BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN RISET AKSI PARTISIPATIF. Dompyong ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Kabupaten lamongan ini secara umum memakai pendekatan PAR.

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

Bab III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. metode dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research). Pada dasarnya, PAR merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangwungulor ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. menggunakan pendekatan Participation Action Research (PAR). Penelitian PAR

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

BAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN

BAB III METODE PENELITIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. riset aksi sering dikenal dengan Participatory Action Research (PAR).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan para pengusaha. Porsoalan ini terjadi di Desa Sungai Kunyit

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. menemukan inovasi baru yang lebih baik. Fasilitasi yang dilakukan, berupa

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB II METODE PENELITIAN. A. Pengertian Participatory Action Research (PAR) Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR) adalah

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

BAB III METODE PENELITIAN. paradigma pengetahuan tradisional kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pada

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii. MOTTO... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...

BAB 6 DINAMIKA PENGORGANISIRAN MASYARAKAT. dalam bentuk deskriptif. Deskriptif ini akan penulis sesuaikan dengan prinsipprinsip

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

BAB IV METODE PENELITIAN

RELEVANSI METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DESA

MOTTO "BERMARTABAT DAN BERMANFAAT BAGI MAKHLUK" (HR. Ath Thabarani) Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya. (H.R.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah jiwa rinciannya laki-laki jiwa dan perempuan 1.356

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI BAWANG MERAH

BAB III METODE PAR (PARTICIPATORY ACTION RESEARCH) Pendekatan penelitian yang dipakai adalah riset aksi. Di antara namanamanya,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB II TINJAUAN TEORITIK...

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan. diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena pemuda bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang produktif yang menunjang

Participatory Rural Appraisal. Asep Muhamad Samsudin Pembekalan KKN Tim II Undip

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN. A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal. proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan peneliti

BAB V MEMBONGKAR YANG MEMBELENGGU. A. Pembentukan Kelembagaan Perempuan Buruh Tani

PAR. Dr. Tantan Hermansah

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

BAB VIII REFLEKSI HASIL PENELITIAN DAN PENGORGANISASIAN

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. riset aksi sering dikenal dengan PAR atau Participatory Action

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Penelitian ini menggunakan metode Participatory Action Research (PAR)

BAB VII REFLEKSI PROSES PEMBELAJARAN MASYARAKAT SUDIMORO. Problem sosial yang dialami masyarakat Desa Sudimoro merupakan problem

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Kedungsoko, Desa Sukobendu, Desa Dumberdadi, dan Desa Mantup. 1

Bab 4. Metode Penelitian

BAB V HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara maritim yang tidak bisa lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksinya.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Agustina Bidarti

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang

TEKNIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SECARA PARTISIPATIF

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Proses pendampingan yang akan dilakukan di Desa Depok, Dusun Banaran ini

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah

III. METODE PENELITIAN

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH. Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

BAB V BELENGGU JAGUNG HIBRIDA PADA PETANI DUSUN SATU SUDIMORO. A. Masuknya Benih Jagung Hibrida ke Dusun Satu Sudimoro

METODOLOGI PENELITIAN

Pelatihan Pembuatan Bonsai Bokabu dari Oleana Syzygium Khas Borobudur untuk Peningkatan Nilai Ekonomi Tanaman

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. agar tetap mendukung kehidupan manusia. 1. dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI

Perencanaan Pembangunan Partisipasi. 1. Pengertian Partisipasi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kemiskinan dan keterbelakangan. 1. Pendapatan mayoritas penduduk pedesaan yang rendah.

BAB V AKSI BERSAMA MASYARAKAT. kampung demak Jaya dan diikuti oleh ketua RT yakni Erik Setiawan (45 tahun) berkumpul di

BAB III METODE PENELITIAN. jaraknya kurang lebih 30 km dari pusat Kabupaten Trenggalek. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya industri-industri kecil dan

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VII REFLEKSI TEORITIK. berkaitan. Menurut buku pemberdayaan masyarakat. terdapat dua kunci yang

Transkripsi:

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Riset Aksi Partisipatif Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu Sudimoro ini metode yang digunakan adalah PAR (Participatory Action Research). Dalam metode PAR ini merupakan aksi penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan dalam mengkaji setiap tindakan yang sedang berlangsung 31. Dalam hal ini tindakan yang dikaji adalah setiap pengalaman masyarakat sebagai persoalan dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Sebagaimana yang telah dilakukan di Dusun Satu Sudimoro, pengalaman petani dalam pembudidayaan jagung menjadi kajian utama dalam setiap proses belajar bersama dalam sekolah lapang nantinya. Segala topik, media, dan konten pembelajaran berasal dari segala hal yang berasal dari kehidupan masyarakat sendiri. Sedangkan untuk proses pembelajaran dengan melakukan tindakantindakan yang berkala melalui seringnya uji coba dan diskusi bersama hingga menemukan inovasi baru yang lebih baik. Fasilitasi yang dilakukan berupa tindakan nyata dan langsung praktek sesuai dengan topik yang dikaji. Sebagaimana uji coba penyilangan yang dilakukan di Dusun Satu Sudimoro, berupa proses fasilitasi melalui tindakan-tindakan nyata bersama petani, 31 Agus Afandi,dkk, Modul Participatory Action Research (PAR) untuk Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing), (Surabaya : Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) IAIN Sunan Ampel, 2013)., hal. 40 40 59

melalui kegiatan pengamatan rutin yang dilakukan setiap minggunya. Dalam pengamatan ini berupaya untuk bisa mengolah dan menemukan pengetahuan petani yang selama ini telah dipraktekkan, namun tidak mereka perhatikan dengan jeli. Dalam pengamatan ini mengkaji tentang kebiasaan-kebiasaan petani sendiri selama musim tanam hingga panen jagung. Dengan dilakukannya tindakan yang berkala setiap minggunya ini, membuat proses pembelajaran yang dilakukan tidak memisahkan bagaimana melakukan, mempelajari, memahami hingga menemukan hasilnya dan dilakukan bersama-sama. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan berasal dari upaya menstrukturkan pengalaman yang telah dialami, bukan hanya belajar dari buku. Proses pendampingan ini pun sebagai upaya untuk memperkuat kapasitas masyarakat. Penguatan ini dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran petani tentang kekuatan yang ada pada diri mereka yang tertutup oleh masukan dari luar mereka sehingga kekuatan yang ada pada diri tidak mereka sadari. Sebagaimana menurut istilah Payne yang dinukil oleh Edi Suharto, bahwa prinsip utama pendampingan adalah memandang masyarakat dan lingkungannya sebagai sistem sosial yang memiliki kekuatan positif dan bermanfaat bagi proses pemecahan masalah, karena bagian dari pendekatan pendampingan adalah menemukan sesuatu yang baik dan membantu masyarakat memanfaatkan kekuatan positif itu. 32 32 Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Bandung: Refika Aditama, 2010)., hal. 94 60 41

Pendekatan PAR ini dirasa memang sangat mendukung untuk mendukung proses pemberdayaan yang ada pada petani. Terutama petani di Dusun Satu Sudimoro, yang harus mampu bangkit untuk melepas ketergantungan mereka pada benih jagung hibrida pabrik yang semakin membuat risau petani. Hal ini mengacu pada pernyataan Alimanda dari George ritzer yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk kreatif, aktif dan evaluatif dalam memilih diantara berbagai alternatif tindakan dalam usaha mencapai tujuan-tujuannya 33. Sehingga dengan keaktifan dan kekreatifan petani Sudimoro ini mampu bangkit dari ketergantungan terhadap produksi luar. Jagung yang telah menjadi komoditi unggulan dalam pertanian Sudimoro, dijadikan alat oleh beberapa kalangan untuk meraup keuntungan dari para petani melalui benih jagung hibrida yang dikemas dalam berbagai jenis (merek). Dengan pendekatan PAR yang dilakukan ini diharapkan mampu meningkatkan dukungan partisipatif yang berasal dari kemauan keras petani itu sendiri untuk menuju kemandirian dan terbebas dari ketergantungan benih tersebut. PAR memiliki tiga kata yang saling berhubungan satu sama lain. Ketiga kata tersebut adalah partisipatif, riset, dan aksi. Dalam pelaksanaan PAR, hal pertama yang telah dilakukan setelah munculnya kemauan dan kesadaran dari petani adalah melakukan riset bersama petani. Karena dalam riset ini terdapat proses pembelajaran bagaimana mengenal dan memahami lebih jauh tentang masalah, potensi dan bagaimana cara mengembangkan potensi yang ada. 33 Alimandan, dari George., Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. (Depok: Rajagrafindo Persada, 2013)., hal. 71 6142

Pada tahap pertama di Dusun Satu Sudimoro, telah dilakukan uji coba penenaman beberapa varietas jagung, untuk dikaji pola pertumbuhan antar varietas. Tahap ini sebagai langkah awal bersama petani untuk melakukan riset bersama petani, sehingga diketahui bagaimana pola dan tahapan-tahapan pertumbuhannya. Betapapun juga, riset memiliki peran penting mewujudkan adanya perubahan, karena mempunyai akibat-akibat yang ditimbulkannya. Sesuatu yang baru diakibatkan riset bisa jadi berbeda dengan situasi sebelumnya. PAR dirancang memang untuk mengkonsep suatu perubahan dan melakukan perubahan terhadapnya. 34 B. Prinsip-Prinsip Participatory Action Research (PAR) Participatory Action Research (PAR) merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif masyarakat dan pihak-pihak yang relevan dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung dalam kehidupan masyarakat sebagai upaya untuk melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Sehingga dalam pelaksanaan PAR lebih dipahami sebagai penelitian yang dilakukan atas dasar telaah, analisa, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi bersama masyarakat atau komunitas 35. Sebagaimana yang telah dilakukan bersama komunitas petani jagung Dusun Satu Sudimoro sangat mengutamakan partisipasi dari petani dalam setiap prosesnya. Setiap tindakan yang telah dilakukan selalu dikaji kekurangan dan 34 Agus Afandi,dkk, Modul Participatory Action Research (PAR) untuk Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing), (Surabaya : Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) IAIN Sunan Ampel, 2013)., hal. 42 35 Ibid., hal. 91 62 43

kelebihannya agar pengetahuan pun bisa berkembang. Salah satu yang menjadi kunci keberhasilan PAR adalah membangun tim PAR yang meyakini kebenaran proses PAR dan nilai-nilai PAR. Fasilitator selalu berusaha menjalin hubungan secara intensif dengan petani Dusun Satu Sudimoro. Karena komitmen terhadap proses kebersamaan dan kerja sama akan menguatkan kepercayaan antara fasilitator dan petani dan menjadi kunci sukses terlaksananya aksi bersama menuju kemandirian. Terdapat beberapa prinsip-prinsip PAR yang harus dipahami terlebih dahulu. Antara lain: pertama, PAR harus diletakkan sebagai suatu pendekatan untuk memperbaiki praktek-praktek sosial dengan cara merubahnya dan belajar dari akibat-akibat dari perubahan tersebut 36. Hal ini telah juga tampak dalam praktek belajar yang dilakukan bersama petani Dusun Satu Sudimoro. Praktek yang dilakukan ini berdasarkan kebiasaaan-kebiasan petani, dari kebiasaan yang dilakukan petani dan dikaji bersama, maka terlihat akibatnya langsung oleh petani. Sehingga dari hal ini dapat terlihat kebiasaan yang berdampak positif dan yang berdampak kurang baik bagi petani. Dan melalui kesepakatan bersama telah juga dilakukan upaya tindak lanjut bagaimana mengatasi dan bahkan merubah kebiasan yang berdampak buruk bagi petani. Kedua, secara keseluruhan merupakan partisipasi yang murni (otentik) yang membentuk sebuah spiral yang berkesinambungan sejak dari perencanaan (planning), tindakan (pelaksanaan atas rencana), observasi 36 Ibid.., hal. 112 63 44

(evaluasi atas pelaksanaan rencana), refleksi (teoritisi pengalaman) 37. Dalam proses yang dilakukan di Dusun Satu Sudimoro berawal dari sebuah perencanaan untuk menindak lanjuti hasil riset yang telah dilakukan sebelumnya, yang berkenaan dengan penggunaan benih hibrida. Dari perencanaan ini muncul suatu tindakan dengan melakukan kegiatan pengamatan rutin sebagai tindakan riset lanjutan, hingga sampai pada aksi penyilangan. Setelah dilakukan penyilangan, memasuki masa panen petani juga melakukan kajian untuk hasil panen yang diperoleh. Sehingga bersama fasilitator, petani juga merefleksikan setiap pengalaman dan hasil yang diperoleh selama masa tanam hingga panen. Sehigga dari tindakan-tindakan ini akan terbentuk suatu siklus yang terus berputar, hingga petani benar-benar mendapatkan hasil yang maksimal. Ketiga, PAR merupakan sebuah proses kerjasama (kolaborasi), semua yang memiliki tanggung jawab atas tindakan perubahan dilibatkan dalam upaya-upaya meningkatkan kemampuan mereka 38. Sebagaimana yang dilakukan di Dusun Satu Sudimoro, banyak pihak yang telah dilibatkan dalam tindakan perubahan ini. Fasilitator, petani, perangkat desa dan masyarakat hingga pemerintah Kecamatan Tulung dan dinas pertanian Kabupaten Klaten memiliki peran penting untuk mendukung perubahan terwujud dan menuju kemandirian petani Dusun Satu Sudimoro sendiri. Keempat, PAR merupakan suatu proses membangun pemahaman yang sistematis (systematic learning process), merupakan proses penggunaan 37 Ibid,, hal., 113 38 Ibid., hal., 117 6445

kecerdasan kritis saling mendiskusikan tindakan mereka dan mengembangkannya, sehingga tindakan sosial mereka akan dapat benarbenar berpengaruh terhadap perubahan sosial 39. Segala tindakan yang dilakukan di Dusun Satu Sudimoro tidak sebatas hanya pada tindakan semata. Namun juga bertujuan untuk membangun pemahaman masyarakat tentang bagaimana cara bertani yang lebih praktis dan ramah lingkungan, dengan mengembangkan kembali benih jagung lokal. Kelima, PAR merupakan suatu proses yang melibatkan semua orang dalam teoritisasi atas pengalaman-pengalaman mereka sendiri 40. Dalam hal ini petani memiliki peran penting dalam setiap prosesnya. Karena pengalaman-pengalaman petani menjadi satu kajian penting sebagai acuan pembelajaran yang dilakukan. C. Teknik-Teknik Pendampingan Cara kerja PAR merupakan segala tindakan pembelajaran bersama komunitas, dengan mengagendakan program riset melalui teknik Participatory Rural Apprasial (PRA) untuk memahami persoalan masyarakat yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial 41. Sambil membangun kelompok-kelompok komunitas sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada. Terdapat beberapa teknik PRA yang dilakukan bersama petani Sudimoro untuk mengkaji setiap tindakan petani mulai dari upaya menemukan 39 Ibid., hal. 114 40 Ibid., hal. 114 41 Ibid., hal. 121 65 46

bagaimana proses jagung hibrida bisa masuk dalam budaya tanam petani. Hingga menyebabkan jagung lokal menjadi tersisihkan. Pelaksanaan teknikteknik PRA ini selalu mengutamakan pendekatan FGD (Focus Group Discussion), fasilitator bersama petani melakukan diskusi-diskusi santai maupun dalam pertemuan resmi. Sehingga dari forum-forum ini juga akan membantu fasilitator untuk memunculkan partisipasi langsung dari petani. Permasalahan yang muncul ini, secara perlahan bersama petani dirumuskan bagaimana menganalisa tindakan-tindakan strategis untuk keluar dari permasalahan ini. Teknik-teknik PRA yang dilakukan bersama petani Sudimoro diantaranya: 1. Mapping (pemetaan) Mapping merupakan teknik dalam PRA untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi wilayah secara umum Desa Sudimoro. Karena dalam kajian pendampingan ini hanya fokus di Dusun Satu Sudimoro, maka juga telah dibuat peta tematik tentang persebaran jagung hibrida dengan berbagai macam merek yang ditanam oleh petani Dusun Satu Sudimoro. 2. Transect Transect merupakan teknik untuk menfasilitasi masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumber daya yang ada di lokasi. Teknik ini dilakukan untuk melihat secara langsung kondisi hamparan sawah Dusun Satu Sudimoro yang ditanami jagung hibrida dan mengamati langsung kondisi dari tanaman jagung itu sendiri. 66 47

3. Timeline Timeline adalah teknik penelusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali kejadian penting yang pernah dialami pada alur waktu tertentu. Taknik ini telah membantu peneliti menguraikan latar belakang peralihan penggunaan benih, dari benih jagung lokal menjadi jagung hibrida pabrik oleh petani Sudimoro. Alasan melakukan timeline adalah 42 : a. Teknik ini dapat menggali perubahan-perubahan yang terjadi, masalah-masalah dan cara menyelesaikannya, dalam masyarakat secara kronologis. b. Teknik ini dapat memberikan informasi awal yang bisa digunakan untuk memperdalam teknik-teknik lain. c. Sebagai langkah awal untuk teknik trend and change. d. Dapat menimbulkan kebanggaan masyarakat di masa lalu. e. Dengan teknik ini masyarakat merasa lebih dihargai sehingga hubungan menjadi lebih akrab. f. Dapat untuk menganalisa hubungan sebab akibat antara berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan masyarakat, seperti; perkembangan desa, peran wanita, kondisi lingkungan, perekonomian, kesehatan atau perkembangan penduduk. 4. Trend and Change (Bagan Perubahan dan Kecenderungan) 42 Ibid., hal. 158 48 67

Bagan perubahan dan kecenderungan merupakan teknik PRA yang memfasilitasi masyarakat dalam mengenali perubahan dan kecenderungan berbagai keadaan, kejadian serta kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu 43. Hasilnya adalah bagan atau matriks perubahan dan kecenderungan yang umum di Desa Sudimoro yang berkenaan dengan masalah penggunaan benih jagung hibrida pabrik oleh petani Dusun Satu Sudimoro. 5. Season calendar (kalender musim). Suatu teknik PRA yang di pergunakan untuk mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk diagram 44. Hasilnya, yang digambar dalam suatu kalender dengan bentuk matriks, merupakan informasi penting sebagai dasar pengembangan rencana program. Kegiatan tahunan yang dialami petani jagung di Dusun Satu Sudimoro yang digambarkan dalam siklus kalender musiman. 6. Diagram venn Diagram venn merupakan teknik untuk melihat hubungan masyarakat Dusun Satu Sudimoro dengan lembaga yang terdapat di Desa Sudimoro yang memiliki peran penting dalam penyebaran benih jagung hibrida. Pembuatan diagram venn ini bertujuan untuk memfasilitasi diskusi diskusi masyarakat untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang ada 43 Ibid., hal. 162 44 Ibid., hal. 165 68 49

di desa, serta menganalisa dan mengkaji perannya, kepentingannya untuk masyarakat, dan manfaat untuk masyarakat 45. Karena dalam persebaran benih hibrida pastilah terdapat pihak-pihak yang mempromosikan atau bahkan mempengaruhi petani untuk menggunakan benih hibrida tersebut. 7. Diagram alur Merupakan teknik untuk menggambarkan arus dan hubungan di antara semua pihak dan komoditas yang terlibat dalam suatu masyarakat, dan dapat digunakan untuk menganalisa alur penyebaran jagung hibrida hingga sampai pada petani Dusun Satu Sudimoro. 8. Wawancara semi terstruktur Wawancara semi terstruktur ini merupakan alat penggalian informasi berupa tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Wawancara ini bersifat semi terbuka, artinya alur pembicaraan lebih santai. Dari perbincangan santai ini diharapkan juga mampu mengungkap fakta-fakta tersembunyi dari petani tentang permasalahan yang petani hadapi. 9. Analisis Pohon Masalah dan Harapan Teknik analisa pohon masalah merupakan teknik yang dipergunakan untuk menganalisa permasalahan yang menjadi problem yang telah diidentifikasi dengan teknik-teknik sebelumnya. Teknik analisa pohon masalah ini dipergunakan untuk menganalisa bersama-sama masyarakat 45 Ibid., hal. 171 69 50

tentang akar masalah, dari masalah-masalah yang ada 46. Teknik ini juga dapat digunakan untuk menelusuri penyebab terjadinya masalah-masalah tersebut, dari permasalahan utama yang mengacu pada ketergantungan petani terhadap benih hibrida, bersama petani telah didiskusikan tentang faktor-faktor penyebab masalah utama yang terjadi ini. Secara perlahan setelah ditemukannya faktor penyebabnya nantinya sekaligus dapat dirumuskan bagaimana disusun pohon harapan yang berisi tentang solusi-solusi dari setiap faktor penyebabnya. D. Strategi Riset Untuk Pendampingan 1. Persiapan Sosial a. Assesment Assesment ini merupakan proses persiapanan awal yang penting dilakukan yang bertujuan untuk menyiapkan dan membangun komintmen awal dengan masyarakat Desa Sudimoro guna mengidentifikasi gambaran umum desa, yang meliputi masalah kependudukan, potensi dan kelompok sosial masyarakat sebagai wadah bagi masyarakat untuk mengembangkan kapasitas diri. Yang menjadi perhatian khusus dalam tahapan ini adalah pemerintah Desa Sudimoro, karena hal ini berkaitan dengan urusan perizinan untuk melakukan proses pendampingan. 46 Ibid., hal., 184 51 70

Assesment ini sebenarnya telah dilakukan pada saat piloting program LPTP di Sudimoro (November 2013 April 2014) yang dimulai pada bulan November 2013. Namun dalam assesment yang kedua ini fasilitator lebih menggali lagi bagaimana minat akan kelanjutan kerja yang akan dilakukan di Sudimoro ini. dengan melakukan kordinasi ke Pemerintah Desa Sudimoro, fasilitator kembali mengurus surat perizinan tentang program dampingan lanjutan yang akan dilakukan lagi. Sebelum perizinan ke pemerintah desa dilakukan, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi langsung ke tempat tujuan dimana proses pendampingan akan dilakukan. Karena peneliti merupakan fasilitator baru yang melanjutkan program dampingan sebelumnya, sehingga hal pertama yang dilakukan adalah melihat kondisi sekitar dengan memperhatikan keadaan dan kegiatan warga masyarakat. Melakukan wawancara dengan warga setempat untuk lebih banyak mencari informasi awal tentang potensi yang bisa dikembangkan lagi bersama petani Sudimoro. Dan mulai sedikit ikut serta dalam kegiatan warga masyarakat setempat juga perlu untuk lebih mengenal kondisi lingkungan sekitar. b. Inkulturasi Setelah melakukan kordinasi dengan pemerintah Desa Sudimoro, pendekatan selanjutnya yang dilakukan adalah kembali melakukan pendekatan dengan masyarakat Desa Sudimoro. Khususnya 71 52

masyarakat di Dusun Satu Sudimoro yang menjadi fokus dampingan fasilitator dalam progam lanjutan ini. Proses ini dapat membutuhkan waktu yang lama, karena hal terpenting yang ditekankan dalam proses ini adalah membangun hubungan kekeluargaan dengan masyarakat. Dalam hal ini peneliti merupakan orang baru bagi masyarakat Sudimoro, sehingga membutuhkan waktu yang lama hingga terbentuknya hubungan kekeluargaan antara masyarakat dan peneliti. Setelah mulai terjalin keakraban dengan masyarakat mulailah peneliti mulai menggali informasi guna untuk menyiapkan data yang dibutuhkan untuk proses pendampingan selanjutnya yang menggunakan teknik-teknik PRA dengan mengutamakan partisipasi masyarakat sebagai pelaku utama dalam proses ini. c. Refleksi Program Dampingan Sebelumnya Setelah melakukan inkulturasi di Dusun Satu Sudimoro, fasilitator bersama petani melakukan refleksi dari program dampingan pada tahap piloting yang telah dilakukan LPTP. Pada program piloting ini bersama petani telah dilakukan uji coba tanam beberapa varietas jagung. Uji coba ini sebagai upaya belajar bersama petani untuk membandingkan pola pertumbuhan dari beberapa varietas jagung yang berbeda. Sehingga dalam refleksi ini sebagai upaya untuk melakukan evaluasi dari hasil proses belajar yang telah dilakukan. Hingga dalam proses ini memunculkan pengetahuan baru bagi petani 72 53

dan memunculkan gagasan baru yang akan dilakukan petani pada program dampingan lanjutan bersama LPTP. d. Penyiapan Kelompok Sebagai Basis Pembelajaran Tahapan selanjutnya yang dilakukan, setelah terbentuknya jalinan kekeluargaan dengan masyarakat Sudimoro dan telah dilakukan refleksi bersama, maka setelah itu perlu juga melakukan pendekatan dengan obyek yang akan dijadikan fokus pendampingan. Dalam langkah ini yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi kelompokkelompok sosial masyarakat sebagai basis pembelajaran. Setelah itu peneliti menetapkan beberapa informan untuk membantu melengkapi data-data awal hingga ditemukan kelompok yang tepat sebagai basis pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses pendampingan lanjutan nanti. Salah satu cara yang efektif dilakukan adalah dengan mengikuti aktivitas petani bagaimana mereka menerapkan kebiasaankebiasaan dalam penanaman jagung. Dengan melakukan pendekatan diharapkan bisa menemukan sedikit demi sedikit permasalahan yang terjadi, dan dengan begitu akan memudahkan untuk melakukan pendampingan yang juga akan melibatkan petani itu sendiri. 2. Membangun Komunikasi Kelompok Setelah melakukan refleksi, mengidentifikasi permasalahan yang belum terselesaikan pada program pertama hingga muncul gagasan baru dari petani, langkah selanjutnya yaitu membangun kemunikasi dengan beberapa kelompok tani yang sudah ada di Desa Sudimoro. Karena tidak 73 54

mungkin jika seluruh petani Sudimoro menjadi basis dampingan, karena dalam pendampingan ini dipilih beberapa kelompok tani di Sudimoro dengan fokus belajar yang berbeda. Sehingga akan memudahkan untuk membagi peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan aksi. Sehingga dalam pelaksaan aksi juga tidak hanya satu atau dua orang yang berperan aktif, diharapkan semua anggota kelompok dapat mengikuti dan merasakan bagaimana proses belajar yang berlangsung. Di Dusun Satu Sudimoro terdapat satu kelompok tani yang masih aktif, yakni kelompok tani Dadi Luhur. Untuk membangun komunikasi awal dengan kelompok, fasilitator selalu berusaha menjalin hubungan baik secara langsung maupun jarak jauh lewat handphone. Setelah anggota kelompok terkordinir dengan baik, maka proses belajar dalam mengembangkan budidaya jagung guna menciptakan benih sendiri bisa berjalan dengan baik. 3. Riset Bersama Komunitas Langkah ini dilakukan untuk mengetahui dan mengenali permasalah yang dialami petani di Dusun Satu Sudimoro. Dari permasalahan yang telah ditemukan nantinya bersama kelompok juga akan didiskusikan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Masalah mendasar yang dialami petani Dusun Satu ini berkenaan dengan hilangnya benih jagung lokal, sehingga membuat petani bergantung pada benih hibrida produksi pabrik. Ketergantungan ini menggambarkan telah hilangnya hak kuasa petani terhadap benih yang justru di kuasai oleh pihak di luar petani. 55 74

Selain mengenali masalah yang dialami petani, pendampingan ini juga akan berusaha untuk mengenali potensi yang ada dalam masyarakat. Potensi yang terlihat dalam masalah ini adalah adanya peluang untuk dikembangkannya kembali benih lokal yang mulai menghilang. Merubah masalah menjadi potensi merupakan langkah strategis yang harus dilakukan dalam proses ini, sehingga jiwa optimistis akan terbentuk dan mampu melepaskan diri dari belenggu masalah. Dalam langkah ini komunitas petani jagung Dusun Satu Sudimoro menjadi aktor utama karena merekalah yang lebih mengetahui kondisi wilayah mereka. Sehingga dengan diadakan riset bersama ini petani pun lebih mengenali daerah mereka sendiri 4. Menentukan Masalah Bersama Komunitas Penentuan masalah ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya dihadapi komunitas petani jagung Dusun Satu Sudimoro. Karena setiap masalah tidak selalu terlihat oleh kasat mata. Sehingga setelah dilakukan riset bersama, komunitas pun bisa mengidentifikasi masalah yang mereka hadapi. Penentuan masalah ini merupakan serangkaian proset riset bersama dengan petani Dusun Satu Sudimoro. Setiap proses yang dilakukan petani sebagai aktor utama yang harus selalu ada. Dalam proses ini secara tidak disadari akan terbentuk kesadaran dari mereka sendiri akan masalah sebenarnya yang mereka hadapi. 5. Merencanakan Solusi Tindak Lanjut Bersama Komunitas 75 56

Langkah selanjutnya setelah masalah dapat ditentukan oleh komunitas adalah merencanakan bagaimana solusi tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam setiap pertemuan selalu disusun rencana tindak lanjut yang akan dilakukan, sehingga dalam setiap pertemuan pun diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi petani. Perencanaan ini pun dilakukan bersama komunitas, sehingga komunitas lebih memiliki kuasa untuk menentukan langkah yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Solusi dari permasalahan yang mereka hadapi ini dengan mengutamakan unsur-unsur lokal yang mereka miliki. Dalam hal ini jagung lokal menjadi bahan langka yang menjadi tujuan petani untuk mereka kembangkan lagi. 6. Melakukan Aksi Dalam pelaksanaan aksi pengembangan budidaya jagung telah dilakukan penanaman beberapa varietas benih jagung diantaranya Bisi, NK, P21, Badak dan varietas lokal. Setelah itu akan dilakukan penyilangan varietas lokal dengan varietas jagung yang berbeda. Dan dari proses tersebut akan dihasilkan varietas baru yang dapat dikembangkan petani. Sehingga dalam pelaksanaan aksi ini perlu adanya partisipasi aktif dari petani, karena setiap proses belajar yang berjalan nantinya bisa juga diterapkan langsung di lahan masing-masing petani. 7. Merefleksikan Aksi Bersama Kelompok Langkah ini sebagai upaya evaluasi dari aksi yang telah dilakukan bersama komunitas. Sehingga dapat di identifikasi kelebihan maupun 76 57

kekurangan dari pelaksanaan aksi tersebut. Dari langkah ini akan terbentuk siklus PAR yang berawal dari perencanaan dan berakhir dengan refleksi. Namun refleksi ini bukan langkah akhir sebenarnya, refleksi ini akan menghasilkan catatan kajian penting dari aksi yang telah dilakukan dan akan dikaji lagi untuk periode berikutnya. Sehingga proses belajar yang dilakukan ini tidak hanya berorientasi pada hasi saja, namun proses yang dijalankan pun menjadi penting untuk terus dikaji. Sehingga akan menimbulkan pengetahuan baru dan memperbaiki segala kekurangannya. 8. Memperluas Perubahan Langkah ini dilakukan sebagai tindakan lanjutan untuk memperluas skala perubahan yang telah dicapai dari pelaksanaan aksi bersama komunitas. Yang awalnya skala individu melalui kelompok tani yang dijadikan motor penggerak perubahan nantinya. Kemudian dari kelompok ini akan dikembangnya pada skala rumah tangga masing-masing anggota kelompok, dan kemudian diharapkan juga akan mampu dikembangkan untuk skala rumah tangga yang lebih luas di Dusun Satu Sudimoro. E. Perencanaan Operasional Dalam kegiatan pendampingan di Dusun Satu Sudimoro ini telah dibuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang terangkum dalam perencanaan operasional untuk memudahkan dan melancarkan kegiatan tersebut. Perencanaan jadwal kegiatan ini disusun secara terstruktur dan sesuai 77 58

dengan situasi dan kondisi sekitar. Perencanaan ini juga sebagai indikator keberhasilan dari setiap proses yang terstruktur berdasarkan waktu yang telah ditetapkan. Berikut merupakan susunan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan dalam proses pendampingan lapangan: Tabel 3.1 Perencanaan kegiatan No Kegiatan Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus Septemb er Oktober 1 Mengurus perizinan 2 Riset pendahuluan 3 Inkulturasi 4 Refleksi program sebelumnya 5 Membangun komunikasi kelompok 5 Penyusunan proposal 6 Pengorganisasia n Masyarakat: a) Riset 78 59

bersama komunitas b) Menentukan masalah bersama komunitas c) Merencanaka n solusi tindak lanjut d) Melakukan aksi e) Merefleksika n aksi f) Perluasan perubahan 9 Pelaporan: a) Bimbingan b) Skripsi Dalam pelaksanaan aksi peneliti juga membutuhkan partisipasi dari stakeholder yakni orang-orang yang dianggap mampu ikut berperan aktif dalam upaya perubahan dalam masyarakat ini. Serta berbagai lembaga pemerintahan maupun non pemerintahan yang dimungkinkan dapat membantu pelaksanaan program yang akan dilaksanakan. Berikut matrik analisa partisipasi stakeholder dalam upaya pengembangan budidaya jagung di Desa Sudimoro: 60 79

Tabel 3.2 Analisa partisipasi stakeholder Organisasi Karakteristik Kepentingan Sumber Sumber Daya Tindakan yang / Utama Daya yang yang Harus dilakukan kelompok Dimiliki Dibutuhkan Kelompok Lembaga Membuat Keahlian Fasilitator Mengikuti setiap tani non dan dalam (tenaga ahli kegiatan dalam pemerintah melaksakan pertanian, pertanian) proses belajar jadwal lahan yang telah belajar belajar direncanakan penyilangan jagung PPL Lembaga Membantu Tenaga ahli Tenaga ahli Mengadakan Kecamata Pemerinah memberikan lapangan pendekatan n Tulung pemahaman untuk terlibat pengembang dalam program- an benih program yang lokal telah direncanakan Pemerinta Lembaga Membantu Fasilitas Tim Mendukung h Desa pemerintah dan dan support pendamping terlaksananya Sudimoro mendukung lapangan program- kegiatan dan program yang fasilitas telah yang direncanakan dibutuhkan Fasilitator LPTP Membantu Fasilitator Tim fasilitator Mendukung dan (tenaga (Lembaga dan dan tenaga dan tenaga ahli membantu 80 61

ahli Pengembang mendamping ahli pertanian terlaksanya pertanian) an Teknologi i petani pertanian kegiatan yang Pedesaan) dalam akan melaksanaka dilaksanakan n kegiatan yang akan dilaksanakan 62 81