yang membagi siswa menjadi 4-6 kelompok sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dimana dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dengan Menerapkan Model Pembelajaran Jigsaw pada Siswa Kelas VI SD Negeri 77 Kasabalo Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Batasan masalah Mengacu pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam siswa kelas VI SD Negeri 77 Kasabalo Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana

6 b. Hasil belajar yang dicapai siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam siswa kelas VI SD Negeri 77 Kasabalo Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. 2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut: a. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 77 Kasabalo Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana? b. Bagaimana hasil belajar mata pelajaran pendidikan agama Islam siswa kelas VI SD Negeri 77 Kasabalo Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana? C. Defenisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang keliru, maka peneliti perlu memberikan definisi operasional mengenal hal-hal yang berkait dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah bentuk pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil 5-6 orang secara heterogen dan bekerja sama, saling ketergantungan positif serta bertanggung jawab secara mandiri atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan

7 didiskusikan dalam kelompok ahli kemudian menyampaikannya kepada anggota kelompok asal. b. Hasil belajar siswa adalah skor perolehan siswa setelah dilakukan evaluasi pada akhir pembelajaran. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas VI SD Negeri 77 Kasabalo Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Keilmuan a. Mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. b. Untuk mengetahui salah satu model pembelajaran yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa c. Sebagai dasar kegiatan bagi penelitian berikutnya yang sejenis 2. Manfaat Praktis Manfaat yang dapat dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Bagi guru, dapat memperbaiki proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di kelas. b. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar.

8 c. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. d. Bagi peneliti, sebagai latihan dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam, khususnya masalah yang sedang diteliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1. Hakikat Model-Model Pembelajaran Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Soekamto memberikan batasan tentang model pembelajaran yaitu: Suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. 1 Model mengajar (teaching model) adalah kerangka mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu dalam pengajaran. Model mengajar ini lazimnya dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi belajar. Model pembelajaran dapat diklasifikasikan dalam 4 rumpun yaitu : a. Model pembelajaran informasi dengan cara menunjukkan pada konsep bagaimana individu menangani stimulus dan lingkungan, mengorganisasikan data, mengenai masalah, menyusun konsep, pemecahan masalah dan menggunakan simbol-simbol sehingga dalam proses pembelajaran diarahkan pada berpikir produktif. b. Model individu yang menekankan pada pengembangan pribadi yang mengarahkan pada proses dalam mengkontruksi dan mengorganisasikan realita yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Proses ini berfokus pada upaya membantu siswa dalam mengembangkan hubungan produktif dengan lingkungannya dan membantu siswa dalam melihat dirinya sendiri. c. Model interaksi sosial yang menekankan pada hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain atau terfokus pada proses dimana negosiasi sosial 1 Soekamto, Prinsip Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Ditjend Dikti, 1993), h. 109. 9