Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro (Influence of using Urea in pod cacao amoniation for dry matter and organic digestibility by in-vitro) oleh: Afrijon 1) 1) Akademi Pertanian Sumatera Barat ABSTRACT The aim of this research is to find the best dry matter and organic digestibility of pod cacao amoniation which used urea.there were 4 treatments and 4 replications, with Completely Randomized Design, by treatmens as follow: A) amoniation withaout urea (0%), B) amoniation used urea 3%, C) amoniation used urea 6%, D) amoniation used urea 9%. There were two variables in this experiment : dry matter and organic digestibility of pod cacao in-vitro. The best result of using urea in amoniation was in treatment C, amoniation pod cacao which used urea 6%. Key words: in-vitro, organic digestibility, dry materials, pod cacao PENDAHULUAN Pakan ternak adalah salah satu faktor penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu usaha peternakan karena dalam usaha peternakan biaya pakan mencapai 60% dari biaya produksi. Oleh karena itu setiap peternakan dituntut untuk memberikan ransum yang memenuhi kebutuhan ternak sesuai dengan tingkat produktivitasnya, namun dengan biaya yang dikeluarkan seekonomis mungkin (Siregar, 1994). Suatu sifat yang menonjol dari ternak ruminansia adalah bahwa untuk mempertahankan hidupnya, tidaklah harus bersaing dengan kebutuhan pangan manusia. Pemanfaatan kulit buah coklat (pod cacao) sebagai pakan ternak belum mema-syarakat, karena rendahnya nilai gizi terutama protein dan rendahnya kecernaan akibat tingginya lignin yang berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa pada serat kasar dalam bentuk lignohemiselulosa yang sukar dicerna oleh mikroba rumen. Untuk meningkatkan pemanfaatan dan nilai gizi kulit buah coklat, perlu dilakukan pengolahan terhadap kulit buah coklat sebelum diberikan pada ternak ruminansia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah amoniasi urea. Amoniasi urea dapat merenggangkan ikatan lingoselulosa dan lingohemiselulosa sehingga kecernaannya meningkat (Komar, 1984). Pemakaian dosis urea dalam kulit buah coklat amoniasi sejauh ini belum banyak diketahui dan pada dosis berapa pemakaiannya dapat memberikan hasil yang terbaik dalam meningkatkan kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik secara in - vitro. Pengaruh Pemakaian 1
Dari hasil penelitian diharapkan dapat menyumbangkan informasi dalam upaya menambah keaneka ragaman bahan makanan ternak, disamping itu untuk memasyarakatkan penggunaan limbah perkebunan coklat, guna menunjang kebutuhan pakan ternak. METODE PENELITIAN Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah coklat, urea, kotoran ayam, cairan rumen sebagai sumber mikroorganisme perombak dan larutan McDougall. Peralatan. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan terdiri dari botol untuk amoniasi, timbangan, kantong plastik, lemari inkubator, termometer, oven, shaker waterbath untuk invitro dan seperangkat peralatan laboratorium untuk analisa Van Soest dan Proksimat. Penelitian ini merupakan eksperimen dan rancangan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 kali ulangan, dengan perlakuan: a. Kulit Buah Coklat diperlakukan sebagai Kontrol b. Kulit Buah Coklat diamonisi dengan urea dosis 3% c. Kulit Buah Coklat diamonisi dengan urea dosis 6% d. Kulit Buah Coklat diamonisi dengan urea dosis 9% Menurut Kamaruddin (1984) Model matematika dari RAL ini adalah : Y ij = µ + τ i + ε ij Keterangan : Y ij = Nilai pengamatan M = Nilai Tengah τ i = Pengaruh aditif perlakuan ke 1 ε = Catatan percobaan dari perlakuan ke i pada pengamatan ke j i = Jumlah perlakuan j = Jumlah ulangan Analisa Data Untuk menguji adanya pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jika analisisi ragam menghasilkan informasi yang signifikan, dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Test (DMRT). Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium Dasar Kopertis Wilayah X Padang dari tanggal 5 Januari sampai dengan 5 Maret 2009. Peubah yang Diukur 1. Kecernaan Bahan Kering (BK) (Berat sampel x BK) (Berat residu x Berat blanko x BK) BK= Berat Sampel x Bahan Kering 2. Kecernaan bahan Organik (BO) BO= (Berat sampel x BO) x 100% (Berat residu x Berat blanko x BO) x 100% Berat Sampel x Bahan organik Pengaruh Pemakaian 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Kecernaan Bahan Kering Rataan kecernaan bahan kering Kulit Buah Coklat (KBC) amoniasi secara in-vitro untuk masing-masing perlakuan di tampilkan pada tabel 1. Dari analisis ragam menunjukkan bahwa peningkatan dosis urea memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P < 0,01) terhadap kecernaan bahan kering KBC amoniasi. Untuk mengetahui berbagai pengaruh perlakuan (amoniasi dengan urea dengan perbedaan dosis urea) dilakukan uji lanjut DMRT. Tabel 1. Rataan kecernaan Bahan Kering KBC secara in vitro dari masing- masing perlakuan selama penelitian. Perlakuan Kecernaan Bahan Kering (%) A B C D 40,017 a 51,392 b 52,807 bc 54,492 bc Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P < 0,05) Dari hasil uji lanjut DMRT terlihat bahwa pada perlakuan A (kontrol) berbeda sangat nyata (P < 0,01) dengan perlakuan B, C, dan D. rendahnya kecernaan bahan kering pada perlakuan A (kontrol) disebabkan karena kandungan dinding sel seperti NDF (59,09%) dan Lignin (15,28%), di dalam KBC amoniasi masih terlalu tinggi mengakibatkan susah dicerna oleh enzim mikroba rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Maynarel et. Al (1969) yang menyatakan bahwa komponen dinding sel yang terdiri dari NDF, ADF, lignin dan silika merupakan faktor pembatas degradasi zat-zat makanan terutama bahan kering, bahan organik dan protein kasar dalam bahan makanan. Perlakuan B berbeda tidak nyata (P > 0,05) dengan perlakuan C,dan D. sedangkan perlakuan C juga berbeda tidak nyata (P > 0,05) dengan perlakuan D. berbeda tidak nyatanya pada perlakuan ini disebabkan karena kandungan NDF tidak terlalu besar perbedaannya. Pada perlakuan B berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan perlakuan D, hal ini disebabkan karena semakin rendah komponen dinding sel dan semakin menurunnya komponen isi sel, perlakuan B lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan D. sesuai dengan pendapat Sutardi (1980) menyatakan bahwa kandungan lignin dan silika menentukan tingkat kecernaan zat makanan dalam makanan. Kecernaan Bahan Organik Rataan kecernaan bahan organik Kulit Buah Coklat (KBC) amoniasi secara in vitro untuk masing-masing perlakuan ditampilkan pada tabel 2. Dari data tersebut bahwa kecernaan Bahan organik pada penelitian ini terjadi peningkatan seiring dengan peningkatan pada kecernaan bahan kering. Pemberian dosis urea yang semakin tinggi mempengaruhi aktivitas alkali (NH 4 OH) semakin kuat dalam Pengaruh Pemakaian 3
Tabel 2. Rataan kecernaan Bahan Organik Kulit Buah Coklat secara in vitro dari masingmasing perlakuan selama penelitian. Perlakuan Kecernaan Bahan Organik (%) A B C D 46,377 a 56,660 b 60,857 bc 63,555 bc Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P < 0,05) menghidrolisis komponen lignoselulosa dan lignohemiselulosa sehingga mempermudah enzim mikroba rumen untuk mencerna Kulit Buah Coklat. Dari analisis sidik ragam diperoleh bahwa peningkatan dosis urea memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P < 0,01) terhadap kecernaan bahan organik Kulit Buah Coklat sehingga meningkatkan kecernaannya. Untuk mengetahui berbagai pengaruh perlakuan (amoniasi) dengan urea dengan perbedaan dosis urea) dilakukan uji lanjut DMRT. Dari hasil uji lanjut DMRT terlihat bahwa pada perlakuan A (kontrol) berbeda sangat nyata (P < 0,01) dengan perlakuan B, C dan D. Perlakuan B berbeda tidak nyata (P > 0,05) dengan perlakuan C. Sedangkan perlakuan C juga berbeda tidak nyata (P > 0,05) dengan perlakuan D. hal ini disebabkan karena kecernaan bahan kering juga rendah. Untuk mengetahui dosis optimal amoniasi Peningkatan kecernaan bahan organik seiring dengan peningkatan kecernaan bahan kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1980) bahwa kecernaan bahan organik erat kaitannya dengan kecernaan bahan kering, karena sebagian besar komponen bahan kering adalah bahan organik. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Darwis (1990) meningkat sebab kecernaan bahan kering berbanding lurus dengan kecernaan bahan organik. Rendahnya kecernaan bahan organik pada perlakuan A (kontrol) disebabkan tingginya kandungan lignin dan silika. Anggrodi (1994) menyatakan bahwa serat kasar merupakan faktor yang mempengaruhi kecernaan. Semakin tinggi kandungan serat kasar terutama lignin dan silika berkorelasi negatif dengan kecernaan zatzat makanan (Komar, 1984). KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian dosis urea yang terbaik dalam mengetahui kecernaan bahan kering dan bahan organik Kulit Buah Coklat amoniasi adalah 6% BK Bahan. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1994. Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta Darwis, A. 1990. Produksi enzim sellulase dan biomasa untuk pakan ternak dan biokonversi coklat oleh Trichorderma viridae. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi Pengaruh Pemakaian 4
Jur. Embrio (4) (1) (1-5) 2011 Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan ternak Yayasan Dian Grahita, Jakarta. Maynard, L.A and J.K Loosly. 1969. Animal Nutrition 6 th.ed McGraw Hill Publish. Co, Inc. Printed Hall Company Toronto, London Bahan Makanan Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolisme oleh Mikroba Rumen. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Siregar, S.D. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT Penebar Swadaya. Jakarta Sutardi T. N. A. Sigit dan T. Toharman. 1983. Standarisasi Mutu Protein Pengaruh Pemakaian. 5