BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Isolat Pseudomonas aeruginosa Persentase sensitivitas antibiotik tertentu pada tahun 2012 Periode Januari-Juni 2012 Periode Juli-Desember 2012 Perbedaan pola sensitivitas Gambar. 8 Kerangka konsep penelitian
3.2. Defenisi Operasional 1. Kepekaan Pseudomonas aeeruginosa Adalah kemampuan antibiotik menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Cara ukur : Dengan uji sensitivitas bakteri terhadap beberapa antibiotik Alat ukur : Data Laboratorium Mikrobiologi Klinik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Hasil ukur : Sensitif/tidak sensitif Skala : Nominal 2. Persentase Sensitivitas Adalah jumlah isolat yang sensitif terhadap beberapa antibiotik. Cara ukur : P = Proporsi isolat yang sensitif/jumlah seluruh isolat bakteri Alat ukur : Data Laboratorium Mikrobiologi Klinik dengan menggunakan alat otomatis Vitek 2 Compact Hasil ukur : Persentase sensitivitas Skala : Rasio 3. Perbedaan pola sensitivitas Adalah perbandingan sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap beberapa antibiotik dalam periode Januari-Juni 2012 dan periode Juli-Desember 2012. Cara ukur : Pengukuran dengan menganalisa data laboratorium Alat ukur :Statistic Package for Social Sciences (SPSS) Hasil ukur : Peningkatan dan penurunan sensitivitas antibiotik Skala : Rasio
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik, dengan desain penelitian retrospektif yaitu membandingkan apakah terjadi perubahan pada pola kepekaan bakteri Pseudomonas aeruginosaterhadap antibiotik yaitu pada periode Januari-Juni 2012 dan periode Juli-Desember 2012 untuk melihat antibiotikyang masih dapat digunakan dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji A dam Malik Medan pada bulan September-November 2013. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit tipe A dan merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya. 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh data laboratoriumdari pasien yang diperiksa dan dengan hasil positif mengalami infeksi Pseudomonas aeruginosa dilaboratorium Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012. 4.3.2. Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi sampe l penelitian adalah data laboratorium yang didapatkan dari pemeriksaan pasien dengan infeksi Pseudomonas aeruginosa di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
4.4. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Klinikdi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 4.5. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul dari hasil data laboratorium di tabulasi untuk diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for Social Sciences (SPSS) untuk mendapatkan sajian data secara deskriptif (distribusi dan frekuensi) serta analitik (beda proporsi) dengan menggunakan uji Chi -Square. 4.6. Kerangka Operasional Pelayanan Mikrobiologi Klinik RSUP HAM Spesimen dari pasien di RSUP Haji Adam Malik Medan Isolasi bakteri dengan metode kultur identifikasi dan sensitivitas dengan menggunakan sistem Vitek 2 Compact Hasil data dimasukkan kedalam komputer Laboratorium Mikrobiologi Klinik di RSUP HAM Peneliti Data diolah dengan menggunakan perangkat SPSS (distribusi frekuensi dan beda proporsi) Hasil Gambar. 9 Kerangka Operasional
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi tempat penelitian Pengambilan data dalam penelitian ini lakukan di Instalasi Laboratorium Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan. RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes 335/Menkes/SK/VIII/1990. RSUP Haji Adam Malik Medan menjadi tempat rujukan kesehatan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya. Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan terletak di Jalan Bunga Lau Nomor 17 Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara. 5.1.2. Karakteristik Isolat Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah data isolat bakteri Pseudomonas aeruginosa yang diambil dari pasien yang mengalami infeksi bakteri tersebut dari Instalasi Laboratorium Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2012. Sampel yang dikumpulkan berjumlah 427 isolat Pseudomonas aeruginosamulai Januari-Desember 2012.
Tabel. 1. Distribusi jenis spesimen yang didapatkan dari data Laboratorium Mikrobiologi Klinik di RSUP Haji Adam Malik Medan 2012 Jenis Spesimen Periode I Periode II (Juli-Desember 2012) n % n % 1. Sputum 94 41% 57 28,9% 2. Urin 14 6,1% 9 4,6% 3. Pus 47 20,5% 43 21,8% 4. Darah 3 1,3% 6 3% 5. Swab 15 6,7% 10 5% 6. Cairan 0 0 21 10,7% 7. Sekret 0 0 1 0,5% 8. C.Pleura 12 5,3% 1 0,5% 9. Sekret Telinga 3 1,3% 0 0 10. Jar. Nekrotik 2 0,9% 0 0 11. Ujung distal 1 0,4% 0 0 selang 12. CSF 1 0,4% 0 0 13. C. Kista bartolin 1 0,4% 0 0 14. S. Telinga kiri 1 0,4% 0 0 15. ETT 3 1,3% 0 0 16. C. Bal 15 6,7% 20 10,1% 17. Ujung ETT 2 0,9% 2 1% 18. Jaringan 1 0,4% 1 0,5% 19. Sekret dan 0 0 11 5,7% Hapusan 20. Ujung kateter 0 0 1 0,5% 21. S. Telinga kanan 0 0 1 0,5% 22. Selang EVD 1 0,4% 0 0 23. Bal 3 1,3% 0 0 24. Tinja 1 0,4% 0 0 25. C. Tumor 1 0,4% 0 0 26. C. Sacsion 1 0,4% 0 0 27. Swab telinga 3 1,3% 0 0 28. C. Otak 4 1,8% 0 0 29. Lain-lain 0 0 13 6,7%
Tabel. 2. Distribusi pola kepekaan bakteri Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik golongan Penisilin Variabel Periode 1 Periode 2 (Juli-Desember 2012) n S% I% R% n S% I% R% 1. Ampisilin 225 0,4 0,4 99,2 189 0 0 100 2. Amoksisilin Clavulanic acid 225 3,5 1,3 95,2 113 1,8 0 98,2 3. Piperasilin/Tazobaktam 222 67,6 0 32,4 188 69,2 0 30,8 Dari tabel. 2 dapat diketahui bahwa tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap golongan Penisilin yang paling baik adalah terhadap piperasilin/tazobaktam dengan tingkat sensitivitas sebesar 67,6% pada periode 1 dan 69,2% periode 2. Tabel.3. Distribusi pola kepekaan bakteri Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik golongan Sefalosporin Variabel Periode 1 Periode 2 (Juli-Desember 2012) n S% I% R% n S% I% R% 1. Seftazidim 225 58,2 7,1 34,7 188 59 7,5 33,5 2. Sefotaksim 225 2,7 1,8 95,5 112 0,9 1,8 97,3 3. Sefepim 225 65,3 7,1 27,6 190 61,6 6,8 31,6 Dari tabel. 3 dapat diketahui bahwa tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap golongan Sefalosporin yang paling baik adalah terhadap sefepim dengan tingkat sensitivitas sebesar 65,3% pada periode 1 dan 61,6% pada periode 2.
Tabel.4. Distribusi pola kepekaan bakteri Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik golongan Aminoglikosida Variabel Periode 1 Periode 2 (Juli-Desember 2012) n S% I% R% n S% I% R% 1. Amikasin 224 73,7 3,1 23,2 190 72,1 1,6 26,3 2. Gentamisin 225 56,4 12 31,6 188 50,5 2,7 46,8 3. Tobramisin 224 60,8 2,2 37 113 55,8 1,8 42,4 Dari tabel. 4 dapat diketahui bahwa tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap golongan Aminoglikosida yang paling baik adalah terhadap amikasin dengan tingkat sensitivitas sebesar73,7% pada periode 1 dan 72,1% pada periode 2. Tabel.5. Distribusi pola kepekaan bakteri Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik golongan Karbapenem Variabel Periode 1 Periode 2 (Juli-Desember 2012) n S% I% R% n S% I% R% 1. Imipenem 225 76,4 8,4 15,1 113 84 5,3 10,7 2. Meropenem 224 79,9 0,4 19,6 190 77,4 3,1 19,5 Dari tabel. 5 dapat diketahui bahwa tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap golongan Karbapenem yang paling baik adalah terhadap meropenem dengan tingkat sensitivitas sebesar 79,9% pada periode 1 dan pada periode 2 sensitivitasnya menurun sebesar 77,4%. Te tapi terhadap imipenem pada periode 1 sebesar 76,4% dan pada periode 2 sensitivitasnya meningkat sebesar 84%.
Tabel.6. Distribusi pola kepekaan bakteri Pseudomonas aeruginosa terhadap Variabel antibiotik golongan Fluorokuinolon Periode 1 Periode 2 (Juli-Desember 2012) n S% I% R% n S% I% R% 1. Siprofloksasin 225 50,2 7,1 42,7 190 54,2 4,8 41 2. Levofloksasin 224 48,7 6,3 45 190 53,1 2,7 44,2 Dari tabel. 6 dapat diketahuibahwa tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap golongan Fluoroquinolon yang paling baik adalah siprofloksasin dengan tingkat sensitivitas50,2% pada periode 1 dan 54,2% pada periode 2. Tabel.7. Distribusi pola kepekaan bakteri Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik golongan lainnya Variabel Periode 1 Periode 2 (Juli-Desember 2012) n S% I% R% n S% I% R% 1. Kolistin 223 66 0 34 113 88,5 0 11,5 2. Tigesiklin 223 4 0 96 188 2,1 0 97,9 3. Trimethoprim Sulfametoksazol 224 2,3 0 97,7 188 2,1 0 97,9 Dari tabel. 7 dapat diketahui bahwatingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap golongan lainnya yang paling baik adalah terhadap kolistin dengan tingkat sensitivitas sebesar66% pada periode 1 dan 88,5% pada periode 2.
5.1.3. Analisis perbedaan tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap beberapa antibiotik Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepekaan bakteri Pseudomonas aeruginosa pada beberapa antibiotik. Data hasil penelitian dapat dirangkum pada tabel 5.7. Tabel.8. Perbedaan tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosaterhadap antibiotik pada periode Januari-Juni dan periode Juli-Desember 2012 Variabel Periode I n=229 Periode II (Juli-Desember 2012) n=197 Nilai P S% S% 1. Ampisilin 0,4 0 0,371 2. Amoksisilin Clavulanic 3,5 1,8 0,250 acid 3. Piperasilin/Tazobaktam 67,6 69,2 0,232 4. Seftazidim 58,2 59 0,315 5. Sefotaksim 2,7 0,9 0,690 6. Sefepim 65,3 61,6 0,440 7. Amikasin 73,7 72,1 0,551 8. Kolistin 66 88,5 0,001 9. Gentamisin 56,4 50,5 0,624 10. Tobramisin 60,8 55,8 0,347 11. Imipenem 76,4 84 0,000 12. Meropenem 79,9 77,4 0,293 13. Siprofloksasin 50,2 54,2 0,166 14. Levofloksasin 48,7 53,1 0,049 15. Tigesiklin 4 2,1 0,211 16. Trimethoprim Sulfametoksazol 2,3 2,1 0,866
Dari Tabel.7 dapat diketahui bahwa tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik yang paling baik adalah antibiotik kolistin dimana pada periode Januari-Juni 2012 didapatkan sebesar 66% dan pada periode Juli - Desember 2012 meningkat sebanyak 88,5%. Antibiotik yang mengalami kenaikan tingkat sensitivitas adalah imipe nem (76,4% menjadi 84%), levofloksasin (48,7% menjadi 53,1%), siprofloksasin (50,2% menjadi 54,2%), piperasilin/tazobaktam (67,6% menjadi 69,2%) dan seftazidim (58,2% menjadi 59%). Sedangkan antibiotik yang mengalami penurunan adalah tobramisin (60,8% menj adi 55,8%), gentamisin (56,4% menjadi 50,5%), meropenem (79,9% menjadi 77,4%), sefepim (65,3% menjadi 61,6%), amikasin (73,7% menjadi 72,1%), sefotaksim (2,7% menjadi 0,9%), tigesiklin (4% menjadi 2,1%), amoksisilin clavulanic acid (3,5% menjadi 1,8%), dan trimethoprim sulfametoksazol (2,3% menjadi 2,1%). Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi -Square antara antibiotik periode 1 (Januari-Juni) dengan periode 2 (Juli -Desember) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, terdapat peningkatan yang signifikan pada antibiotik kolistindan imipenem dengan nilai p value <0,05. Hal ini jika dihubungkan dengan penelitian yang terdahulu juga terdapat peningkatan yang signikan pada antibiotik kolistin yaitu penelitian yang dilakukan (Ateba, 2013) dan (Moehario, 2012). 5.2. Pembahasan Kita ketahui bahwa sangat sering terjadinya infeksi terutama dikalangan masayarakat maupun tempat-tempat berkembang biaknya kuman. Salah satunya adalah terjadinya infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit oleh kuman y ang berasal dari rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan setiap orang yang datang kerumah sakit. Dan salah satu penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa. Biasanya untuk pengobat an infeksi nosokomial lebih resisten terhadap antibiotik. Seringkali untuk penyembuhan suatu infeksi nosokomial tertentu perlu diberikan antibiotik yang lebih poten atau dengan kombinasi antibiotik. Perlu diketahui juga bahwa karena seringnya
terjadi infeksi maka antibiotik yang digunakan juga banyak mengalami resistensi. Pada penelitian ini ditemukan tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa yang paling baik adalah antibiotik kolistin pada periode Januari -Juni sebesar 66% kemudian pada periode Juli -Desember menjadi meningkat sebesar 88,5%. Hal ini juga dinyatakan pada penelitian yang dilakukan oleh (Ateba, 2013) aktivitas yang paling baik pada Pseudomonas aeruginosa adalah kolistin dengan sebesar 97,95%. Penelitian yang dilakukan ( Somily, 2012) mendapatkan bahwa kolistin memiliki aktivitas yang sangat baik pada Pseudomonas aeruginosa dengan sebesar 93,9%. Dalam penelitian ini didapatkan antibiotik yang mengalami peningkatan sensitivitas pada beberapa antibiotik, seperti imipenem, levofloksasin, siprofloksasin, piperasilin/tazobaktam, dan seftazidim dan penelitian yang dilakukan oleh (Moehario, 2012) yang menyatakan antibiotik imipenem mengalami peningkatan sensitivitas dari tahun 2008 sampai tahun 2010 sebesar 80%. Pada penelitian yang dilakukan (Rukmono d an Zuraida, 2013) menyatakan aktivitas yang paling baik pada Pseudomonas aeruginosa adalah terhadap meropenem (73,1%), siprofloksasin (71,2%) dan seftazidim (59,6%). Pada penelitian yang dilakukan (Gesu, 2003) mendapatkan sensitivitas terhadap siprofloksasin (66,2%) dan levofloksasin (64,8%). Pada penelitian antibiotik yang mengalami penurunan tingkat sensitivitas adalah tobramisin, meropenem, gentamisin, sefepim dan amikasin. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Herawati, 2011) menyatakan bahwa pada tahun 2004 amikasin dan meropenem mengalami penurunan tingkat sensitivitas. Kemudian, pada penelitian (Fatima, 2012) tingkat sensitivitas amikasin sebesar 65% dan sefepim sebesar 60%. Pada penelitian (Refdanita, 2004) menyatakan sensitivitas pada antibiotik tobramisin (52,8%), amikasin (75%) dan gentamisin (48%). Sementara penelitian yang d ilakukan (Turkylmaz, 2008) menyatakan bahwa antibiotik gentamisin (81%) yang paling baik aktivitasnya pada Pseudomonas aeruginosa. Pada penelitian (Mardiastuti, 2007) bahwa Pseudomonas yang paling baik adalah terhadap meropenem sebesar 91% dari
LMK FKUI, dan terjadi penurunan tingkat sensitivitas dibeberapa Negara yaitu di Timur Tengah 90,3%, Eropa 78,9% dan di Amerika 77,9%. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa antibiotik yang mengalami peningkatan resistensi seperti ampisilin (99,2% menjadi 100%), amo ksisilin clavulanic acid (95,2% menjadi 98,2%), trimethoprim sulfametoksazol (97,7% menjadi 97,9%), tigesiklin (96% menjadi 97,9%), dan sefotaksim (95,5% menjadi 97,3%). Pada penelitian yang dilakukan (Lutz dan Lee, 2011) menyatakan bahwa terjadi resistens i antibiotik ampisilin (74%), dan pada penelitian (Refdanita, 2004) Pseudomonas resisten terhadap ampisilin (97,4%), amoksisilin clavulanic acid (65,3%) dan sefotaksim (47,8%). Kemudian pada penelitian yang dilakukan (Mahmoud, 2013) menemukan Pseudomonas resisten terhadap sefotaksim sebesar 77,2%. Penelitian yang dilakukan (Rukmono dan Zuraida, 2013) menyatakan Pseudomonas resisten terhadap ampisilin (84,6%) dan amoksisilin clavulanic acid (80,8%).
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan : 1. Bahwa bakteri Pseudomonas aeruginosa sensitif pada beberapa antibiotik, dari beberapa antibiotik tersebut terjadi peningkatan sensitivitas dari periode Januari -Juni 2012 ke periode Juli-Desember 2012. Kolistin (66% menjadi 88,5%), imipenem (76,4% menjadi 84%), siprofloksasin (50,2% menjadi 54,2%), levofloksasin (48,7% menjadi 53,1%), piperasilin/tazobaktam (67,6% menjadi 69,2%), dan seftazidim (58,2% menjadi 59%). 2. Kemudian peneliti juga menyimpulkan terjadi pen urunan sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap beberapa antibiotik pada periode Januari-Juni 2012 ke periode Juli-Desember 2012 seperti gentamisin (56,4% menjadi 50,5%), tobramisin (60,8% menjadi 55,8%), meropenem (79,9% menjadi 77,4%), sefepim (65,3% menjadi 61,6%), amikasin (73,7% menjadi 72,1%), sefotaksim (2,7% menjadi 0,9%), tigesiklin (4% menjadi 2,1%), amoksisilin clavulanic acid (3,5% menjadi 1,8%) dan trimethoprim sulfametoksazol (2,3% menjadi 2,1%). 3. Untuk tingkat resistensi Pseudomonas aeruginosa yang paling besar adalah terhadap ampisilin yang didapatkan pada periode Januari -Juni sebesar 99,2% kemudian resistensi meningkat pada periode Juli - Desember sebesar 100%. 4. Dalam penelitian ini didapatkan peningkatan sensitivitas yang signifikan terhadap antibiotik kolistin dan imipenem dengan p value <0,05.
6.2. Saran Dari penelitian ini perbandingan antara periode Januari -Juni dengan periode Juli-Desember antibiotik mengalami peningkatan dan penurunan sensitivitas, selain itu antibiotik juga mengalami peningkatan dan penurunan resistensi. Untuk itu, perlu dil akukan terus-menerus penelitian selanjutnya agar dapat mengetahui seberapa rentan Pseudomonas aeruginosa terhadap beberapa antibiotik yang lainnya agar pemakaian antibiotik menjadi perhatian untuk kalangan masyarakat maupun praktisi kesehatan.