BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. penerapan topik dan tema arsitektur tropis pada proyek tersebut. 3. Luas Lahan : 15.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

A. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan. Ditinjau dari perilaku kegiatan, ada beberapa analisa : gerbang menuju ke ruang kamar tidur penghuni

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Penentuan konsep perencanaan dan perancangan di dasar kepada:

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

Bab V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. penerapan topik arsitektur hemat energi pada proyek. 2. Lokasi Tapak : Slipi Jaya. 3. Luas Lahan : ± 6500 m²

BAB V KONSEP. berkunjung menjenguk anaknya. Kostel yang mengangkat tema mengefisiensikan energi

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut:

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1. Konsep Dasar Perancangan Pembahasan konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai data tapak beserta luas lantai Gereja yang rencananya akan dibangun, dan juga penerapan topik dan tema arsitektur tropis pada proyek tersebut. V. 2. 1. Data Proyek 1. Nama Proyek : Gereja Kristen Protestan Oikumene 2. Lokasi Tapak : Jalan Kebon Jeruk, Jakarta Barat 3. Luas Lahan : 15.782,5 m 2 4. KDB : 60 % = 9.469,5 m 2 5. KLB : 3 = 37.347,5 m 2 6. Maksimum Ketinggian : 8 Lantai 7. Luas Lantai Bangunan : 7541,18 m 2 ( Perkiraan ) 8. Tinggi Bangunan : 1 Lantai untuk Ruang Ibadah Utama, 5 Lantai untuk Bangunan Penunjang 9. Kapasitas Parkir : 100 Mobil, 200 Motor V. 2. 2. Topik dan Tema Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk dirancang dengan menggunakan aplikasi dari teori arsitektur tropis. Topik ini dipilih 130

guna memanfaatkan semua potensi yang dimiliki tapak. Teori arsitektur tropis dalam proyek ini didefinisikan sebagai rancangan arsitektur yang dibuat untuk mengatasi problematika yang di timbulkan oleh iklim tropis, suatu rancangan yang dibuat untuk memodifikasi iklim luar yang berkarakter tropis basah (yang tidak di kehendaki) menjadi iklim dalam bangunan yang dikehendaki. Aplikasi teori arsitektur tropis membawa arah perancangan gereja ini untuk menyediakan kenyamanan sebesar-besarnya bagi seluruh jemaat Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk dengan menggunakan potensi-potensi alami yang dimiliki tapak seperti cahaya matahari, angin, ataupun curah hujan. V. 2. Konsep Perancangan Makro Pembahasan konsep perancangan mikro meliputi pembahasan penentuan letak pintu masuk ke dalam tapak, zoning baik vertikal maupun horizontal di atas tapak, pengolahan massa bangunan hingga pada perancangan skematik massa bangunan. 131

V. 2. 1. Konsep Penentuan Pintu Masuk Gambar 5.2.1.1 Pintu masuk dan pintu keluar dibuka pada bagian sebelah timur tapak. Kensekuensi positif yang timbul dari alternatif ini adalah terkonsentrasinya menejemen arus keluar masuk parkir kendaraan di satu sisi tapak saja, di samping itu, ruas jalan pada sisi timur lebih lebar dibandingkan jalan di bagian selatan. Lebar jalan di bagian timur 26m lebih besar dibandingkan ruas jalan di bagian selatan yang hanya 15m. Konsekuensi buruk dari alternatif ini adalah bertumpuknya kendaraan pada jam-jam masuk atau jam-jam keluar kegiatan ibadah. Kemacetan yang sehari-hari terjadi diperkirakan tidak akan terjadi di hari minggu saat ibadah (kegiatan utama) dalam Gereja ini berlangsung, karenanya, sisi ini merupakan sisi terbaik sebagai pintu masuk dan pinti keluar tapak. 132

V. 2. 2. Konsep Zoning Horizontal Gambar 5.2.2.1 Sisi tapak yang berhubungan dengan jalan akan berinteraksi langsung dengn pengguna jalan, maka dari itu, zona-zona tersebut dijadikan sebagai zona publik. Zona publik disini dapat difungsikan sebagai taman, parkir, ataupun juga plaza. Tapak bagian tengah dapat difungsikan sebagai ruang-ruang semi publik di mana pada bagian-bagian tersebut terdapat ruang-ruang yang digunakan sebagai ruang-ruang kantor dan sebagainya. Ibadah dalam proyek ini dikategorikan sebagai kegiatan utama, oleh karenannya, ruang ibadah dikategorikan sebagi ruang privat. Letak zona privat sendiri terdapat pada sisi barat laut. Pada zona ini gangguan polusi pandangan dan polusi suara dapat diredam. Ruang-ruang semi publik dan privat perlu dilayani oleh hadirnya ruang-ruang servis. Oleh karenanya, ruang servis tersebut harus dapat 133

berinteraksi langsung dengan ruang-ruang semi publik dan ruang privat. Dalam hal ini, posisi bagian utara sangat cocok digunakan sebagai ruangruang sevis. V. 2. 3. Konsep Massa Bangunan Gambar 5.2.3.1 Gubahan massa terdiri dari 3 massa. Massa-massa tersebut adalah massa perantara, massa gedung ibadah utama, dan massa gedung penunjang. Massa tersebut terletak di tengah-tengah tapak. Di sekitar tapak, terlebih dahulu dibuat ruang hijau agar perkerasah dalam tapak tidak terlalu besar, dengan demikian, otomatis, suhu di dalam tapak dapat berkurang. 134

V. 2. 4. Konsep Zoning Vertikal Ruang latihan Wisma gereja Ruang kantor gereja Ruang ibadah utama Kelas-kelas kecil Perpustakaan Gambar 5.2.4.1 Dari analisa gubahan massa terlihat proses pengolahan massa menjadi 3 massa bangunan. Dari olahan tersebut, dianalisa lagi zoning vertikalnya. Dari ilustrasi zoning di artas, kita dapat melihat gagaimana zoning vertikal kompleks Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk. Konsep zoning secara vertikal juga dipengaruhi oleh konsep filosofis Gereja yang coba dikembangkan. Konsep ini mencoba mengaplikasikan cerita Alkitab, yaitu cerita nabi Nuh yang diminta Tuhan untuk membuat sebuah bahtera di atas bukit dan membawa beserta keluarganya semua binatang di atas bumi masing masing sepasang (baca Alkitab Kejadian 8 : 7-9). Dalam Perancangan Gereja Kristen Protestan Oikumene ini, Ruang Ibadah Utama diletakan di level ke-2. pada fase awal, jemaat diajak untuk mengalami fase naik ke atas melalui ramp. Perjalanan ini 135

mensimboliskan ketika keluarga nabi Nuh dan binatang-binatang yang ikut masuk ke dalam bukit sedang mendaki ke atas bukit. Sampai di atas bukit (level ke-2 bangunan), jemaat masuk ke dalam Ruang Ibadah Utama dan di sana jemaat bertemu dengan Yesus Kristus, sang Juru selamat. Dari filosofis itu konsep vertikal zoning gereja ini berdiri. V. 3. Konsep Perancangan Mikro Pembahasan konsep perancangan mikro meliputi pembahasan kebutuhan dan dimensi ruang, kebutuhan parkir, sirkulasi vertikal, bentuk bangunan, hingga kepada pembahasan utilitas dan struktur V. 3. 1. Konsep Dimensi Ruang Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang ibadah utama: Tabel 5.3.1.1 Nama Ruang Standar Kapasitas Luas Foyer 10 % dari ruang ibadah utama 0,8 m 2 / Orang 80 orang 72 m 2 Ruang Ibadah 1 m 2 / Orang 800 Orang 800 m 2 Utama Altar / Mimbar - 16 orang 100 m 2 Ruang Ganti - - 40 m 2 Ruang Persiapan - - 13,8 m 2 Pendeta 136

Ruang - - 25 m 2 Multimedia Ruang Sound - - 25 m 2 System Ruag Doa 0,8 m 2 / Orang 80 Orang 40 m 2 Ruang Ibu dan - - 30 m 2 Anak WC / KM Umum 1 Toilet / 50 Orang 1 m 2 / Orang 16 Orang 16 m 2 Total : 1161,8 m 2 Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang ibadah pendamping: Tabel 5.3.1.2 Nama Ruang Standar Kapasitas Luas Foyer Ruang Ibadah Pendamping 10 % dari ruang ibadah utama 0,8 m 2 / Orang 50 40 m 2 Ruang Ibadah 1 m 2 / Orang 500 500 m 2 Pendamping Ruang Persiapan - - 25 m 2 Total : 565 m 2 137

Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang-ruang penunjang: Tabel 5.3.1.3 Nama Ruang Standar Kapasitas Luas KM / WC 1 Toilet / 50 6 Orang 6 m 2 Orang 1 m 2 / Orang Toko Gereja - - 36 m 2 Kantor Gembala 12 m 2 / Orang 1 Orang 12 m 2 Kantor Tata 9 m 2 / Orang 4 Orang 36 m 2 Usaha Ruang Komisi - 3 Orang 12 m 2 Anak Ruang Komisi - 3 Orang 12 m 2 Remaja Ruang Komisi - 3 Orang 12 m 2 Pemuda Ruang Komisi - 3 Orang 12 m 2 Umum Ruang Komisi - 3 Orang 12 m 2 Kreatif Ruang Komisi - 3 Orang 12 m 2 Musik Ruang Rapat 1,5 m 2 / Orang 10 Orang 15 m 2 Ruang Latihan - 5 Orang 36 m 2 Musik Ruang Latihan - 5 Orang 36 m 2 138

Drama dan Tari Ruang Tidur 9 m 2 / Orang 8 Orang 72 m 2 Pengerja Ruang Tidur Pendeta Tamu 9 m 2 / Orang 4 keluarga (@ 4 Orang) 144 m 2 Pantry Pengerja - - 15 m 2 Pantry Pendeta - - 15 m 2 Tamu Ruang - - 144 m 2 Perpustakaan Ruang Penitipan 20 m 2 / unit I Unit 20 m 2 Ruang 2,5 m 2 / Orang 3 Orang 7.5 m 2 Peminjaman Kantor Kepala 12 m 2 / Unit 1 Unit 12 m 2 Perpustakaan Gudang - - 36 m 2 Perpustakaan Kelas-kelas 1,2 m 2 / Orang 240 288 m2 Kecil Total : 1002,5 m 2 Berikut adalah tabel dimensi ruang di unit ruang ibadah pendamping: 139

Tabel 5.3.1.4 Nama Ruang Standar Kapasitas Luas Parkir Mobil 12,5 m 2 / Mobil 100 Mobil 2500 m 2 Parkir Motor 2 m 2 / Motor 300 Motor 600 m 2 Tempat 20 m 2 / Unit 1 Unit 20 m 2 Pembuangan Sampah STP 20 m 2 / Unit 1 Unit 20 m 2 Ruang Genset 60 m 2 / Unit 1 Unit 60 m 2 Ruang Panel 20 m 2 / Unit 1 Unit 20 m 2 Ruang Kantor 12 m 2 / Unit 1 Unit 12 m 2 ME Ruang Kantor 12 m 2 / Unit 1 Unit 12 m 2 Keamanan Ruang Pengelola 12 m 2 / Unit 1 Unit 12 m 2 Perparkiran Pos Parkir 1 m 2 / Unit 2 Unit 2 m 2 Ruang Tunggu 6 m 2 / Unit 1Unit 6 m 2 Sopir Total : 3464 m 2 Dari perhitungan dimensi ruang di atas, luas total bangunan (tanpa sirkulasi) adalah: 1161,6 m 2 + 565 m 2 + 1002,5 m 2 + 2214 m 2 = 6193,3 m 2 140

Dari perhitungan dimensi ruang di atas, luas total bangunan (ditambah sirkulasi) adalah: 6193,3 m 2 + (20% x 6193,3 m 2 ) = 6193,3 m 2 +1238,88 m 2 = 7431,18 m 2 V. 3. 2. Analisis Hubungan Ruang Secara umum, hubungan skematik program ruang Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk adalah: SIDE ENTRANCE RUANG SERVICE UNIT IBADAH UTAMA UNIT IBADAH PENDAMPING UNIT PENUNJANG LOBBY / PLAZA MAIN ENTRANCE 141

Secara skematik, hubungan ruang-ruang di unit ibadah utama adalah: RUANG PERSIAPAN PENDETA RUANG ISTIRAHAT PEMUSIK UNIT IBADAH UTAMA ALTAR / MIMBAR RUANG IBADAH UTAMA RUANG GANTI KM / WC UNIT IBADAH UTAMA RUANG IBU DAN ANAK LOBBY / PLAZA UNIT-UNIT LAIN ENTRANCE 142

Secara skematik, hubungan ruang-ruang di unit ibadah pendamping adalah: RUANG PERSIAPAN RUANG IBADAH PENDAMPING LOBBY / PLAZA ENTRANCE Secara skematik, garis besar hubungan ruang-ruang di unit penunjang adalah: RUANG-RUANG KELAS RUANG PERPUSTAKAAN RUANG PASTORI DAN PELAYANAN ENTRANCE RUANG KOMISI DAN LATIHAN WISMA GEREJA 143

V. 3. 3. Analisis Kebutuhan Parkir Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk yang rencananya mampu menampung 800 Jemaat dengan luas bruto gedung ibadah utama sebesar 1000 m 2 rencananya akan memiliki 100 unit parkir mobil, dan 200 unit parkir motor. Jumlah tersebut sama dengan mengalokasikan 1250m 2 lahan untuk parkir mobil, 400 m 2 lahan untuk parkir motor. Luas kebutuhan lahan parker total adalah 1650m 2. Jumlah tersebut rencananya akan ditampung sebagian dalam 1 lantai basement. V. 3. 4. Analisis Sirkulasi Vertikal Dalam Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk digunakan 2 tipe sirkulasi vertikal dalam bangunan. 2 tipe sirkulasi tersebut adalah: 1. Tangga Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk akan memiliki tangga sebagai akses alternative selain lift / elevator, juga sebagai akses darurat pada saat kebakaran atau gempa bumi. Rencananya di setiap lantai, aka nada 25 anak tangga dengan ketinggian masingmasing anak tangga 16 cm. Dari jumlah tersebut, dengan asumsi bahwa 1 anak tangga mempunyai dimensi penampang 30 cm x 150 cm, maka dibutuhkan ruangan sebesar 11,25 m 2 sebagai ruang tangga, 144

2. Ramp Sebagai akses penyandang cacat dan jemaat lanjut usia, Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk rencananya akan memiliki ramp yang memiliki sudut kemiringan 6 %. Artinya dalam panjang 1 m, ramp hanya boleh naik 6 cm. V. 3. 5. Analisis Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan yang diterapkan dalam Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk dibagi menjadi 2, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pembagian sistem pencahayaan alami dan buatan ini lebih diterkaitkan pada sistem pencahayaan siang hari dimana terdapat pilihan antara memaksimalkan perolehan cahaya matahari atau dengan menggunakan pencahayaan artificial. 1. Sistem pencahayaan alami Sistem pencahayaan alami memaksimalkan potensi cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela di setiap ruangnya. Penggunaan sistem pencahayaan alami akan menghemat energi listrik karena mengurangi pemakaian sistem pencahayaan buatan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan sistem pencahayaan buatan adalah: - Arah edar matahari - Arah dan besaran bukaan 145

- Panjang dan jenis overstek 2. Sistem pencahayaan buatan Sistem pencahayaan buatan adalah pencahayaan dalam ruang yang memanfaatkan cahaya dari lampu. Sumber energi untuk menyalakan lampu dapat menggunakan energi listrik PLN, juga dari genset dalam gedung. Penggunaan lampu dalam gedung Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk memilih menggunakan lampu yang hemat energy. Lampu-lampu tersebut dipasaran dikenal dengan energysaving lamp. Lampu-lampu tersebut berupa lampu TL / Neon yang menyimpan energi matahari yang diperolehnya pada siang hari dan manggunakannya pada penerangan malam hari. Yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem pencahayaan buatan adalah: - Jenis lampu - Jumlah lampu - Jumlah titik lampu - Jenis kegiatan dalam ruang dan kebutuhan pencahayaannya V. 3. 6. Analisis Sistem Pengudaraan Sistem pengudaraan yang akan diterapkan dalam Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk adalah sistem pengudaraan alami. Yang dimaksud dengan sistem pengudaraan alami di sini adalah upaya pencapaian kenyamanan thermal dengan memanfaatkan potensi-potensi iklim. 146

Pencapaian kenyamanan thermal dapat dilakukan dengan mengatur arah massa bangunan, memaksimalkan pergerkan matahari dengan cross ventilation / ventilasi silang, meninggikan plafond, dan lainlain. Semua upaya tersebut dilakukan tanpa menggunakan sistem pengudaraan buatan atau AC (Air Conditioner). Gambar 5.3.6.1 V. 3. 7. Analisis Sistem Utilitas 1. Penyediaan air bersih Penyediaan air bersih dan air minum diasumsikan dari PDAM yang ditampung pada reservoir bawah dan kemudian dipompa ke reservoir atas untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan. 2. Sistem instalasi listrik Penyediaan listrik pada bangunan diambil dari PLN, dialirkan ke gardu / ruang trafo untuk kemudian disalurkan ke ruang panel induk, dan dibagi ke panel-panel cabang dan ruang-ruang yang membutuhkan. Pada saat 147

aliran listrik utama dari PLN terputus, maka listrik yang digunakan adalah aliran listrik dari genset. Ruang genset, dan ruang-ruang panel listrik diletakan berkelompok dalam kelompok ruang Mechanical dan Engineering (ME) yang diletakan dilantai basement agar kehadirannya tidak mengganggu kenyamanan ruang ruang utama. PLN GARDU METERAN TRAFO GENSET PANEL GEDUNG IBADAH UTAMA PANEL UTAMA PANEL GEDUNG PENUNJANG PANEL GEDUNG IBADAH PENDAMPING 3. Sistem pengolahan limbah Pembuangan limbah padat disalurkan ke STP untuk proses pengolahan dan setelah itu dibuang ke riol kota. Sedangkan limbah cair seperti air 148

hujan diharuskan oleh Peraturan Pemda untuk disalurkan ke sumur resapan, sehingga pada bangunan juga disediakan sumur resapan. Sedangkan limbah cair dari bangunan (kamar mandi, wastafel) disalurkan ke bak WasteWater Treatment, untuk diolah / daur ulang dan digunakan untuk flushing urinoir dan penyiraman tanaman. 4. Sistem penangkal petir Yang akan diterapkan pada perancangan Gereja Kristen Protestan Oikumene ini adalah penangkal petir sistem Thomas, sistem Thomas mempunyai jangkauan perlindungan bangunan yang lebih luas dengan tiang penangkap petir dan sistem pengebumiannya. 5. Sistem penanggulangan kebakaran Perencanaan sistem penanggulangan kebakaran menjadi penting demi meminimalisasi dampak musibah kebakaran pada gedung Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk. Dalam hal penaggulangan musibah kebakaran, hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk adalah sistem konstruksi tahan api, sistem deteksi, sistem panggil manual, sistem lampu darurat, sistem springkler, dan sistem hidran. 149

- Sistem konstruksi tahan api Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dengan demikian, setiap komponen bangunan, dinding, lantai kolom dan balok harus dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan terbakar. Paling tidak, konstruksi tahan api mampu melindungi penghuni dalam gedung dalam waktu minimal 2 jam. - Sistem deteksi Deteksi musibah kebakaran dilakukan dengan 3 alat, yaitu heat detector, flame detector, dan smoke detector. Ketika ketiga alat ini mendeteksi ada asap, panas, ataupun lidah api, alat-alat tersebut akan mengaktifkan early warning system dan mengaktifkan springkler terdekat dengan titik deteksi. Gambar 5.3.7.2 - Sistem panggil manual Dalam musibah kebakaran, kemungkinan besar sistem komunikasi konvensional (telepon) terputus. Karenanya diperlukan sebuah sistem 150

komunikasi cadangan yang tahan terhadap kebakaran. Biasanya tombol alat panggil manual ini terletak dekat dengan tangga-tangga kebakaran. Gambar 5.3.7.3 - Sistem lampu darurat Sistem lampu darurat berguna dikala listrik di dalam gedung terputus. Lampu darurat akan mengarahkan penghuni ke jalur-jalur evakuasi teraman. Biasanya lampu-lampu darurat ini menggunakan bahan dasar fosfor yang mempu menyala tanpa aliran listrik dalam jangka waktu tertentu. - Sistem springkler Springkler mengalirkan air pada titik-titik terdekat dimana detektor asap, panas atau api mendeteksi bahaya kebakaran. Radius masingmasing springkler adalah 25 m 2. 151

Gambar 5.3.7.4 - Sistem Hidran Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat-saat terjadi kebakaran. Hidran akan mengalirkan air yang berasal dari menara air / water torrent atau dari sistem hidran kota. Ada 2 jenis hidran, yaitu didran dalam dan hidran luar. Hidran dalam berbentuk kotak merah sengan selang dan tabung pemadam kebakaran di dalamnya. Air yang digunakan dalam oleh hidran dalam adalah air yang berasal dari menara air / water torrent. Sedangkan hidran luar umumnya menggunakan air yang berasal dari sistem hidran kota. 152

Gambar 5.3.7.5 V. 3. 8. Analisis Sistem Struktur Ada 2 bagian penting dalam sistem struktur. Bagian pertama dinamakan Sub Structure / bagian pondasi. Bagian ini menjadi bagian penyalur beban yang dihantarkan dari atas ke bawah melalui kolom. Kolom sendiri termasuk bagian struktur kedua atau yang disebut upper structure atau struktur atas. Yang termasuk dalam bagian struktur atas adalah, kolom, balok, dan slab lantai. Semuanya dirangkai rigid menjadi sebuah bangunan fungsional. 1. Struktur atas / Upper structure Struktur atas / Upper structure pada Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk menggunakan perpaduan antara sistem rangka beton dan rangka baja. Sistem rangka beton yang 153

digunakanpun merupakan perpaduan dari sistem balok beton konvensional dengan balok beton pre-stressed atau balok pra tegang. Balok beton konvensional digunakan pada gedung penunjang dimana jarak antar kolom tidak terlalu besar. Balok beton pre-stressed / pra tegang digunakan pada ruangan-ruangan yang membutuhkan bentang lebar seperti gedung ibadah utama dan gedung ibadah pendamping. Sistem pembalokan ini dapat dipadukan dengan sistem pembalokan baja rang secara dimensi lebih kecil dibandingkan balok beton. Gaya dari balok tersebut kemudia disalurkan oleh kolom menuju ke pondasi / sub-structure. 2. Struktur bawah / sub-structure Struktur Bawah / sub-structure pada Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk menggunakan struktur pondasi bore pile dengan pertimbangan pada saat pembuatan tidak mengganggu lingkungan sekitar, karena tidak menimbulkan suara keras. 154