BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di zaman sekarang, perkembangan ilmu dan teknologi pada setiap bidang

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T C tentang Tata Cara

BAB III LANDASAN TEORI. beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50%

BAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Asroni (2010), secara sederhana beton dibentuk oleh pengerasan

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

KUAT TARIK LENTUR BETON GEOPOLYMER BERBASIS ABU TERBANG (FLY ASH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan yaitu Studi Kekuatan Kolom Beton Menggunakan Baja Profil Siku

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. Mutu Beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003) d. Susunan butiran agregat yang dipakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

PENGARUH PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) DARI PLTU II SULAWESI UTARA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia konstruksi modern saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB I PENDAHULUAN. faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisi (filler)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. selebihnya pasir dan kerikil (Wuryati dan Candra, 2001). Karakteristik beton

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN ALWA MUTU RENCANA f c = 35 MPa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN ABU TERBANG (FLY ASH) TERHADAP KUAT TARIK BELAH BETON

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) DALAM BETON MUTU TINGGI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

PENGARUH PENAMBAHAN GLENIUM ACE 8590 DAN FLY ASH TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON RINGAN DENGAN AGREGAT KASAR BATU APUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini, para insinyur dituntut untuk memberikan inovasi-inovasi baru agar bisa

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON

PENGARUH KOMPOSISI GLENIUM ACE 8590 TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON MUTU TINGGI BERBASIS FLY ASH DAN FILLER PASIR KUARSA

BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE)

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

APLIKASI BETON RAMAH LINGKUNGAN

PENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KINERJA BETON HVFA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

Jurnal Spektran Vol.4, No.2, Juli 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan seperti kekuatan tarik dan sifat daktilitas yang relatif rendah.

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Glenium ACE %, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20%,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton merupakan hasil pencampuran portland cement, air, dan agregat. Terkadang ditambah menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu, mulai dari bahan kimia tambahan, fiber, sampai bahan buangan non kimia. Sifat-sifat beton pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya. Berdasarkan SNI-03-2847-2002 definisi beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f c) pada usia 28 hari. 2.2. Bahan Tambah Menurut Tjokrodimuljo (1996) bahan tambah adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan yang ditambahkan kedalam adukan beton, bertujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. Menurut Mulyono (2004) bahan tambah dalam beton dapat dibedakan menjadi dua, seperti dijelaskan dibawah ini. 2.2.1. Bahan Tambah Mineral (Additive) Pemberian bahan tambah ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja beton. Contoh bahan tambah mineral adalah abu terbang batu bara (Fly Ash), slag dan silica fume. 6

7 2.2.2. Bahan Tambah Kimia (Chemical Admixture) Bahan tambah kimia atau yang biasa disebut superplasticizer merupakan bahan tambah yang digunakan dalam campuran beton bertujuan mengubah beberapa sifat beton seperti kekuatan beton, kemudahan pengerjaan adukan beton, keawetan beton, serta kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi kebutuhan teknologi konstruksi modern. Adapun macam-macam bahan tambah kimia menurut ASTM C494-82 adalah seperti dibawah ini. a. Tipe A (water reducing admixtures) Water reducing admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. b. Tipe B (retarding admixture) Retarding admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton. Misalnya karena kondisi cuaca panas dimana tingkat kehilangan sifat pengerjaan beton sangat tinggi. c. Tipe C (accelering admixture) Accelering admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. d. Tipe D (water reducing and retarding admixture) Water reducing and retarding admixture adalah bahan tambah yang berfungsi ganda, yaitu mengurangi jumlah air yang diperlukan campuran beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal.

8 e. Tipe E (water reducing and acceleratiing admixtures) Water reducing and acceleratiing admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda, yaitu mengurangi jumlah air untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan mempercepat pengikatan awal. f. Tipe F (water reducing high range admixtures) Water reducing high range admixtures adalah bahan tambah berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih. Pengurangan kadar air dalam bahan ini lebih tinggi, bertujuan agar kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi dengan air yang sedikit tetapi tingkat kemudahan pengerjaannya lebih tinggi. Jenis bahan tambah ini adalah superplasticizer, dosis yang disarankan adalah sekitar 1-2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya kuat tekan beton. g. Tipe G (water reducing high range retarding admixtures) Water reducing high range retarding admixtures adalah bahan tambah berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang digunakan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton. Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer dengan penunda waktu pengikatan.

9 2.3. Fly Ash Abu terbang (Fly Ash) diperoleh dari hasil residu PLTU. Material ini berupa butiran halus ringan, bundar, tidak porous, mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik, yaitu dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen saat proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada temperatur normal dengan adanya air. Fly Ash dapat dibedakan menjadi 3 jenis (ACI Manual of Concrete Practice 1993 Part 1 226.3R-3). 2.3.1. Fly Ash Kelas C Fly Ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara (batubara muda). a. Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%. b. Kadar CaO mencapai 10%. Dalam campuran beton digunakan sebanyak 15% - 35% dari berat binder. 2.3.2. Fly Ash Kelas F Fly Ash yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen batubara. a. Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%. b. Kadar CaO < 5%. Dalam campuran beton digunakan sebanyak 15% - 25% dari berat binder. 2.3.3. Fly Ash Kelas N Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff dan abu vulkanik, yang mana biasa

10 diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran. Selain itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik. 2.4. Balok Menurut Pangestuti,dkk. (2006) balok merupakan batang struktural yang dirancang untuk menahan beban-beban yang bekerja dalam arah tegak lurus terhadap sumbunya. Beban tersebut akan menyebabkan balok melentur sehingga akan terbentuk sejumlah gaya-gaya dalam. Gaya-gaya yang bekerja pada balok meliputi gaya desak dan gaya tarik baja. Balok harus dirancang agar mengalami keruntuhan tarik, yaitu keadaan dimana terjadi leleh pada tulangan tarik sebelum terjadi kehancuran beton karena tekan. Berdasarkan jenis keruntuhan, balok dapat dikelompokan menjadi 1. Penampang Balanced Tulangan tarik mengalami leleh tepat pada saat beton juga mengalami regangan maksimumnya. 2. Penampang Over-Reinforced Kondisi dimana terjadi keruntuhan pada beton karena tekan sebelum terjadi leleh pada tulangan tarik. Sifat keruntuhan ini terjadi sangat mendadak tanpa ada peringatan (seperti balok melendut atau retak) terlebih dahulu. Keadaan seperti ini sangat membahayakan penghuni bangunan tersebut. 3. Penampang Under-Reinforced Kondisi keruntuhan dimana tulangan tarik mengalami leleh terlebih dahulu dibandingkan beton. Keadaan seperti ini menyebabkan beton mengalami

11 lentur terlebih dahulu yang ditandai dengan retak-retak lentur pada penampang beton sebelum beton tersebut mengalami keruntuhan. 2.5. Keruntuhan Lentur pada Balok Tegangan lentur merupakan hasil dari momen lentur. Momen lentur terjadi akibat bentang balok menahan beban yang sedang bekerja. Beban yang bekerja pada balok dapat mengakibatkan kondisi tekan dan tarik sehingga balok disebut juga sebagai elemen struktur yang mengalami dua kondisi. Balok yang mengalami keruntuhan lentur akan ditandai dengan munculnya retak retak halus pada daerah tengah balok. Daerah balok yang mengalami keruntuhan lentur, retak terutama terjadi pada sepertiga tengah bentang, dan dan arah retak lentur tegak lurus terhadap arah tegangan utama. Retak retak ini diakibatkan oleh tegangan geser (v) yang sangat kecil dan tegangan lentur (f) yang sangat dominan di mana besarnya hampir mendekati tegangan utama horizontal ft (max). Keadaan runtuh lentur yang seperti ini menyebabkan beberapa retak halus dengan vertikal terjadi di daerah tengah bentang sekitar 50% dari yang diakibatkan oleh beban runtuh lentur (Nawy, 1990). Retakan ini terjadi karena beban bertambah besar sehingga tegangan tarik beton melampui kekuatan tarik beton dan timbul retakan-retakan dibagian yang tertarik (Vis dan Gideon, 1993). Menurut Nawy (1990) tegangan lentur hampir selalu menentukan dimensi geometris penampang beton bertulang. Proses desain yang mencakup pemilihan dan analisis penampang biasanya dimulai dengan pemenuhan persyaratan terhadap

12 lentur, kecuali untuk komponen struktur yang khusus seperti pondasi. Setelah itu faktor lain seperti kapasitas geser, defleksi, retak dan panjang penyaluran tulangan dianalisis sampai memenuhi persyaratan. 2.6. Beberapa Penelitian Mengenai Topik Penulisan Studi Pengaruh Komposisi Glenium ACE 8590 dengan Fly Ash dan Filler Pasir Kuarsa Terhadap Sifat Mekanik Beton Mutu Tinggi (Setiawan, 2015) menunjukkan beberapa kesimpulan mengenai penggunaan Glenium ACE 8590 dengan kadar 0%, 0,5%, 1%, dan 1,5% dari berat semennya dan Fly Ash 10% dari berat semen. Dari hasil percobaan tersebut, kuat tekan yang didapat pada usia 28 hari adalah 32,3716 MPa, 43,4607 MPa, 45,7856 MPa, dan 50,9017 MPa. Kuat tarik belah yang didapat 2,9427 MPa, 4,2457 MPa, 3,4805 MPa, dan 4,4461 MPa. Nilai modulus elastisitas beton rerata yang didapat 26168,753 MPa, 32567,053 MPa, 44080,386 MPa, dan 39133,358 MPa. Kadar optimum Glenium ACE 8590 untuk kuat tekan dan kuat tarik belah adalah 1,5%. Kadar optimum Glenium ACE 8590 untuk nilai modulus elastisitas tertinggi adalah 1%. Studi Pengaruh Komposisi Glenium ACE 8590 Terhadap Sifat Mekanik Beton (Nababan, 2015) menunjukkan kuat tekan pada penggunaan Glenium dengan kadar 0%, 0,25%, 0,5%, 0,75%, 1%, 1,25%, dan 1,5% pada umur 28 hari berturut-turut adalah 31,31 MPa, 9,0177 MPa, 8,7366 MPa, 8,3295 MPa, 16,8655 MPa, 19,7324 MPa, dan 44,7686 MPa. Untuk nilai kuat tarik belah beton pada umur 28 hari didapatkan 3,379 MPa, 2,6361 MPa, 2,4742 MPa, 2,2014 MPa, 2,56 MPa, 3,0716 MPa, dan 4,1255 MPa. Untuk nilai modulus elastisitas beton pada umur 28

13 hari didapatkan 21626 MPa, 8070,5 MPa, 7622,5 MPa, 5004 MPa, 10789 MPa, 16154,5 MPa, dan 29124,5 MPa. Kadar optimum Glenium ACE 8590 untuk nilai kuat tekan, kuat tarik belah, dan nilai modulus elastisitas tertinggi adalah 1,5%. Studi Pengaruh Kadar Abu Terbang sebagai Pengganti Sejumlah Semen pada Beton Alir Mutu Tinggi (Sebayang, 2010) menunjukkan bahwa pengujian kuat tekan beton dengan menggunakan kadar Fly Ash 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% pada umur 28 hari berturut-turut adalah 43,257 MPa, 38,060 MPa, 41,117 MPa, 41,882 MPa, 41,117 MPa dan 38,519 MPa. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar optimum Fly Ash yang digunakan berkisar 9%. Studi Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam Beton Mutu Tinggi (Mardiono,2010) menunjukkan bahwa kuat tekan rata-rata beton dengan menggunakan superplasticizer Sika Viscocrete 10 dan Fly Ash dengan kadar 0%, 10%, 20%, 30%, 40% berturut-turut pada umur 28 hari adalah 40,85%, 41,57%, 41,28%, 35,57%, dan 33,91%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggantian semen dengan kadar Fly Ash 10% merupakan kadar optimum yang dapat dipakai untuk mencapai kuat tekan yang lebih tinggi. Studi Eksperimental Mengenai Pengaruh Penambahan Superplasticizer terhadap Kuat Lentur Beton Ringan ALWA dengan Mutu Rencana f c = 35 MPa (Vernando, 2013). Penelitian dilakukan dengan benda uji balok berukuran 150 mm x 150 mm x 600 mm dengan kadar superplasticizer 0 %, 1%, dan 2%. Penggunaan kadar superplasticizer 2 % mampu mencapai target kuat tekan rencana, f c = 35 MPa. Penambahan superplasticizer mampu memperbesar nilai slump pada beton,

14 sehingga mempermudah dalam pengadukan, namun penambahan superplasticizer juga mengakibatkan penurunan nilai modulus elastisitas lentur rata-rata beton. Studi Pengaruh Penggunaan Baja Profil Siku Terhadap Kuat Lentur Balok (Siahaan, 2014) menunjukkan penggunaan baja profil siku yang diaplikasikan pada balok dan diuji kuat lenturnya. Hasil pengujian beban maksimum BBTS1 76,4469 kn, BBTS2 75,4286 kn, dan BBTS3 66,5494 kn. Hasil analisis beban maksimum BBTS1 46,9640 kn, BBTS2 46,7340 kn, dan BBTS3 46,4433 kn. Beban retak pertama hasil pengujian terjadi pada BBTS1 2716,0750 kg, BBTS2 2405,2151 kg, dan BBTS3 1951,7260 kg. Beban retak pertama hasil analisis terjadi pada BBTS1 972,9414 kg, BBTS2 1033,4827 kg, dan BBTS3 1215,0958 kg. Beban luluh pertama hasil pengujian BBTS1 4194,0410 kg, BBTS2 7256,0459 kg, dan BBTS3 5703,5371 kg. Beban luluh pertama hasil analisis BBTS1 5615,1423 kg, BBTS2 5632,9356 kg, dan BBTS3 5697,6580 kg. Studi Perkuatan Balok Beton Bertulang dengan Fiber Glass Jacket pada Kondisi Lentur (Zebua, 2015) menunjukkan bahwa Balok yang diberi perkuatan Fiber Glass Jacket akan meningkatkan kuat lentur maksimalnya. Peningkatan untuk BBFG 4 sebesar 19,481% dan pada BBFG 5 sebesar 25,959%. Hasil pengujian beban maksimum BBN 28,248 kn, BBFG 4 35,083 kn, BBFG 5 38,152 kn, sedangkan hasil analisisnya BBN 23,238 kn, BBFG 4 27,984 kn, dan BBFG 5 28,262 kn.