Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Nawy (1990), air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran agar mudah pengerjaannya, pada umumnya air minum dapat dipakai untuk campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan-bahan kimia lain, bila dipakai untuk campuran beton akan sangat menurunkan kekuatannya dan juga dapat mengubah sifat semen. Selain itu sebagai akibat terjadinya penguapan air secara perlahanlahan dari campuran beton, akan timbul rongga-rongga pada beton keras yang dihasilkan. Menurut Nawy (1990), agregat merupakan komponen beton yang paling besar peranannya. Pada beton biasanya terdapat 60% sampai 80% volume agregat. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen dan rapat. Dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada di antara agregat berukuran besar. Ketika semen dan air dicampur, partikel-partikel semen cenderung berkumpul menjadi gumpalan yang dikenal sebagai gumpalan semen. Penggumpalan ini mencegah pencampuran antara semen dan air yang menghasilkan kehilangan kemampuan kerja (lost ofworkabillity) dari campuran beton sebagaimana hal tersebut mencegah campuran hidrasi yang sempurna. Ini berarti bahwa pengurangan kekuatan potensial penuh dari pasta semen akan ditingkatkan. Pada beberapa kejadian dalam 28 hari perawatan, hanya 50% kandungan semen telah terhidrasi (Smith dkk, 1989). Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai 75% dari volume massa yang telah mengeras. Sisanya terdiri dari adukan semen

2 yang telah mengeras, air yang belum bereaksi (yaitu air yang tidak ikut dalam proses hidrasi dari semen), dan rongga-rongga udara (Winter dkk, 1993). Material semen adalah matrial yang mempunyai sifat-sifat adhesif dan kohesif yang diperlukan untuk mengikat agregat-agregat menjadi suatu massa yang padat yang mempunyai kekuatan yang cukup. Semen Portland merupakan bubuk yang sangat halus, material berwarna abu-abu yang terutama terdiri dari kalsium dan aluminium silikat. Bahan mentah utama untuk membuat semen Portland adalah batu kapur yang mengandung Ca03, dan tanah liat atau endapan batuan yang terdiri dari Si02 dan AI2O3 (Winter dkk, 1993). Fungsi semen adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang kompak/padat. Semen hanya kira-kira 10% dari volume beton, karena semen merupakan bahan yang aktif maka perlu dipelajari maupun dikontrol secara ilmiah (Tjokrodimulyo, 1992). Admixture atau bahan tambah didefinisikan oleh Tjokrodimulyo (1996) sebagai mineral selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung. Lebih lanjut Ilham (2004) menjelaskan, bahan tambah merupakan suatu bahan selain bahan pokok beton yang ditambahkan kedalam adukan beton sebelum, segera atau selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah yang diberikan pada beton terdiri dari bahan tambah mineral (minerals admixture) dan bahan tambah kimia (chemical admixture). Penambahan superplasticizier pada beton mempunyai pengaruh dalam meningkatkan workabilitas beton sampai pada tingkat yang lebih besar. Bahan ini digolongkan sebagai sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadinya pemisahan yang tidak diinginkan, dan umumnya terjadi pada beton denganjumlah air yang besar. Alternatif lain, bahan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan beton, karena memungkinkan pengurangan jumlah air guna mempertahankan workabilitas sama ( Murdock dkk, 1999).

3 2.2 Pengaruh Superplasticizier Pengaruh Superplasticizier Terhadap Kuat Tekan Dalam penelitian Fitria dan Asna, (2003) memberikan keterangan mengenai adanya hubungan yang signifikan antara penambahan superplasticizier dan kuat desak (r = 0,722). Pada penambahan superplasticizier sampai pada dosis 1,2% kuat desaknya semakin meningkat dengan prosentase peningkatan sebesar 35,16%), kemudian mengalami penurunan kuat desak pada penambahan superplasticizier 1,4% sebesar 34,414%. Dari penelitian ini juga didapat kadar optimum pemakaian superplasticizier pada perencanaan campuran adukan beton mutu K-500 yaitu sebesar 1,219%. Fahmi dan Wahyu, (2004) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penambahan superplasticizier 0,5% dari berat semen dengan perawatan salama 7 hari, penambahan superplasticizier 0,5% dari berat semen dengan perawatan selama 14 hari selang-seling, dan penambahan superplasticizier 0,5 dan 1% dari berat semen tanpa perawatan. Hasil penelitian dengan penambahan SP 0,5% dengan perawatan selama 7 hari kekuatan desak betonnya lebih maksimal dibandingkan dengan perawatan selang-seling. Untuk variasi perawatan 7 hari, pada umur 28 hari penambahan kekuatannya rata-rata mencapai 25% dari beton normal. Untuk penambahan SP 1% lebih tinggi kuat tekannya dibandingkan dengan penambahan SP 0,5% karena pada umur 28 hari SP tersebut mengering sempurna sehingga kuat tekan yang dihasilkan bisa maksimal yaitu sebesar 45% dari kuat tekan beton normal Pengaruh Superplasticizier terhadap workabilitas Dengan penambahan superplasticizier antara 0,9% sampai 1,14% dari berat semen berpengaruh pada peningkatan slump antara mm dan dapat meningkatkan workabilitas (Richard dkk, 1996). Menurut Murdock dan Brook, 1991 bahwa penambahan superplasticizier pada beton mempunyai pengaruh dalam meningkatkan workabilitas beton sampai pada tingkat yang lebih tinggi. Bahan ini digolongkan sebagai sarana untuk menghasilkan beton "mengalir" tanpa terjadinya pemisahan agregat (segregasi) dan umumnya terjadi pada beton dengan

4 jumlah air yang besar. Alternatif lain bahan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan beton, karena memungkinkan pengurangan jumlah air guna mempertahankan workabilitas yang sama. Penambahan superplasticizer tanpa disertai pengurangan air, hanya akan menambah workabilitas, hal ini terjadi pada variasi N20-20SP dan N25-20SP. Namun untuk variasi dengan pengurangan air disamping workabilitas meningkat juga disertai peningkatan kekuatan. Variasi optimum terjai pada N20-20SP dan N25-20SP dengan dosis superplasticizer 2,1% sampai 2,35% dari berat semen. (Drio dan Nurhadi, 2005). Menurut Ilham dkk, (2003) secara umum, pengaruh pemberian superplasticizer terhadap beton segar sangat baik, bleeding dan segregation dapat dikatakan tidak terjadi, walaupun ada relatif kecil dan boleh diabaikan. Workabillity beton segar menunjukkan tingkat konsistensi adukan beton. Indikator workabillity dalam penelitian ini digunakan nilai slump yang dilakukan dengan uji slump Hubungan kuat geser dan kuat desak Tujuan dari uji geser pada penelitian ini adalah untuk mengetahui kuat geser langsung beton, sampai saat ini belum ada pedoman pengujian yang baku untuk pengujian kuat geser. Metode pengujian geser langsung yang dikembangkan oleh Ilham (2004) pada beton kinerja tinggi, dalam penelitian ini dicoba pada beton normal. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa besarnya kuat geser berbanding lurus dengan kuat tekan. Pada variasi campuran N20 dan N25 didapat kuat geser rata-rata sebesar 13,51% dari kuat tekan. Kuat geser turun dari sebesar 13,75% dan 6,28% pada variasi N20-SP dan N25-SP, seperti halnya pada kuat tekan penambahan superplasticizer pada variasi ini hanya berfungsi meningkatkan workabilitas. Setelah superplasticizer ditambahkan kembali yaitu pada variasi N20-10SP, N25-10SP, N20-20SPP dan N25-25SP, kekuatan geser meningkat sebesar 8,08%, 18,49%, 22,61%, terhadap variasi normalnya (N20 dan N25), dengan nilai kuat geser optimum terdapat variasi N20-20SP yaitu sebesar 5,71 MPa dan 6,04 MPa untuk N25-20SP. Seperti pada kuat tekan, penambahan

5 superplasticizer yang berlebih akan membuat kekuatan geser menurun. Hal ini terjadi pada variasi N20-30SP, N25-30SP, N20-40SP, dan N25-40SP dimana kuat geser turun kurang lebih sebesar 30% sampai 74,35% terhadap variasi normalnya. 2.3 Keaslian Penelitian Pada penelitian Fitria dan Asna, (2003) persentase superplasticizier yang ditambahkan antara 0,4%-1,6% dengan jarak tiap interval 0,2% dari mutu beton 50 MPa. Penelitian ini menggunakan sampel berbentuk kubus ukuran 15x15x15 cm. Pada penelitian sebelumnya penambahan superplasticizier berdasarkan pada berat semen, pengurangan kadar air tidak dalam jumlah besar, tidak dilakukan pengujian tarik, geser, lentur dan permeailitas. Pada penelitian ini dicari sifat-sifat beton segar seperti workabilitas, terjadinya bleeding atau tidak, adanya segregation atau tidak dengan nilai slump rencana mm, kuat tekan, kuat geser, kuat tarik, dan kuat lentur. Kuat tekan rencana/c 35 dan 40 MPa dengan variasi pengurangan jumlah air secara periodik dengan interval 5% sampai 30% pada campuran beton normal yang mengacu pada nilai slump yang dihasilkan mm untuk mendapatkan slump aktual yang > 150 mm.