KEPADATAN POPULASI KEPIK PENGHISAP BUAH

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Afriyanti, Nurhadi dan Lince Meriko. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

KEPADATAN KOLONI SEMUT HITAM (Dolichoderus thoracicus Smit) PADA PERTANAMAN KAKAO DAN CENGKEH DI NAGARI SELAYO KABUPATEN SOLOK E JURNAL

PENGARUH TEKNIK PENYELUBUNGAN BUAH KAKAO DENGAN PLASTIK TERHADAP SERANGAN HAMA Helopeltis sp.

REKOMENDASI UMUM PENGENDALIAN HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO 1) Oleh: Ir. Syahnen, MS 2) dan Muklasin, SP 3)

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

Inventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb)

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

HAMA Helopeltis spp. PADA JAMBU METE DAN PENGENDALIANNYA

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

KEPADATAN POPULASI ULAT KROP

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan.

Abdul Jamil, Armein Lusi Zeswita, Meliya Wati Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

III. METODE PENELITIAN. Penentuan Titik sampel. Mengukur Sudut Duduk Daun Pemeliharaan Setiap Klon

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulagris L.) E- JURNAL FATMA RIZA

(LEPIDOPTERA; NOCTUIDE) PADA TANAMAN BAWANG MERAH

KARAKTER SARANG SEMUT PADA PERTANAMAN KAKAO DI JORONG SIDUAMPAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

PEMBUATAN SARANG SEMUT HITAM

POLA DISTRIBUSI KUTU DOMPOLAN (Planococcus citri) PADA PERKEBUNAN KOPI DESA SEMIDANG ALAS KECAMATAN DEMPO TENGAH KOTA PAGAR ALAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

KEPADATAN POPULASI BEKICOT (Achatina fulica) PADA PERTANAMAN NAGA DI KANAGARIAN TAPAKIS KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL

KEPADATAN POPULASI LALAT BUAH Bactrocera cucurbitae PADA BUAH PARE (Momordica charantia L.)

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

HASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berbentuk pohon yang berasal

SERANGAN KUTU PUTIH PADA MANGLID (Manglieta glauca Bl) DENGAN POLA MONOKULTUR DAN CAMPURAN

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

Efikasi biopestisida ekstrak Andropogon nardus dalam menekan serangan hama dan penyakit utama buah Kakao di Sumatera Barat

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

KOMPOSISI SEMUT (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA PERTANAMAN KAKAO

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

MODUL-02 GEJALA KERUSAKAN DAN TIPE ALAT MULUT SERANGGA II. GEJALA KERUSAKAN DAN TIPE ALAT MULUT SERANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2014 di kebun

PENGENDALIAN HAMA UTAMA KAKAO (Conopomorpha cramerella dan Helopeltis spp.) DENGAN PESTISIDA NABATI DAN AGENS HAYATI

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

PETUNJUK PENGAMATAN OPT PERKEBUNAN

PENDAHULUAN. pohon batang lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

EFEKTIVITAS JAMUR Beauveria bassiana TERHADAP HAMA Helopeltis sp. YANG MENYERANG TANAMAN KAKAO. Syamsul Makriful Akbar 1 dan Mariani 2 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

PERANAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP POPULASI Helopeltis spp. dan Sanurus indecora PADA JAMBU METE

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN ( Toona sureni ) DAN DAUN TITHONIA ( Tithonia diversifolia ) DALAM PENGENDALIAN HAMA BUAH KAKAO SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

KEPADATAN POPULASI KATAK SAWAH (Rana cancrivora Gravenhorst) YANG DITEMUKAN DI BUNGO PASANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Serangan Kutu Hijau Coccus viridis pada Kopi di Jawa Timur

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik

PENGENDALIAN HAMA UTAMA KAKAO ( Conopomorpha cramerella dan Helopeltis spp.) DENGAN PESTISIDA NABATI DAN AGENS HAYATI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

Hama penghisap daun Aphis craccivora

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN

EFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PBK PADA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG ABSTRAK PENDAHULUAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

BAB III METODOLOGI PENELITAN

Transkripsi:

KEPADATAN POPULASI KEPIK PENGHISAP BUAH (Helopeltis theivora) PADA PERKEBUNAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PADANG MARDANI KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM E JURNAL WIDYA FITRIANI NIM. 11010065 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT 2015

KEPADATAN POPULASI KEPIK PENGHISAP BUAH (Helopeltis theivora) PADA PERKEBUNAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PADANG MARDANI KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM Widya Fitriani, Rina Widiana, dan Febri Yanti Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Widya Fitriani185@gmail.com ABSTRACT Indonesia has one of the cocoa crop cultivators, cultivation of cocoa plants have good prospects for cocoa beans needs both at home and abroad are growing and can not be fulfilled as well as the selling prices tend to be high. One of the problems found in the cultivation of these plants are pests. Given the scale of cultivation of this crop is still small and simple if pests do not rapidly controlled, it can result in lower yields or even death in plants. Based on this research has been done on Population Density of Dented Pests Fruit of Inhalator (Helopeltis theivora) In Plantation Cocoa (Theobroma cacao L.) In Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam, This research is a descriptive study. Determination of the point is done systematically by assigning 5 points, each point of sampling is done 3 times with 3 different sample trees. Sampling is done on the sub block I farm production in PT Inang Sari Padang Mardani kecamatan Lubuk basung kabupaten Agam. From the results, the density Helopeltis theivora at Plantation (Theobroma cacao L.) In Padang Mardani Lubuk basung kabupaten Agam of as much as 2.89 individual / trunk and has not crossed the threshold of control. Key Words : Density, Helopeltis theivora, and Theobroma cacao L PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao dan termasuk negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-Coast dan Ghana, yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/tahun. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, perkembangan luas areal perkebunan kakao meningkat secara pesat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8% per tahun dan saat ini mencapai 1.462.000 ha. Hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan rakyat (Karmawati dkk., 2010) Usaha budidaya tanaman kakao memiliki prospek yang cukup baik karena kebutuhan biji kakao baik dalam dan luar negeri yang terus bertambah dan belum bisa terpenuhi serta harga jual yang cenderung tinggi pada setahun terakhir (Republika, 2014). Salah satu permasalahan yang terdapat pada usaha budidaya tanaman ini adalah serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman kakao ini dapat mengakibatkan turunnya hasil panen atau bahkan kematian pada tanaman. Mengingat skala usaha budidaya tanaman ini masih kecil dan sederhana jika serangan hama dan penyakit tidak cepat dikendalikan. Hal ini akan memperparah akibat serangan hama dan penyakit pada tanaman kakao. Organisme pengganggu tanaman yang menyebabkan penurunan hasil produksi perkebunan kakao adalah serangga. Hama yang banyak ditemukan pada tanaman kakao, diantaranya hama penggerek buah kakao (Conopomopha cramerella) dan kepik pengisap buah (Helopeltis spp.). Hama ini merupakan hama utama pada tanaman kakao (Siswanto dan Karmawati, 2012). Salah satu spesies Helopeltis spp yang berperan dalam penurunan hasil produksi pada perkebunan kakao adalah Helopeltis theivora. Helopeltis theivora termasuk ke dalam ordo Hemiptera, sub ordo Cimicomorpha, famili Miridae, genus Helopeltis (Borror, 1992). Helopeltis theivora merupakan salah satu hama utama kakao yang banyak dijumpai hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis Helopeltis yang menyerang tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies, yaitu H. antonii, H. theivora dan H. Claviver (Karmawati dkk., 2010).

Helopeltis theivora mengisap cairan tumbuhan pada pucuk muda, tunas, bunga, dan buah muda. Setelah cairan diisap, air liurnya yang sangat beracun dikeluarkan dan tempat yang terkena akan melepuh dan berwarna coklat tua (Karmawati, 2010). Hal ini sesuai dengan tipe mulut Helopeltis theivora yaitu tipe menusuk dan menghisap dalam bentuk probosis yang beruas dan ramping, bagian beruas dari probosis itu adalah labium, yang bertindak sebagai suatu selubung bagi empat stilet penusuk (dua mandibula dan dua maksila), maksila bersama-sama cocok di dalam probosis membentuk dua saluran, sebuah saluran makanan dan sebuah saluran air liur (Borror, 1992). BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 di PT Inang Sari Cacao Plantation Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Perhitungan kepadatan populasi Helopeltis theivora dilakukan langsung di lapangan. Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lup, thermohigrometer, botol koleksi, botol semprot, plastik putih, tali rafia, kuas, pinset, masker, kertas label, kamera digital dan alat alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah alkohol 70%, insektisida dan serangga kepik penghisap buah pada tanaman kakao (Helopeltis theivora). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey deskriptif. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan secara sistematik dengan membuat 5 titik pengambilan sampel, masing-masing titik terdapat 3 pohon sampel yang diambil secara acak, pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval 1 minggu 1 kali pengambilan sampel, setiap pengambilan sampel dilapangan dilakukan di pohon yang berbeda dari pengambilan sebelumnya. Sampel diambil secara langsung yaitu dengan cara menyemprotkan insektisida pada buah yang dihinggapi, sehingga menyebabkan serangga lepas dari buah dan berjatuhan di atas plastik putih yang telah dibentangkan di bawah pohon kakao. Pengambilan sampel dilakukan di kebun produksi PT inang sari Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam, tepatnya dilakukan di Sub Blok 1 dengan varietas kakao ICS60 dengan luas 2,64 Ha (176 m x 150 m) pada pagi hari yaitu pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Data kepadatan dihitung mengacu pada Suin (2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kepadatan Helopeltis theivora di PT. Inang Sari Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam seperti pada Histogram berikut: Gambar 1.Histogram Rata-rata Kepadatan Individu Helopeltis theivora pada Masing-masing Pengamatan 1.5 1 0.5 0 0.89 Minggu I 1 1 Minggu II Minggu III Pengambilan Sampel Hasil pengukuran faktor fisika lingkungan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 1. Suhu dan Kelembaban Udara di Lokasi Penelitian. Pengamatan Parameter Minggu Minggu Minggu I II III Suhu ( 0 C) 28 29 28 Kelembaban 80 83 85 (%) Berdasarkan hasil penelitian kepadatan populasi Helopeltis theivora di PT. Inang Sari Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam pada fase nimfa didapatkan kepadatan total sebanyak 2,89 individu/batang, dengan kisaran suhu 28 0 C- 29 0 C dan kelembaban 80%-85%, kepadatan Helopeltis theivora ini lebih rendah dari yang didapatkan oleh Anggraini (2012) di daerah Lubang Panjang Kecamatan Baringin Kota Sawahlunto yaitu sebanyak 7,64 individu/batang dengan kisaran suhu 21 0 C- 25 0 C dan kisaran kelembaban 81%-86%. Rendahnya kepadatan yang didapat dalam penelitian ini terkait dengan keadaan fisika

lingkungan yang tidak mendukung perkembangan Helopeltis theivora dibandingkan dengan Anggraini (2012), suhu yang didapat dalam penelitian ini tergolong tinggi bagi perkembangan Helopeltis theivora. Menurut Jumar (2000) serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup, di luar suhu kisaran tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga, pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 15 0 C, suhu optimum 25 0 C, dan suhu maksimum 30 0 C, sementara itu kelembaban juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga, dalam kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrim. Selain suhu, Rendahnya kepadatan Helopeltis theivora yang didapatkan juga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan, kisaran kelembaban lingkungan yang diperoleh 80%-85%, kisaran kelembaban ini termasuk tinggi. Menurut Susniahti dkk., (2005) Perkembangan Helopeltis banyak dipengaruhi oleh keadaan iklim dan ketersediaan makanan. Pada umumnya keadaan cuaca yang panas dengan kelembaban relatif sekitar 70%-80% cocok bagi perkembangan Helopeltis theivora sehingga populasinya bertambah banyak. Serangan hama ini banyak terjadi pada musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Faktor makanan juga berpengaruh terhadap perkembangan Helopeltis theivora. Pada saat pengambilan sampel dilapangan telah dilakukan pemetikan buah dan pembersihan perkebunan oleh petani, sehingga makanan yang tersedia juga berkurang, selain itu kondisi buah dan batang kakao yang sudah tua juga berpengaruh terhadap perkembangan Helopeltis theivora, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Kepadatan Helopeltis theivora yang didapat pada minggu I adalah 0,89 individu/batang, kepadatan Helopeltis theivora minggu ke II adalah 1 individu/batang dan kepadatan Helopeltis theivora pada minggu ke III adalah 1 individu/batang. Menurut Jumar (2000) makanan merupakan sumber gizi yang diperlukan oleh serangga untuk hidup dan berkembang, jika makanan tersedia dalam kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sebaliknya, jika keadaan makanan berkurang maka populasi serangga juga akan menurun. Pada saat pengambilan sampel di lapangan ditemukan adanya semut hitam (Dolichoderus thoracicus) dan semut rangrang (Oecophylla smaragdina), semutsemut ini merupakan predator dari Helopeltis theivora, adanya semut ini dapat mengurangi perkembangan Helopeltis theivora yang ada pada tanaman kakao. Menurut Siswanto dan Karmawati (2012) Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) atau semut rangrang (Oecophylla smaragdina) merupakan predator dari Helopeltis theivora. Semut hitam bersimbiose dengan kutu putih yang menghasilkan cairan yang mengandung banyak gula. Kepadatan populasi Helopeltis theivora yang didapatkan rendah dan belum melewati ambang kendali sehingga status Helopeltis theivora pada perkebunan kakao (Theobroma cacao L.) di Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam belum termasuk hama. Apabila populasi hama 5 individu setiap batangnya, maka belum terjadi penurunan hasil sehingga petani masih bisa mentoleransi (belum dikatakan hama). Pada populasi hama 6 sampai 7 individu setiap batangnya petani sudah mulai merasakan kerugian ekonomi atau ambang kendali (Anonimous, 2012 dalam Anggraini, 2012). KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Kepadatan populasi kepik penghisap buah (Helopeltis theivora) pada perkebunan kakao (Theobroma cacao L.) di Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam yang didapatkan adalah 2,89 individu/batang dan belum melewati ambang kendali. Keadaan faktor fisika lingkungan yakni suhu dan kelembaban dilokasi penelitian kurang cocok untuk kehidupan Helopeltis theivora. suhu yang didapatkan berkisar 28 o -29 o C, sedangkan kelembaban berkisar antara 80%- 85%.

Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar memperluas areal pengambilan sampel atau melakukan penelitian dengan membandingkan varietas kakao yang berbeda atau membandingkan umur kakao yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, F. (2012). Kepadatan Hama Kepik Penghisap Buah (Helopeltis sp) yang Ditemukan Pada Tanaman Kakao Di Daerah Lubang Panjang Kecamatan Baringin Kota Sawahlunto. Skripsi, Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat. Padang: Andalas University Press. Susniahti, N., Sumeno dan Sudarajat. 2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Bandung: Universitas Padjadjaran Borror, DJ., Triplehorn, CA., dan Johnson, NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi ke-6. Diterjemahkan oleh Partosoedjono, S. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta. Karmawati, E. 2010. Pengendalian Hama Helopeltis spp. Pada Jambu Mete Berdasarkan Ekologi: Strategi Dan Implementasi. Bogor: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan. Jurnal litbang pertanian 3(2) Hal 102-119. Diakses 13 April 2015. Karmawati, E., dkk. 2010. Budidaya Dan Pasca Panen Kakao. Bogor: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan Bogor. Siswanto dan E. Karmawati. 2012. Pengendalian Hama Utama Kakao (Conopomorpha cramerella dan Helopeltia spp) Dengan Pestisida Nabati dan Agens Hayati. Bogor. Jurnal Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan 11(2) Hal 99-103. Diakses 12 Maret 2015. Suin, N, M dan R. Syafinah. 2006. Ekologi Bahan Ajar Laboratorium.