BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

BERITA RESMI STATISTIK

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

GUBERNUR JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

GUBERNUR JAWA TENGAH

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

STRUKTUR EKONOMI, KESEMPATAN KERJA DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah merupakan sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian

PENEMPATAN TENAGA KERJA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH


BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

GUBERNUR JAWA TENGAH,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999). Arsyad (1999) menyatakan tujuan utama pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal. Identifikasi sektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah harus sesuai dengan kondisi daerah dan potensi yang bisa dimaksimalkan untuk suatu tujuan pembangunan daerah 1

tersebut serta mempertimbangkan aspirasi masyarakat tanpa mengesampingkan sektor mana yang bukan menjadi prioritas pembangunan daerah. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Sirojuzilam dan Mahalli (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaran pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal. 2

Pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan daerah, keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari kemajuan pembangunan fisik suatu daerah atau berapa besar keseluruhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima. Keberhasilan pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis yang meliputi semua aspek baik materiil dan non materiil. Dalam pembiayaan pembangunan, maka diperlukan penerimaan yang memadai. Sampai saat ini penerimaan daerah Kabupaten Purworejo masih didominasi oleh subsidi bantuan dari Pemerintah Pusat. Walaupun berbagai kebijakan telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Purworejo untuk mengurangi seminimal mungkin ketergantungannya kepada Pemerintah Pusat dan bertekad menjadikan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan utama dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Salah satu cara untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam pembiayaan pembangunan, maka pelaksanaan pembangunan harus diawali berdasarkan prioritas dan pemilihan sasaran-sasaran yang mempunyai nilai strategis dan memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan potensi serta pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purworejo dengan pembangunanan sektorsektor ekonomi yang memiliki potensi tanapa mengesampingkan sektor yang lainya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Purworejo. Untuk mengetahui sektor unggulan daerah Kabupaten Purworejo diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai 3

pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada. Tarigan (2007) menyatakan bahwa kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan internal/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah. Dalam melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas sebagai konsikuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap 4

sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian strategi kebijakan pembangunan harus memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Purworejo dibagi kedalam 16 wilayah administratif yang terdiri dari 16 (kecamatan) dengan luas wilayah 1.034 km 2 dan jumlah pendududuk sebesar 948.000 jiwa pada tahun 2010 dengan kepadatan 916,83 jiwa/km 2 (www.purworejokab.go.id) Wilayah Kabupaten Purworejo dengan luas 1.034 km 2 mempunyai potensi wilayah yang dapat dikembangkan sebagai sektor pertanian dan perkebunan, perdagangan dan sektor-sektor lainnya. Bila dilihat dari dari sisi geografis, kondisi wilayah Kabupaten Purorejo sebagian besar terdiri dari daerah pertanian. Sebagian besar penduduk bermukim di wilayah desa dengan tersedianya banyak lahan pertanian, dengan mata pencaharian utama pada sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1.1 5

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapanagan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Kabupaten Purworejo Tahun 2009-2013 (Jutaan Rp.) Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 Pertanian 989.189,30 1.026.366,73 1.049.982,55 1.086.788,53 1.119.180,85 Pertambangan dan penggalian 57.585,63 59.878,63 61.721,68 63.393,76 65.301,54 Industri Pengolahan 286.029,01 297.731,87 314.878,76 329.991,12 348.802,20 Listrik, Gas, dan Air Bersih 14.857,81 15.847,75 16.562,35 17.453,97 18.598,37 Bangunan 158.192,74 166.378,51 176.137,84 186.832,51 197.897,13 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 483.572,00 520.796,13 543.873,11 578.731,79 615.723,88 Pengangkutan dan Komunikasi 176.219,43 186.266,24 200.501,23 212.080,20 225.006,13 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 168.872,46 177.977,54 190.009,79 201.436,15 216.200,84 Jasa-Jasa 538.205,41 575.354,42 614.446,10 650.967,37 686.889,92 Total 2.872.732,79 3.016.597,82 3.168.113,41 3.327.675,40 3.493.600,85 Sumber: BPS Kab. Purworejo Kabupaten Purworejo perekonomiannya masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 33,28 persen pada rata- rata PDRB Kabupaten Purworejo tahun atas harga konstan 2009-2013. Ini dapat dilihat dari sumbangannya pada lima tahun terakhir (2009-2013), peranan sektor pertanian tidak mengalami pergeseran yang secara berarti. Hal ini bisa dilihat dalam Tabel 1.1 berikut 6

Tabel 1.2 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kab. Purworejo Tahun 2009-2013 (Dalam Persen) Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 Ratarata Pertanian 34,43 34,02 33,14 32,66 32,04 33,25 Pertambangan dan penggalian 2,00 1,98 1,95 1,91 1,87 1,942 Industri Pengolahan 9,96 9,87 9,94 9,92 9,98 9,934 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,52 0,53 0,52 0,52 0,53 0,524 Bangunan 5,51 5,52 5,61 5,61 5,66 5,582 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 16,83 16,93 17,39 17,39 17,62 17,232 Pengangkutan dan Komunikasi 6,13 6,17 6,37 6,37 6,44 6,296 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 5,88 5,9 6,05 6,05 6,19 6,014 Jasa-Jasa 18,74 19,07 19,56 19,56 19,66 19,318 Total 100 100 100 100 100 100 Sumber: BPS Kab. Purworejo Perekonomian Kabupaten Purworejo pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,05 % dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2012. Apabila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan lima tahun terakhir terakhir ternyata masih dibawah rata-rata. beradasarakan Tabel 1.3 ketiga sektor sektor yang menjadi unggulan yaitu sektor pertanian, sektor jasa-jasa, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini ditunjukan dalam Tabel 1.3 7

Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Kab. Purworejo Tahun 2009-2013 (Dalam Persen) Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata Pertanian 3,39 3,76 2,3 3,51 2,98 3,188 Pertambangan dan penggalian -1,03 3,98 3,08 2,71 3,01 2,35 Industri Pengolahan 4,01 4,09 5,76 4,8 5,7 4,872 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,55 6,66 4,51 5,38 6,56 5,932 Bangunan 6,26 5,17 5,87 6,07 5,92 5,858 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5,54 5,63 6,48 6,41 6,39 6,09 Pengangkutan dan Komunikasi 6,53 5,7 7,64 5,78 6,09 6,348 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 7,24 5,39 6,76 6,01 7,33 6,546 Jasa-Jasa 6,95 6,95 6,79 5,94 5,52 6,42 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,96 5,01 5,02 5,04 4,99 5,004 Sumber: BPS Kab. Purworejo Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat menjadi meningkat. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dengan menggunakan rata-rata laju pertumbuhan PDRB. Akan tetapi rata-rata laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Purworejo pada Tahun 2009-2013 sebesar 5,004 masih rendah apabila dibandingkan rata-rata laju perumbuhan PDRB di Provinsi Jawa Tengah sebesar 5,832.Hal ini ditunjukkan dalam tabel 1.4 8

Tabel 1.4. Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Purworejo dengan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009-2013 (Persen) No Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 1 Kab. Cilacap 1,53 4,41 4,07 3,03 2,41 Kab. Cilacap 1) 5,25 5,65 5,78 5,59 5,75 2 Kab. Banyumas 5,49 5,77 5,95 5,88 6,71 3 Kab. Purbalingga 5,89 5,67 6,03 6,26 5,66 4 Kab. Banjarnegara 5,11 4,89 4,92 5,25 5,25 5 Kab. Kebumen 3,94 4,15 4,23 5,59 4,2 6 Kab. Purworejo 4,96 5,01 5,02 5,04 4,99 7 Kab. Wonosobo 4,02 4,29 4,52 5,14 4,98 8 Kab. Magelang 4,72 4,51 4,27 5,84 5,6 9 Kab. Boyolali 5,16 3,6 5,28 5,66 5,43 10 Kab. Klaten 4,24 1,73 1,96 5,54 5,79 11 Kab. Sukoharjo 4,76 4,65 4,59 5,03 5,01 12 Kab. Wonogiri 4,73 5,87 2,24 5,87 4,36 13 Kab. Karanganyar 5,54 5,42 5,5 5,82 5,38 14 Kab. Sragen 6,01 6,09 6,53 6,6 6,64 15 Kab. Grobogan 5,03 5,05 3,59 6,16 4,59 16 Kab. Blora 4,97 5,04 2,7 5,03 5 Kab. Blora 1) 5,08 5,19 2,59 5 4,91 17 Kab. Rembang 4,46 4,45 4,4 4,88 5,03 18 Kab. Pati 4,69 5,11 5,43 5,92 5,72 19 Kab. Kudus 3,95 4,17 4,21 4,33 4,68 20 Kab. Jepara 5,02 4,52 5,44 5,79 5,77 21 Kab. Demak 4,08 4,12 4,48 4,64 4,62 22 Kab. Semarang 4,37 4,9 5,56 6,02 5,62 23 Kab. Temanggung 4,09 4,31 4,65 5,04 5,02 24 Kab. Kendal 5,55 5,97 5,99 5,54 5,24 25 Kab. Batang 3,72 4,97 5,26 5,02 5,17 26 Kab. Pekalongan 4,3 4,27 4,77 5,32 5,45 27 Kab. Pemalang 4,78 4,94 4,83 5,28 5,41 28 Kab. Tegal 5,29 4,83 4,81 5,25 5,81 29 Kab. Brebes 4,99 4,94 4,97 5,21 5,06 30 Kota Magelang 5,11 6,12 5,48 6,48 5,91 31 Kota Surakarta 5,9 5,94 6,04 6,12 5,89 32 Kota Salatiga 4,48 5,01 5,26 5,94 6,14 33 Kota Semarang 5,34 5,87 6,41 6,42 6,2 34 Kota Pekalongan 4,78 5,51 5,45 5,6 5,89 35 Kota Tegal 5,02 4,61 4,58 5,07 4,93 Provinsi 5,14 5,84 6,03 6,34 5,81 Provinsi 1) 5,66 6,02 6,28 6,73 6,24 Catatan : 1) Tidak termasuk Minyak Bumi dan Gas Sumber : BPS Jawa Tengah 9

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Analisis Sektor Unggulan Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2009-2013" 1.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah klasifikasi pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Purworejo Tahun 2009-2013? 2. Sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor basis atau non basis dalam perekonomian Kabupaten Purworejo Tahun 2009-2013? 3. Bagaimanakah perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Kabupaten Purworejo Tahun 2009-2013? 4. Sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan Kabupaten Purworejo Tahun 2009-2013? 5. Apakah sektor unggulan daerah di Kabupaten Purworejo sudah sesuai dengan visi-misi Kabupaten Purworejo Tahun 2005-2025? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Purworejo. 2. Menganalisis sektor basis atau non basis dalam perekonomian Kabupaten Purworejo. 3. Menganalisis perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Kabupaten Purworejo. 4. Menentukan sektor-sektor unggulan perekonomian Kabupaten Purworejo. 10

5. Untuk mengetahui apakah sektor unggulan daerah sudah sesuai dengan visimisi Kabupaten Purworejo Tahun 2005-2025. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Kabupaten Purworejo merupakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Purworejo. 2. Bagi Penulis merupakan penambahan waawasan dalam bidang ilmu perencanaan pembangunan suatau wilayah. 1.5. Kerangka Berpikir Kabupaten Purworejo yang merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Analisis mengenai faktor penentu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purworejo dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Sehingga dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, pembangunan daerah Kabupaten Purworejo dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan menciptakan pengembangan wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor. Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. 11

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah. Analisis klasifikasi pertumbuhan sektor diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. berdasarkan analisis ini akan menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor relatif tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Hasil klasifikasi ini dapat dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan pembangunan atas posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian daerah yang menjadi referensi. Sektor basis dan non basis merupakan kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan ke dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di ekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan investasi. Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga 12

akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis. Perubahan dan pergeseran sektor dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya. Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa sektor ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan menjadi suatu sektor unggulan (Azis, 2012). Adapun kerangka konseptual yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Kerangka pemikiran Sumber: Hasil Tinjauan Pustaka 13