BAB IV ANALISA PERFORMANSI MSS STAND ALONE DAN MSC IN POOL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III. KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk.

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peningkatan jumlah pengguna jaringan GSM (Global System for

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V ANALISA PENGOLAHAN DATA DAN HASIL Spare Parts Management Secara Vendor Stocking / VS.

BAB IV ANALISIS DESKRIPTIF IMPLEMENTASI GFP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini, tuntutan konsumen atas kualitas layanan komunikasi bergerak atau mobile

Gambar 4.1 Susunan hardware

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM NATIVE IP

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM TRANSFER STOK PULSA OTOMATIS BERBASIS GSM

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi kebutuhan bagi dunia usaha/bisnis (e-commerce), pendidikan

STATISTIC AND TRAFFIC MEASUREMENT SUBSYSTEM (STS) ON APG43 MSC-S BLADE CLUSTER PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM (NSS) PT. INDOSAT TBK SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI

DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. dan saat ini menjadi industri yang paling berkembang dalam 10 tahun terakhir di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. aspek-aspek teoritis dan mengolah data yang terkumpul lalu menganalisa mengenai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bab 4, maka bab terakhir dalam penelitian ini merupakan simpulan dan saran atas

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA HASIL OPTIMASI THIRD CARRIER

BAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

BAB III AMR (AUTOMATIC METER READING )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Ruang Lingkup

BAB V REKOMENDASI RENCANA IMPLEMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dewasa ini kebutuhan akan business intelligent (BI) sebagai sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini cukup ketat dan kompleks. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu mengerti

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR

Kata kunci : GSM (Global System Mobile), KPI, CDR, seluler

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis manajemen..., Lestari Pragusvita, FT UI, 2010.

BAB 1. PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara hubungan bilateral dan unilateral. Bilateral adalah kerjasama

Oleh: Prima Kristalina Mike Yuliana. Call Centre

ANALISIS PENERAPAN BASE TRANSCEIVER STATION HIGH CAPACITY PADA GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUCATION

PERENCANAAN PENAMBAHAN AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK (ASON) PLANNING ADDITION AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK(ASON)

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisis Permasalahan yang Dihadapi Pada Divisi Service

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk chating. Layanan-layanan yang sebelumnya sulit berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dari PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang bertugas melakukan infrastructure

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan lingkup bisnis yang semakin meluas menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. handphone. Handphone digunakan untuk mempermudah komunikasi jarak jauh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4. PERANCANGAN.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Dasar Pemeliharaan

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISIS HASIL. Pengamatan awal dilakukan dengan capture RTWP menggunakan LMT

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

ANALISIS PERFORMANSI PENGIRIMAN SHORT MESSAGE SERVICE UNTUK PELANGGAN PRABAYAR PADA JARINGAN CDMA DI PT TELKOM FLEXI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisnis telekomunikasi yang ada di Indonesia mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga saat ini semakin meningkat, terutama pada jaringan internet

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perluasan coverage atau jangkauan dari suatu operator seluler dapat

BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

Mengenal SMS (Short Message Service)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II ADAPTIVE MULTI-RATE (AMR)

BAB III SISTEM AMR (AUTOMATIC METER READING)

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISA MESSAGE ISUP TRUNK INTERKONEKSI INDOSAT-TELKOM PASKA MIGRASI GATEWAY INTERKONEKSI PSTN TELKOM SEMARANG

STORED PROGRAM CONTROL (SPC) EXCHANGE

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu manusia menciptakan bermacam-macam alat untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN DISAIN

ANALISIS MEKANISME REHOMING DAN REPARENTING PADA JARINGAN KOMUNIKASI SELULER GSM

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, lahan parkir menjadi kebutuhan utama pengguna kendaraan,

EVALUASI TATA KELOLA CALL CENTER DENGAN KERANGKA COBIT UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Di PT Astra Graphia Tbk)

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. melewatkan suara atau video melalui jaringan IP. Semenjak keberhasilan transfer

I. PENDAHULUAN. kepemilikan. Kebutuhan adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar dan

B AB 1 PENDAHULUAN. pegawai negeri sipil, data-data transaksi, beserta dokumen-dokumen peserta

pengumpulan, pengolahan, penyimpanan hingga penemuan kembali data serta mampu memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan

Kebutuhan atas penggunaan bersama resources yang ada dalam jaringan baik. tingginya tingkat kebutuhan dan semakin banyaknya pengguna jaringan yang

MANAJEMEN JARINGAN GONEWAJE

BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi. diharapkan akan diikuti semakin tingginya jumlah trafik.

EVALUASI TATA KELOLA CALL CENTER DENGAN KERANGKA COBIT UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Di PT Astra Graphia Tbk)

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT.

Transkripsi:

34 BAB IV ANALISA PERFORMANSI MSS STAND ALONE DAN MSC IN POOL 4.1. Analisa Sistem Tujuan dari analisa ini adalah sebagai peningkatan kualitas dari layanan Voice khususnya di jaringan Indosat agar dapat mencapai KPI ( Key Performance Indikator ) yang telah ditentukan. Analisa merupakan tahapan penting dalam sebuah perancangan sistem. Analisa disini maksudnya adalah mengamati perilaku sistem yang akan dibangun agar dapat mencapai indikator yang lebih baik dari penggunaan sistem sebelumnya, dalam hal ini adalah penggunaan perangkat MSC/MSS yang tergabung didalam konfigurasi MSC IN POOL dijaringan Indosat. 4.2. MSS STAND ALONE 4.2.1 Kondisi Awal Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah pelanggan dari waktu kewaktu, meuntut PT. Indosat, Tbk untuk selalu menambah kapasitas VLR di MSC nya. Sedangkan peningkatan jumlah pelanggan yang cukup signifikan pada suatu MSC akan berpengaruh hususnya pada kondisi: 1. VLR Utilisai Dengan semakin tingginya VLR utilisasi pada sebuah MSC secara otomaris akan berdampak pula dengn meningkatnya CP Load di MSC tersebut. 2. CP Load MSC CP LOAD ( Central Processor Load ) merupakan Prosessor Utama di dalam SC dan MSS yang sangat menentukan avilibiltas sebuah MSC dan MSS. Untuk meningkatkan kualitas jaringan dan pencapaian jumlah pelanggan yang maksimal, maka pada sekitar pertengahan tahun 2005, Indosat mulai menimplementasikan perangkat MSS yang secara perlahan akan menggantikan perangkat MSC di jaringan Indosat. MSS ini mempunyai 34

35 kapasitas VLR hingga mencapai 1.200.000 pelanggan, sedangkan MSC hanya mempunyai kapasitas VLR hingga 500.000 pelanggan. Gambar 4.1. Grafik Kapasitas VLR in MSS vs Subscribers Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan pelanggan, mengakibatkan kapasitas VLR di MSC-MSC menjadi penuh terutama pada jam sibuk. Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa peningkatan jumlah pelanggan yang ter Attach meningkat secara signifikan di MSC-MSC tersebut, bahkan peningkatan jumlah pelanggan disuatu MSC ( MJK08 ) mencapai hingga 95,73%.

36 Gambar 4.2. Grafik Kapasitas VLR in MSC vs Subscribers Peningkatan jumlah pelanggan dalam suatu MSC, akan secara otomatis membuat CP Load dari MSC tersebut menjadi tinggi, yang secara langsung pula akan berdampak pada terjadinya bloking service ke pelanggan. CPLOAD adalah merupkan Processor Utama didalam MSC yang memproses semua kegiatan didalam suatu MSC dimana salah satu fungsinya adalah untuk memproses semua kegiatan yang berhubungan dengan Call Processing dan tingkat utilisasi CP LOAD salah satunya dipengaruhi oleh besarnya jumlah pelanggan yang melakukan aktivitas di MSC tersebut. Sesuai dengan rekomendasi dari Vendor terkait dalam hal ini Ericsson sebagai salah satu Vendor MSC, merekomendasikan CP Load dalam suatu MSC harus tidak boleh melebihi 80% utilisasi dari CP Load MSC, karena apabila CP load sudah mencapai 80% akan secara otomatis MSC akan memberlakukan Call Service Limitation untuk menghindari terjadinya MSC RESTART

37 Gambar 4.3. Grafik CPLOAD vs CALL REJECTION Dari potert gambar 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa pada MJK06 dan MJK08 CP LOAD menembus angka 80 % dan Call Rejection yang terjadi khususnya pada MJK08 samapai dengan rata-rata 5000 call. Berdasarkan dengan gambar 4.3 diatas pula dapa di simpulkan bahwa semakin tingginya CP LOAD di masing-masing MSC akan berdampak pada semakin besar pula CALL REJECTION yang terjadi di dalam MSC tersebut yang pada akhirnya akan mengurangi tingakat service ke pelanggan dan juga akan mengurangi pendapatan bagi Indosat. 4.2.2 Implementasi MSS Diawal implementasi MSS, Indosat langsung membangun 9 perangkat MSS di daerah DKI Jakarta terutama untuk melayani daerah Inner city Jakarta. terlihat jelas bahwa MSS mempunyai kapasitas VLR yang lebih besar dibandingkan MSC monilitik. Kapasitas terpasang dari MSS hingga mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan kapasitas MSC monolitik. Dengan kondisi seperti ini diharapkan dapat melayani jumlah subscriber yang lebih banyak sesuai dengan pertumbuhan pelanggan Indosat. Gambar 4.4 menunjukan Kapasitas VLR pada

38 MSS berbanding dengan jumlah subscriber di awal implementasi MSS dengan persentase rata-rata uitilasi kapasitas VLR adalah 21% sampai dengan 27%. Gambar 4.4. Grafik Kapasitas VLR in MSS vs Subscribers 4.2.3 Migrasi ke MSS Pembangunan sebanyak 9 perangkat MSS di Jakarta adalah juga merupakan salah satu bagian dari proses migrasi yang akan dilakukan guna mengurangi CPLOAD yang tinggi yang terjadi pada perangkat MSC. Dengan melihat kondisi kapasitas MSS yang cukup besar serta dengan memperhatikan kondisi CPLOAD yang sangat rendah, secara bertahap Indosat memigrasikan pelanggannnya dari MSC ke MSS. Gambar 4.5 dibawah ini menunjukkan tingkat kapasitas VLR terpasang dan jumlah subscriber pada masing-masing MSS setelah dilakukannya proses migrasi, dimana utilisasi VLR rata-rata di setiap MSS adalah berkisar antara 40% samapi dengan 60%.

39 4.5. Grafik Kapasitas VLR in MSS vs Subscribers Gambar 4.6 menunjukkan grafik CP LOAD sampai dengan berakhirnya proses migrasi dari MSC ke MSS dan ditambah dengan pertambahan pelanggan yang aktif di MSS tersebut, kondisi CPLOAD tertinggi yang terjadi hanya mencapai 40% pada MJK13, dan CALL REJECTED yang terjadi pun sangat kecil dan boleh dikatakan tidak ada yang disebabkan oleh CPLOAD yang tinggi akibat penuhnya VLR CAPACITY di MSS. Gambar 4.6. Grafik CPLOAD vs CALL REJECTION

40 4.3 MSC IN POOL 4.3.1 Kondisi Awal Sebagai solusi untuk peningkatan kapasitas maka Indosat membangun MSS sebagai solusinya. Kemudian Indosat terus membangun MSS sebagai pengganti MSC sehingga sampai dengan saat ini Indosat mempunyai kurang lebih 24 MSS di wilayah Jakarta. Dengan Kondisi 24 MSS ini yang mempunyai kapasitas yang besar hingga 1,2 juta VLR Capacity per MSS nya sudah boleh dikatakan bahwa Indosat mempunyai kapasitas yang besar untuk melayani pelanggannya. Dan untuk meningkatkan terus layanan ke pelanggan, Indosat menerapkan konfigurasi baru sebagai konfigurasi lanjutan yang disebut dengan MSC IN POOL. 4.3.2 MSC IN POOL MSC IN POOL adalah merupakan salah satu solusi yang cukup baik sekali guna memaksimalkan kapasitas, availibilitas serta meningkatkan efisiensi bagi Indosat. Seperti kita ketahui bersama bahwa dengan tingginya tingkat mobilitas pelanggan dan semakin tinggi pula tuntutan pelanggannya dalam melakukan aktivitas di jaringan Indosat. Untuk itulah Indosat menerapkan MSC IN POOL. 4.3.2.1 Area MSC IN POOL Area yang dimplementasikan MSC IN POOL oleh Indosat adalah wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Area ini dipilih karena merupakan kombinasi antara wilayah perkantoran dan wilayah tempat tinggal. Dimana pada jam kantor untuk wilayah Jakarta Pusat dan sebagian wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Barat akan mengambil porsi terbesar dalam pemenuhan kapasitas MSS. Sedangkan setelah jam kantor berakhir, wilayah sebagian wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Barat akan mengambil porsi terbesar dalam pemenuhan kapasitas MSS. Adapaun daerah layanan MSS masing masing adalah sebagai berikut:

41 MJK21 melayani sebagian daerah Jakarta Pusat, yaitu Sudirman Area, Thamrin Area. MJK19 melayani sebagian daerah Jakarta Barat, yaitu Daan Mogot, Kedoya, Meruya dan Kebon Jeruk. MJK15 melayani sebagian daerah Jakarta Timur, yaitu Percetakan Negara, Rawamangun dan Jati Negara. Gambar 4.7. Konfigurasi MSC IN POOL 4.3.2.2 Penerapan MSC IN POOL Dalam penerapan MSC IN POOL, faktor utama yang harus diperhatikan adalah : Jumlah Kapasitas VLR Jumlah rata-rata Subscriber Registered di VLR Tingakat CP LOAD rata-rata

42 Kapasitas VLR Kapasitas terpasang VLR didalam MSS harus sangat diperhatikan dalam penerapan MSC IN POOL ini, karena pada MSC IN POOL suscriber yang masuk kedalam POOL AREA akan didistribusikan secara merata ke MSS- MSS yang termasuk dalam AREA POOL tersebut. Kapasitas masing-masing MSS adalah 1,2 juta VLR terpasang. Subscriber Registered di VLR Berikut perbandingan distribusi suscriber di ketiga MSS tersebut ( MJK21, MJK19, MJK15 ) sebelum dan sesudah di terapkannya MSC IN POOL Gambar 4.8. Grafik Subscriber Registered Statistic Sebelum penerapa MSC IN POOL Pada gambar 4.8 menunjukkan distribusi jumlah subscriber registered di MJK15, MJK19, MJK21 sebelum di jadika sebagai MSC IN POOL. Pada rentan waktu yang sama terlihat jelas bahwa jumlah subscriber yang teregistered di ketiga MSS tersebut tidak merata sesuai dengan daerah yang cover oleh ketiga MSS tersebut, dimana di MJK 15 menempati jumlah terendah yaitu berkisar antara rata-rata 234 ribu sampai dengan 248 ribu subscriber, MJK19 dengan

43 jumlah subscriber rata-rata berkisar anatara 396 ribu samapai dengan 457 ribu subscriber dan MJK21 menempati tempat teratas yaitu dengan antara rata-rata 586 ribu sampai dengan 651 ribu subscriber. Gambar 4.9. Grafik Subscriber Registered Statistic Setelah penerapan MSC IN POOL Pada gambar 4.9 menunjukkan distribusi jumlah subscriber registered di MJK15, MJK19, MJK21 setelah pada ketiga MSS tersebut diterapkan MSC IN POOL. Terlihat pendistribusian subscriber yang teregistered di ketiga MSS tersebut boleh dikatakan hampir merata. Dari dua gambar grafik diatas ( Gambar 4.8 dan Gambar 4.9 ) dapat kita lihat perbandingan dan perbedaan dalam pendistribusian Subscriber Registered di masing-masing VLR di dalam masing-masing MSS. Didalam Area MSC IN POOL, Subscriber yang masuk di dalam Area Pool akan didistribusikan hampir secara merata ke MSS-MSS yang ada didalam Area MSC IN POOL tersebut.

44 CP LOAD CP LOAD merupakan salah satu hal yang sangat penting yang harus dijaga tingkat kenaikannya. Seperti telah disebutkan diatas, CPLOAD adalah merupkan Processor Utama didalam MSC yang memproses semua kegiatan didalam suatu MSC dimana salah satu fungsinya adalah untuk memproses semua kegiatan yang berhubungan dengan Call Processing dan tingkat utilisasi CP LOAD salah satunya dipengaruhi oleh besarnya jumlah pelanggan yang melakukan aktivitas di MSC tersebut. Dengan semakin sering tingkat CP LOAD yang tinggi maka akan berdampak pada: Call limitation System restart ( Availibilitas Perangkat) Memperpendek life time MSS ( Jangka Panjang ) Adapun faktor utama yang membuat tingkat CP LOAD MSS menjadi naik adalah: Subscriber yang aktif di MSS tersebut. Tingkat Transaksi Signalling yang tinggi Kegiatan Maintenance yang dilakukan oleh system sendiri atau pun yang dilakukan oleh operator MSS. 4.3.2.3 Keunggulan Dan Keuntungan MSC IN POOL Setelah diterapkannya MSC IN POOL, banyak sekali keuntungan yang didapat yaitu: Utilisasi Kapasitas VLR yang merata antar sesama MSS di dalam MSC IN POOL Pada gambar 4.10 terlihat kondisi pemerataan distribusi Subscriber pada setiap MSS yang termasuk dalam MSC IN POOL tersebut dimana pendistribusaian akan disesuaikan secara otamatis oleh MSS-MSS tersebut ke MSS Neighbouring nya yang masih lowong dalam hal menampung Subscriber. Adapun otomatisasi tersebut dilakukan dengan mengaktifkan parameter system di dalam MSS tersebut. Selisih jumlah Subscriber yang teregistered di keti MSS tersebut hanya berkisar antar 5 Ribu sampai dengan 10 Ribu Subscriber.

45 Gambar 4.10. Grafik Subscriber Registered Statistic Tingkat CP LOAD yang merata pada jam yang sama Dengan pendistribusian subscriber yang merata di setiap MSS didalam MSC IN POOL, akan berdampak pula dengan pemerataan tingkat kenaikan CP LOAD di masing-masing MSS di dalam MSC IN POOL. Pada gambar 4.11 menunjukkan pemerataan CP LOAD di ketiga MSS yang dijadikan MSC IN POOL. Selain itu CP LOAD tertinggi hanya mencapai angka 51%. Tingkat CP LOAD ini masih dibawah KPI CP LOAD yaitu maksimum 80%.

46 Gambar 4.11. Grafik CP LOAD Statistic Tingkat Availibilitas dan Redudancy yang handal Dalam meningkatkan kemampuan perangkat, secara berkala diadakan peningkatan atau renewing software didalam MSS-MSS tersebut yang kadangkala menyebakan MSS tersebut Down. Apabila MSS tersebut DOWN maka secara otoamtis MSS tersebut tidak dapat melayani kegiatan Subscriber yang teregister di MSS tersebut. Namun dengan MSC IN POOL, aktifitas subscriber yang sedang teregister di MSS yang sedang DOWN tidak akan terganggu, karena secara otomatis akan dihandle oleh MSS neighbouringnya di dalam area MSC IN POOL tersebut.