BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh kolonial Belanda sejak tahun Mereka membuat

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PERMAINAN GITAR ILLO DJEER DALAM MUSIK KERONCONG TUGU PADA GRUP ORKES KRONTJONG TOEGOE

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Bentuk Pembelajaran Teknik Permainan. Instrumen Keroncong

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Musik keroncong telah menjadi bagian dari budaya musik bangsa

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya anak muda pada jaman sekarang, mereka cenderung lebih

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Sumatera Utara khususnya dikota medan dapat kita lihat dari pentas seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Nama : Aditiyo Nugroho NPM : Jurusan : Sistem Informasi Fakultas : Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PELATIHAN MUSIK KERONCONG PADA KARANG TARUNA MUDA SAPUTRA DESA TAMBIREJO, TOROH, GROBOGAN JAWA TENGAH. TUGAS AKHIR Program Studi S1 Seni Musik.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

ADAPTASI TEKNIK PERMAINAN BIOLA DENGAN GAYA PERMAINAN REBAB JAWA DALAM SEBUAH LANGGAM JAWA NYIDAM SARI KARYA ANDJAR ANI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

BAB I PENDAHULUAN. Musik telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi setiap kalangan, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tanaman Bambu merupakan salah satu media penciptaan karya seni dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1"Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai slogan resmi Kabupaten Ponorogo, yang berarti Resik, Endah, Omber,

BAB 1 PENDAHULUAN. Gitar merupakan alat musik berdawai yang banyak digemari masyarakat pada

PROSES PELATIHAN ANGKLUNG PADA KEGIATAN EKTRAKULIKULER DI SMPN 3 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kondisi geografis Indonesia menyebabkan adanya keanekaragaman,

OLEH : YUDHA FAHLEVI AMRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

2002), Erizal, Instrumen Musik Chordophone Minangkabau (Padangpanjang: Sekolah Tinggi. Seni Indonesia,2000), 21.

PELATIHAN MUSIK KERONCONG PADA KARANG TARUNA MUDA SAPUTRA DESA TAMBIREJO, TOROH, GROBOGAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nanda Ahya Halim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Musik keroncong adalah musik asli yang biasa menjadi salah satu aset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan, pendapat-pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG

PUSAT MUSIK MODERN DI SURAKARTA

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

METODOLOGI A. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1. Tujuan Perancangan 2. Manfaat Perancangan B. Relevansi dan Konsekuensi Studi 1.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Orkes Keroncong Sederhana Cimahi Jawa Barat

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TRADISI MUSIK KERONCONG TUGU SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA MASYARAKAT KAMPUNG TUGU, TUGU UTARA KOJA, JAKARTA UTARA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keroncong adalah salah satu musik khas Indonesia yang merupakan hasil akulturasi dari Indonesia dan Portugis. Kemunculan keroncong berawal dari para keturunan portugis yang menetap di sebuah daerah bernama Kampung Tugu yang diberikan oleh kolonial Belanda sejak tahun 1661. Mereka membuat replika dari gitar cavaquinho. Bunyi yang dihasilkan dari alat musik ini berbunyi crong, crong, sehingga dari sanalah nama keroncong muncul. Keroncong ini sering disebut Keroncong Tugu karena berasal dari Kampung Tugu, Semper Barat, Koja, Jakarta. Di awal kemunculannya, Keroncong Tugu sangat disukai dan cukup populer di kalangan masyarakat kelas menengah ke atas dan mulai menyebar ke berbagai daerah seperti Bandung, Surakarta, dan Yogyakarta. (Ganap, 2006). Dalam perkembangannya, keroncong mulai dimainkan bersama dengan alat musik lain seperti biola, cello, bass, rebana, dan alat musik tradisional lainnya. Keroncong di Indonesia memiliki berbagai jenis, bergantung dari daerahnya masing-masing, karena setiap daerah memiliki berbagai cara untuk memainkan musik keroncong. Keroncong Tugu yang merupakan awal mula keroncong di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut terletak pada alat musik yang digunakan, yaitu alat musiknya yang menyerupai gitar a la 1

2 Hawaii dengan tiga macam ukuran yaitu prounga, macina, dan jitera, yang kemudian disebut gitar cuk (3 dawai) dan cak (4 dawai) di Jawa. Namun seiring perkembangan jaman, Keroncong Tugu tidak sepopuler dulu lagi dan sudah kalah populer oleh jenis musik lainnya seperti Jazz, Rock, dan Pop. Dalam artikel di situs Sinar Harapan News, musik keroncong umumnya dianggap kuno dan ketinggalan jaman oleh generasi muda sekarang, sehingga banyak generasi muda yang segan untuk mempelajari keroncong bahkan untuk mengenal musik ini pun enggan. Menurut Bapak Iwan Gunawan selaku Kepala Bagian Seni & Tradisi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, bahwa musik keroncong sulit untuk bertahan apalagi berkembang di Jawa Barat, tidak seperti di daerah Jawa Tengah disebabkan kurangnya minat generasi muda dan kurangnya usaha dari grup-grup keroncong untuk mempopulerkan atau bahkan membuat generasi muda mau mendengar lagu keroncong. Lebih lanjut dikatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh rasa percaya diri mereka yang kurang sehingga mereka sudah menyerah sebelum berusaha. Kurangnya dukungan oleh pemerintah kota juga mempengaruhi tenggelamnya Keroncong Tugu di dalam masyarakat. Selama ini belum ada acara khusus Keroncong Tugu yang diadakan oleh pemerintah kota. Saat ini memang mulai tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya nasional. Salah satunya mulai tampak adanya upaya untuk mengenalkan dan mempromosikan keroncong sudah dilakukan oleh sekolahsekolah. Beberapa sekolah mengadakan ekstrakurikuler keroncong untuk anakanak yang tertarik. Tidak hanya sekolah, pemerintah Jakarta sendiri juga

3 mempromosikan keroncong melalui acara khusus untuk keroncong yang diberi nama Jakarta Keroncong Festival, namun festival ini tidak mengekspos Keroncong Tugu sebagai salah satu budaya akulturasi Betawi. 1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Dari latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan utama mengenai Keroncong Tugu, yaitu : a. Upaya pemerintah yang belum berhasil mengajak kaum muda masa kini untuk berpartisipasi dalam acara keroncong yang diadakan oleh mereka b. Anggapan kaum muda bahwa musik keroncong membosankan dan kuno c. Kurangnya upaya dari komunitas keroncong untuk lebih terbuka kepada publik/masyarakat Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ruang lingkup permasalahan disusun sebagai berikut: a. Strategi dalam mempromosikan Keroncong Tugu kepada generasi muda di Jakarta dan kota besar di Jawa Barat b. Media-media yang digunakan untuk mempromosikan Keroncong Tugu 1.3 Tujuan Perancangan Tujuan Perancangan dari Kampanye musik keroncong khas Tugu adalah sebagai berikut : a. Mengenalkan kembali musik keroncong khas Tugu beserta keunikannya kepada generasi muda saat ini

4 b. Membangkitkan semangat untuk melestarikan kebudayaan dengan memperdengarkan dan mempopulerkan musik keroncong melalui event pagelaran tahunan 1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Penulis mengambil sumber dan mengumpulkan data mengenai Keroncong Tugu dengan berbagai metode yaitu melalui: a. Studi pustaka: a) Buku b) Internet b. Wawancara langsung ke: a) Ketua Komunitas Ikatan Besar Keluarga Tugu b) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat Bagian Seni dan Tradisi c. Kuesioner / Angket

5 1.5 Skema Perancangan Gambar 1.1 Skema Perancangan Grafis Promosi Keroncong Tugu