BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, perubahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB I PENDAHULUAN. dihadapinya, baik masalah pribadi maupun masalah yang ada di sekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan para tenaga ahli yang handal dalam bidangnya masing-masing.

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

: Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Adam Iqbal Makasuci, 2014

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan dalam Undang-undang (UU) No.12 tahun 2012 Bab I pasal I ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Sektor pendidikan memegang peranan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Pendidikan formal terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan informal dapat berlangsung dalam keluarga, pergaulan sehari-hari dalam pekerjaan, masyarakat dan organisasi. Pendidikan non formal terdiri atas lembaga khusus, lembaga pelatihan atau pusat kegiatan belajar masyarakat (Tjalla, A dan Ernawati. 2010). Keberhasilan hidup manusia pada dasarnya tidak terlepas dari pendidikan yang diperolehnya selama hidup. Pendidikan, baik yang formal maupun yang informal, pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, meningkatkan keterampilan, dan kecerdasan, mempertinggi budi pekerti, serta memperkuat kepribadian. Salah satu jenjang pendidikan formal tersebut adalah pendidikan di perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan tinggi yang merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah dijalur pendidikan sekolah. 1

2 Sedangkan orang yang belajar di perguruan tinggi dikenal sebagai mahasiswa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990). Mahasiswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, merupakan salah satu substansi yang perlu diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah terhadap dinamika ilmu pengetahuan dan melaksanakan tugas mendalami ilmu pengetahuan tersebut (Harahap, 2006). Mahasiswa secara umum merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktifitas dan kreatifitasnya. Sehingga diharapkan mampu menunjukkan kualitas daya yang dimilikinya (Baharuddin dan Makin, 2004). Mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi memiliki beragam alasan, antara lain: mempersiapkan diri untuk karir khusus mencapai kualifikasi profesional yang akan membantu dalam karir yang telah ditempuh; belum jelas apa yang dilakukan tetapi yakin bahwa gelar atau kualifikasi dapat membantu mendapatkan pekerjaan yang baik; betul-betul berminat pada pengetahuan yang bersangkutan; ingin menjadi mahasiswa dan sekaligus memberi waktu untuk memikirkan masa depan; terpaksa karena dituntut oleh lingkungan; menjadi mahasiswa merupakan cara untuk menunda keputusan dalam hidup atau alternatif yang lebih baik daripada menganggur atau pekerjaan yang membosankan (Ganda, 1992). Keberhasilan pendidikan khususnya pendidikan formal dapat dilihat dari pencapaian prestasi yang diperoleh. Sejalan dengan itu, hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah masalah prestasi belajar atau prestasi akademik. Prestasi akademik menurut Bloom (dalam Azwar, 1996) adalah mengungkap

3 keberhasilan seseorang dalam belajar. Suryabrata (2002) menyatakan bahwa prestasi akademik adalah seluruh hasil yang telah dicapai (achievement) yang diperoleh melalui proses belajar akademik (academic achievement). Suripto (dalam Tjalla dan Ernawati, 2010) menyatakan bahwa prestasi akademik merupakan hasil dari proses kegiatan belajar dalam suatu periode tertentu yang termuat dalam laporan nilai yang diperoleh melalui pemberian tugas-tugas maupun tes. Nilai-nilai prestasi belajar yang tercantum dalam laporan tersebut dapat memberikan gambaran terhadap kemampuan yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pengukuran prestasi akademik mahasiswa dalam menguasai perkuliahan dapat dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks prestasi merupakan rumusan terakhir yang diberikan oleh Dosen mengenai kemajuan atau hasil belajar mahasiswa. Individu yang mengalami proses belajar diharapkan akan memperoleh pemahaman ilmu pengetahuan, yang diharapkan dapat membentuk kecakapan, keterampilan, sifat, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri bagi setiap individu tersebut. Secara tidak langsung prestasi yang dicapai dapat menjadi prediksi bagi keberhasilan individu dimasa depan sehingga terbentuklah sumber daya manusia yang berkualitas. Prestasi akademik mahasiswa merupakan cerminan kualitas intelektual yang dimiliki oleh mahasiswa bahkan dipandang sebagai ukuran kualitas pribadi mahasiswa tersebut, juga mencerminkan ketekunan, kemampuan menghadapi tantangan dan kemampuan menyesuaikan diri. Pada kenyataannya para

4 mahasiswa tidak selalu lancar dalam belajarnya. Para mahasiswa seringkali tidak mampu menunjukkan prestasi akademiknya secara optimal. Hasil survei menunjukkan bahwa belum ada lembaga pendidikan di Indonesia yang masuk dalam kategori 200 universitas terbaik dunia versi lembaga pemeringkat ternama The Times Higher Education-QS World University (The-QS World University). Sementara itu, Global Competitiveness Report 2009/2010, yang antara lain menilai tingkat persaingan global suatu negara dari kualitas pendidikan tingginya, menempatkan Indonesia di peringkat ke-54 dari 133 negara (www.kompas.com diakses 26 Desember 2010). Dalam dunia pendidikan tinggi dari 77 universitas yang disurvei di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75. Pada tahun 2000 menurut data UNESCO Indonesia berada pada urutan ke 112. Kualitas pendidikan menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC) Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia (www.zonependidikan.co.cc diakses 26 Desember 2010). Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) merupakan satu dari 165 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia. Universitas Muhammadiyah Surakarta mempunyai 10 Fakultas dan salah satunya adalah Fakultas Psikologi. Prestasi akademik khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi dapat dikategorikan masih belum optimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengolahan data Biro Administrasi Akademik (BAA) Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 21 Desember 2010 menunjukkan bahwa hingga bulan Desember 2010 rata-rata Indeks Prestasi

5 Komulatif (IPK) untuk Fakultas Psikologi angkatan 2006 yakni sebesar 2.92, angkatan 2007 sebesar 2.97, angkatan 2008 sebesar 2.91 dan angkatan 2009 sebesar 2.74. Penggolongan atau pengkategorian dari nilai IPK dari angkatan 2006 sampai 2009 yakni yang memiliki nilai IPK 2,75 sebanyak 268 atau 35,12% mahasiswa, untuk nilai IPK 3,00 sebanyak 169 atau 22,15% mahasiswa, nilai IPK 3,25 sebanyak 180 atau 23,60% mahasiswa, nilai IPK 3,50 sebanyak 100 atau 13,11% mahasiswa dan nilai IPK < 4,00 sebanyak 46 atau 6,03% mahasiswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk mahasiswa Fakultas Psikologi khususnya angkatan 2006 sampai 2009 dapat dikatakan memiliki prestasi akademik yang masih belum optimal. Selama menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, mahasiswa diberikan waktu masa studi. Biasanya masa studi maksimal yang diberikan selama 7 tahun atau 14 semester. Secara normal mahasiswa membutuhkan waktu selama 4 tahun atau 8 semester untuk dapat menyelesaikan studinya. Bagi mahasiswa yang melebihi waktu normal atau yang lebih dikenal dengan istilah mahasiswa tidak tepat waktu, tentunya akan mengalami tekanan yang berlebih selama menuntut ilmu. Terutama lagi jika mereka sudah menghadapi masa-masa deadline, karena jika tidak dapat menyelesaikan studinya dalam waktu yang tersisa maka mereka akan di droup out. Hal ini akan semakin dirasakan menekan bagi mahasiswa tingkat akhir. Data yang diperoleh pada tanggal 17 Desember 2010 dari bagian pengolahan data BAA (Biro Administrasi Akademik) Universitas Muhammadiyah Surakarta menunjukkan bahwa sampai bulan Desember 2010 untuk mahasiswa

6 Fakultas Psikologi angkatan 2004 tercatat masih ada 21 atau 8,6 % mahasiswa yang masih aktif, sedangkan jumlah lulusan angkatan 2004 sudah sebanyak 223 atau 91,4 % mahasiswa. Angkatan 2005 tercatat masih ada 96 atau 36,9% mahasiswa yang masih aktif, sedangkan jumlah lulusan angkatan 2005 sebanyak 164 atau 63,1% mahasiswa. Angkatan 2006 tercatat 142 atau 78,02% mahasiswa yang masih aktif, sedangkan jumlah lulusan angkatan 2006 sebanyak 40 atau 21,98% mahasiswa. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang mungkin mengalami hambatan dalam menyelesaikan studinya karena mahasiswa yang secara normal 4 tahun atau 8 semester seharusnya sudah lulus, tetapi berdasarkan data yang diperoleh masih banyak mahasiswa yang belum lulus walaupun secara akademis sudah melampaui 8 semester. Masalah penyelesaian studi merupakan masalah dalam proses pendidikan, yang menuntut pemecahan dengan segera dan secermat-cermatnya. Hambatan-hambatan dalam penyelesaian studi mempunyai pengaruh-pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap proses pendidikan secara keseluruhan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Subekti (2006) faktor yang menjadi penghambat mahasiswa dalam penyelesaian studi antara lain disebabkan oleh kelemahan secara fisik, kelemahan secara mental, kelemahan emosional, kebiasaan-kebiasaan yang salah yaitu mahasiswa yang merasa dalam mengumpulkan tugas-tugas kuliahnya selalu tepat atau tidaknya dengan waktu yang telah ditentukan, dalam hal sering tidaknya mahasiswa yang masuk kuliah, mahasiswa yang kurang bergairah selama mengikuti perkuliahan, mahasiswa yang

7 masuk dalam kategori merasa terlalu berat dan banyak tugas sehingga malas untuk mengerjakan tugas kuliah, sikap mahasiswa yang merasa tidak ada waktu untuk mengerjakan tugas, dalam hal gaya belajar mahasiswa, serta mahasiswa yang belajarnya belum teratur, selain itu disebabkan juga oleh kurikulum yang seragam, bahan dan buku atau sumber yang tidak sesuai (mahasiswa yang dalam hal bahan penunjang perkuliahan merasa sudah belum sesuai, sehingga mahasiswa tersebut mengalami hambatan selama mengikuti perkuliahan dan gagal dalam menempuh beberapa mata kuliah). Mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Tuntutan-tuntutan baik berasal dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya memperoleh gelar yang dapat mereka banggakan, tuntutan dari pihak akademik, dorongan dari teman, dosen, maupun keinginan dari diri sendiri terlebih jika melihat teman seangkatannya yang sudah lulus. Kenyataan yang ada untuk menyelesaikan studi tidaklah mudah, untuk lulus dari pendidikan tingginya (memperoleh gelar kesarjanaan) mahasiswa harus menghadapi berbagai tantangan, kendala dan hambatan. Kondisi seperti itulah yang dapat menimbulkan kecemasan yang dirasakan mahasiswa tingkat akhir. Menurut hasil penelitian Bayram dan Bilgel (2008) didapatkan prevalensi terjadinya kecemasan pada mahasiswa Universitas Uludag Turki yakni sebesar 47,1%, sedangkan hasil penelitian pada mahasiswa di Universitas Zabol Iran didapatkan prevalesi terjadinya kecemasan sebesar 83% (Azar, dkk 2010). Hasil penelitian di Universitas Michigan Amerika menyebutkan terdapat 15,6 % mahasiswa yang belum lulus mengalami gangguan kecemasan sedangkan

8 sebanyak 13% mahasiswa yang telah lulus mengalami gangguan kecemasan (Eisenberg, dkk 2007). Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan tiga mahasiswa Fakultas Psikologi, dua diantaranya yakni DM dan AN mahasiswa angkatan 2006 serta RN mahasiswa angkatan 2005 menunjukkan bahwa mereka merasa khawatir, takut, gelisah tidak dapat menyelesaikan studinya sesuai target yang diinginkan dan ditetapkan dari pihak universitas. DM dan AN yang duduk di semester 9 menyatakan belum mengambil skripsi dikarenakan beban SKS yang masih kurang memenuhi syarat untuk mengambil skripsi, sehingga keduanya masih aktif mengikuti perkuliahan untuk memenuhi beban SKS yang belum diambil sehingga hal tersebut juga menjadi penghalang mereka dalam penyelesaian studi tepat waktu. Kekhawatiran, ketakutan, kegelisahan tidak dapat menyelesaikan studinya sesuai target berimbas pada perilaku ketiganya, DM menyatakan sering menangis apabila memikirkan dirinya yang belum lulus sedangkan teman seangkatannya sudah ada yang lulus, hal yang sama diungkapkan oleh AN selain sering menangis dia juga merasa pola tidurnya menjadi terganggu karena memikirkan studinya. RN yang duduk di semester 11 juga menyatakan ada kekhwatiran, ketakutan tidak dapat cepat menyelesaikan studinya, karena melihat sudah banyak teman seangkatannya yang sudah bergelar sarjana sedangkan dirinya masih dalam proses pengerjaan skripsi, terlebih lagi orang tua RN yang menginginkan agar mempercepat penyelesaian studinya. * * Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Desember 2010 pukul 09.48 dan pada tanggal 17 Desember 2010 pukul 11.55 dan pukul 14.10

9 Kecemasan lahir dari berbagai permasalahan yang dihadapi mahasiswa salah satunya memikirkan masalah penyelesaian studinya. Kecemasan menyelesaikan studi pada mahasiswa tingkat akhir terjadi pada mereka yang belum lulus karena melihat sebagian teman-teman seangkatannya yang sudah menyandang gelar sarjana sehingga timbul keinginan untuk cepat menyelesaikan studi serta adanya tuntutan-tuntutan dari pihak keluarga terutama orang tua, pihak akademis yang menginginkan untuk segera menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Tetapi pada kenyataannya untuk dapat menyelesaikan studi tidaklah mudah. Mahasiswa harus melalui berbagai proses yang cukup panjang untuk dapat menyelesaikan studi dan menyandang gelar sarjana. Kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut (Atkinson & Hilgard, 1991). Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Kecemasan muncul pada saat individu mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan karena frustrasi muncul pada individu yang memiliki hambatan dalam memenuhi kebutuhan, sehingga individu tersebut merasa terancam. Kegagalan yang dialami membuat individu

10 tertekan perasaannya sehingga individu tersebut menjadi cemas. Konflik juga bisa menimbulkan kecemasan bila terdapat dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama (Daradjat, 1990). Kecemasan memiliki dua elemen utama yaitu: ketakutan terhadap beban persyaratan eksternal yang dilihat sebagai sebuah ancaman dan kekhawatiran mengenai kapasitas untuk menanggulanginya (Rogers, 1996). Ditambahkan pula oleh Pervin dan John (1997) bahwa yang mendasari kecemasan bukan diakibatkan oleh kejadian yang mengancam, tetapi lebih kepada persepsi mengenai ketidakmampuan diri dalam mengatasinya. Terkait dengan penyelesaian studi seringkali mahasiswa memiliki persepsi bahwa dia tidak mampu untuk menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi sesuai yang target yang ditetapkan sehingga timbullah perasaan cemas. Salah satu determinan yang berperan terhadap prestasi akademik dan kecemasan menyelesaikan studi pada mahasiswa yakni efikasi diri. Bandura (1997) mengemukakan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan atau pengharapan tentang sejauhmana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Efikasi diri sangat mempengaruhi mekanisme perilaku manusia. Jika individu yakin mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan maka individu akan berusaha untuk mencapainya. Akan tetapi jika individu tidak mempunyai keyakinan untuk menghasilkan sesuatu yang

11 diinginkan maka subyek tidak akan berusaha untuk mewujudkannya (Bandura, 1997). Lebih lanjut Judge dan Erez (dalam Ghufron dan Rini, 2010) mengatakan bahwa efikasi diri dapat membawa pada perilaku yang berbeda di antara individu dengan kemampuan yang sama karena efikasi diri mempengaruhi kemampuan pilihan, tujuan, pengentasan masalah dan kegigihan dalam berusaha. Baron dan Byrne (dalam Ghufron dan Rini, 2010) mendefinisikan efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, pencapaian tujuan dan mengatasi hambatan. Pikiran individu terhadap efikasi diri menentukan seberapa besar usaha yang akan dicurahkan dan seberapa lama individu akan tetap bertahan dalam menghadapi hambatan. Mahasiswa dengan efikasi diri tinggi memandang tugastugas sulit sebagai tantangan untuk dihadapi daripada sebagai ancaman untuk dihindari. Mahasiswa percaya bahwa mereka dapat menanggulangi kejadian dan situasi secara efektif. Mereka mempunyai kepercayaan diri yang tinggi berkaitan dengan kemampuan mereka dibanding dengan orang yang memiliki efikasi diri rendah, dan mereka hanya menunjukkan sedikit keraguan terhadap diri sendiri. Mahasiswa dengan efikasi diri menurunkan rasa takut akan kegagalan, meningkatkan aspirasi, meningkatkan cara penyelesaian masalah dan kemampuan berpikir analistis. Berdasarkan uraian tersebut dengan adanya efikasi diri yang tinggi diharapkan mahasiswa dapat menunjukkan prestasi akademiknya secara optimal sesuai dengan potensi yang individu miliki serta dapat mengatasi

12 permasalahan dalam proses penyelesaian studinya sehingga tidak timbul kecemasan menyelesaikan studi. Berdasarkan uraian diatas serta permasalahan yang muncul maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian yaitu. Apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan prestasi akademik dan kecemasan menyelesaikan studi? Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji secara empirik dengan mengadakan penelitian berjudul: Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Prestasi Akademik dan Kecemasan Menyelesaikan Studi pada Mahasiswa Tingkat Akhir. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan prestasi akademik. 2. Mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan menyelesaikan studi pada mahasiswa tingkat akhir. 3. Mengetahui tingkat efikasi diri mahasiswa. 4. Mengetahui tingkat prestasi akademik mahasiswa. 5. Mengetahui tingkat kecemasan menyelesaikan studi pada mahasiswa tingkat akhir. 6. Mengetahui sumbangan efektif efikasi diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa tingkat akhir. 7. Mengetahui sumbangan efektif efikasi diri terhadap kecemasan menyelesaikan studi pada mahasiswa tingkat akhir.

13 C. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaatnya yakni: 1. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan sumbangan informasi mengenai hubungan efikasi diri dengan prestasi akademik dan kecemasan menyelesaikan studi pada mahasiswa tingkat akhir sehingga dari Fakultas tersebut dapat mengambil kebijakan-kebijakan akademis yang tepat sebagai upaya peningkatan prestasi akademik mahasiswa dan memberikan langkah strategi preventif untuk mengurangi tingkat kecemasan menyelesaikan studi pada mahasiswa tingkat akhir. 2. Bagi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan dapat menjadi masukan untuk menghasilkan prestasi akademik yang baik serta diharapkan dapat menjadi masukan dalam memahami bagaimana cara yang tepat untuk menyikapi tanggung jawabnya sebagai insan akademis sehingga dapat mengurangi kecemasan menyelesaikan studi. 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis apabila akan melakukan penelitian dengan tema yang sama.