PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu organisasi pelayanan sosial kemanusiaan. Secara

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

Ventilator Associated Pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

PREVALENSI PHLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN INFUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

Trend Angka Infeksi Triwulan III Tahun 2017

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 2017

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Kebutuhan cairan dan elektrolit

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pasien yang membutuhkan akses vaskuler (Gabriel, 2008). Lebih

BAB II TINJAUAN TEORI

INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT RSUD dr. SOEDONO MADIUN TRIBULAN III TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Complication of Foley Catheter Is Infection the Greatest Risk. Oleh : dr. M. Gunthar A. Rangkuti

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan praktik kedokteran modern. Saat ini penggunaan kateter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemberian terapi obat melalui jalur intravena perifer (peripheral

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

Tabel 2.3 Pungsi Vena dengan Menggunakan Jarum Berlapis Kateter Plastik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota

M.Mariadi RSUD Dr. Soetomo Surabaya Jojoran I Blok Aa No. 13 Sby

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

Transkripsi:

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti) I. Pendahuluan Penggunaan peralatan intravaskular (IV) tidak dapat dihindari pada pelayanan rumah sakit atau instansi kesehatan lainnya kepada pasien, dimana tujuannya yaitu : a. Untuk mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit tubuh b Sebagai akses pemberian obat, kemoterapi dan tranfusi darah serta produk darah c Memberikan parenteral nutriens d Pra dan pasca bedah sesuai program Penggunaan IV yang tidak sesuai dengan prosedur yang baik dan benar menjadi salah satu penyebab komplikasi seperti : infeksi lokal atau sistemik termasuk septik thrombophleblitis, endocarditis, infeksi aliran darah yang diakibatkan oleh terinfeksinya bagian tubuh tertentu karena kateter yang terkolonisasi II. Definisi infeksi Infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005) Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) adalah infeksi yang timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Infeksi ini, sering digunakan sebagai salah satu sumber data digunakan untuk mengendalikan infeksi nosokomial (IN) di rumah sakit. Faktor resiko yang sering menimbulkan IADP adalah kerentanan pasien terhadap infeksi, dan pemasangan jarum/kanula intravena (IV) melalui tindakan invasif, diantaranya pemasangan infus. Beberapa definisi dari materi infeksi : a. Primary Blood Stream Infection (BSI) : Infeksi aliran darah primer yang terjadi akibat dari peralatan IVdisertai adanya tanda klinis, tapi tidak ada infeksi ditempat lain b. Secondary BSI Infeksi aliran darah primer yang terjadi akibat dari IV divices disertai adanya tanda klinis, tapi ada infeksi ditempat lain c. Kolonisasi : Adalah suatu kondisiterdapatnya mikroorganisme dalam darah tetapi tidak disertai dengan adanya tanda tanda klinis d. Bakterimia Bakterimia adalah suatu kondisi dimana terdapatnya bakteri di dalam aliran darah.pemeriksaan untuk memastikan yaitu dilakukan kultur darah dimana pada kondisi bakterimia hasil kultur darah menunjukan positif adanya mikroorganisme e. Sepsis Sepsis adalah Infeksi sistemik pembuluh darah yang menyebabkan reaksi sistemik yang lebih meluas. Sepsis juga merupakan Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. (Surasmi, Asrining. 2003) III. Kriteria IADP Dewasa & Anak >12 bulan, jika terdapat salah satu atau lebih dari: 1. Suhu > 38ºC, bertahan 24 jam. 2. Hipotensi, sistolik < 90 mmhg 3. Oliguria, jumlah urine< 0,5 cc/kgbb/jam 4. Terdapat kontaminan kulit dari 2 (dua) biakan berturut turut 5. Telah diberi antibiotik sesuai sepsis Bayi < 12 bulan, jika terdapat salah satu atau lebih dari : 1. Demam> 38ºC. 2. Hipotermi. 3. Apnea 4. Bradikardi< 100x/menit Catatan : Suhu diukur axiler tiap 3 jam, bila ada gejala suhu diukur rectal IV. Faktor Predisposisi terjadinya infeksi a. Faktor endogen : Faktor diri pasien sendiri : Umur Jenis kelamin Penyakit penyerta Daya tahan tubuh Kondisi klien.

b. Faktor eksogen yang mencakup : Lama masa rawat Alat medis Lingkungan rumah sakit Faktor petugas kesehatan atau perawat Faktor pasien lain yang dirawat bersama V. Resiko infeksi akibat terapi intravaskular Sumber Infeksi Tiga sumber utama yang berpengaruh terhadap infeksi yang berhubungan dengan terapi intravaskular karena adanya bakteri, yaitu : udara, kulit dan darah. Beberapa sumber yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang berhubungan dengan terapi intravaskular : 1. Kontaminasi udara 2. Cairan infus yang kadaluarsa 3. Admixtures, pencampuran 4. Manipulasi peralatan terapi intravascular 5. Injection ports 6. Three-way stopcocks 7. Kateter intravaskular 8. Terapi antibiotik 9. Persiapan kulit (area pemasangan intravaskular), desinfektan yang terkontaminasi Gambar 1. Sumber infeksi pada pemasangan kateter intravascular (Weinstein et.al, 1997)

Gambar 2. Sumber infeksi setelah IV terpasang. VI. Pencegahan Infeksi Aliran darah Primer Rekomendasi Umum dalam Pemakaian Alat Intravaskular dalam upaya mencegah terjadinya IADP, yaitu : 1. Pendidikan dan Pelatihan Petugas Medis Laksanakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi petugas medis yang materinya menyangkut : Indikasi pemakaian alat intravaskuler, Prosedur pemasangan kateter, Pemeliharaan peralatan intravaskuler Pencegahan infeksi 2. Surveilans Aktif IADP Laksanakan surveilans untuk mengetahui adanya kejadian infeksi Raba dengan tangan (palpasi) setiap hari lokasi pemasangan kateter iv melalui perban untuk mengetahui adanya pembengkakan Pengumpulan data setiap hari Perhitungan IADP setiap bulan Laporan setiap bulan, triwulan, semester, tahunan 3. Kebersihan tangan (Hand Hygiene)

Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah palpasi, pemasangan alat intravaskular, penggantian alat intravaskular, atau memasang perban. Penggunaan barrier pada pemasangan dan perawatan kateter Gunakan sarung tangan saat mengganti perban alat intravaskuler Tidak ada rekomendasi mengenai pemilihan sarung tangan untuk mengganti perban Kapan kita harus cuci tangan? Sebelum dan setelah palpasi daerah insersi Sebelum dan setelah insersi, mengganti, mengkaji, memperbaiki atau dressing kateter vena sentral Bila tangan kotor atau kemungkinan terkontaminasi Sebelum dan setelah prosedur tindakan Sebelum memakai sarung tangan Diantara pasien Setelah melepas sarung tangan 3.1. Prinsip Hand Hygiene Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun jika tangan terlihat kotor Gosok tangan dengan hand rub berbasis alkohol jika tangan tidak terlihat kotor Jangan menyentuh kembali area permukaan lingkungan sebelum melakukan tindakan Berdasarkan data klinik chlorhexidine antiseptik kulit lebih efektif dibanding dengan antiseptik kulit yang lain seperti povidoneiodine. 3.2. CDC guidelines untuk mencegah intravaskular catheter-related infections chlorhexidine lebih disukai untuk cutaneous antisepsis, tincture of iodine, an iodophor, or 70% alcohol merupakan alternatif Persiapkan daerah insersi menggunakan chlorhexidine 2% dalam 70% isopropyl alkohol. Aplikasikan antiseptik paling sedikit 30 detik Biarkan antiseptik mengering sebelum di insersi lebih kurang 2 menit 4. Pemilihan dan Penggantian Alat Intravaskular Pilih alat yang resiko komplikasinya relatif rendah dan harganya ekonomis yang dapat digunakan untuk terapi IV dengan jenis dan jangka waktu yang sesuai, saat ini bahan vialon lebih baik dibanding teflon Lepaskan (cabut) semua jenis peralatan intravaskular bila sudah tidak ada indikasi klinis. Pemasangan Kateter Jangan menyingkat prosedur pemasangan kateter yang sudah ditentukan Bersihkan kulit di lokasi dengan antiseptik yang sesuai, sebelum pemasangan kateter. Biarkan antiseptik mengering pada lokasi sebelum memasang Jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik (lokasi dianggap daerah steril) Gunakan kasa steril atau perban transparan untuk menutup lokasi pemasangan Bila dipakai iodine tincture untuk membersihkan kulit sebelum pemasangan kateter, maka harus dibilas dengan alkohol Perawatan Luka Kateter Ganti perban bila basah, kotor. Hindari sentuhan yang mengkontaminasi lokasi kateter saat mengganti perban. Periksa secara visual lokasi pemasangan kateter untuk mengetahui apakah ada pembengkakan, demam tanpa adanya penyebab yang jelas, atau gejala infeksi lokal atau infeksi bakterimia Pada pasien yang memakai perban tebal sehingga susah diraba atau dilihat, lepas perban terlebih dahulu, periksa secara visual setiap hari dan pasang perban baru Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter di lokasi yang dapat dilihat dengan jelas 5. Pengganti perlengkapan dan cairan intravena Set Perlengkapan Secara umum set perlengkapan intravaskuler terdiri atas seluruh bagian mulai dari ujung selang yang masuk ke kontainer cairan infus sampai ke hubungan alat Ganti selang penghubung tersebut bila alat vaskuler diganti. Ganti selang IV, termasuk selang piggyback dan stopcock, dengan interval yang tidak kurang dari 72 jam,

Ganti selang yang dipakai untuk memasukkan darah, komponen darah atau emulsi lemak dalam 24 jam dari diawalinya infus. 6. Penggantian administrasi set Administrasi set : 72 jam Administer blood, produk darah, lipid emulsion : 24 jam, Bersihkan port injeksi dengan alkohol 70 % sebelum mengakses sistem. Kesimpulan : Pemasangan kateter intra vena tidak dapat dihindari pada penanganan pasien di rumah sakit ataupun instansi kesehatan lainnya karena berfungsi untuk memberikan terapi dan cairan serta memonitor hemodinamik Pemasangan kateter vena dapat berisiko terjadinya infeksi, penggunaan hanya jika benar indikasi dan segera dilepas jika sudah tidak ada indikasi Keterampilan dan kepatuhan individu dalam melaksanakan tindakan dan perawatan kateter intra vena sangat diperlukan sehingga infeksi dapat diminimalkan REFERENSI 1. Hogonet, S., et.al, Nosocomial Bloodstream Infection and Clinical Sepsis, ISSN, vol. 10, 2004. 2. Center of Prevention and deseases Controle (CDC), 2005. 3. Buku pedoman Pelatihan Dasar Infeksi Nosokomial, Perdalin, 2011. 4. Weinstein S.M., Plumers; Principles & Practice of Intravenous Therapy, Sixth edition, New York, Lippincott, 1997. 5. Prevention of hospital-acquired infections: A practical guide 2nd edition, WHO, 2002.