1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di dunia. Hal ini juga terjadi di Indonesia, dimana banjir sudah menjadi bencana rutin yang terjadi setiap musim hujan. Banjir merupakan salah satu bentuk daya rusak air yang terjadi karena air yang meluap dari palung sungai yang disebabkan oleh tingginya curah hujan dan tidak cukupnya kapasitas badan air (sungai atau saluran drainase) untuk menampung dan mengalirkan air. Menurut Siswoko (2010) kejadian banjir tidak selalu berakibat buruk terhadap kehidupan manusia sehingga perlu dibedakan menjadi dua yaitu, banjir yang tidak menimbulkan masalah terhadap kehidupan manusia (bukan bencana banjir) dan banjir yang menimbulkan masalah terhadap kehidupan manusia (bencana banjir). Banjir yang tidak menimbulkan masalah merupakan banjir yang dapat mendatangkan manfaat bagi manusia dan lingkungan dimana luapan banjir yang membawa sedimen membawa unsur hara yang dapat menyuburkan tanah di dataran banjir. Banjir yang berubah menjadi masalah/bencana merupakan banjir yang dapat menimbulkan kerugian terhadap kehidupan manusia dimana adanya budidaya dataran banjir oleh manusia untuk memenuhi berbagai keperluannya tanpa memperhatikan atau mempertimbangkan adanya resiko terjadinya genangan banjir seperti banjir yang terjadi di Sungai Ciujung Provinsi Banten. Permasalahan banjir pada Sungai Ciujung telah tercatat sejak tahun 1977 dan sampai dengan saat ini. Banjir tersebut masih belum bisa ditanggulangi secara menyeluruh. Kejadian banjir di wilayah tersebut pada umumnya disebabkan curah hujan tinggi, pasang air laut, perubahan tata guna lahan, sedimentasi. Dalam dekade terakhir, pada tanggal 13-15 Januari 2012 terjadi hujan merata dengan intensitas yang relatif tinggi yang menyebabkan banjir yang besar pada Sungai Ciujung di bagian hulu dan hilir Kota Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
2 1.2 Deskripsi DAS Ciujung Sungai Ciujung merupakan sungai terbesar di Provinsi Banten yang melewati tiga Kabupaten yaitu: Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Serang. Batas administrasi tiga Kabupaten tersebut disajikan pada peta batas wilayah administrasi Provinsi Banten di bawah ini (Gambar 1.1). Sungai tersebut memiliki panjang ±142 km dengan luas DAS ±2156 km 2 yang terdiri dari tiga anak sungai utama yaitu: Sungai Ciberang (319 km 2 ), Sungai Cisimeut (457 km 2 ), Sungai Ciujung Hulu (596 km 2 ), dan anak sungai lainnya yang lebih kecil berada di sebelah hilir Kota Rangkasbitung. Pada Sungai Ciujung terdapat satu bendung yaitu Bendung Pamarayan yang berada di sekitar batas administrasi Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang antara Kota Rangkasbitung dan Kecamatan Kragilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan irigasi dan air baku serta difungsikan sebagai sistem peringatan dini terhadap banjir. Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Kota Cilegon Gambar 1.1 Peta batas wilayah administrasi Provinsi Banten Topografi DAS Ciujung di bagian hulu Kota Rangkasbitung berupa pegunungan yang merupakan daerah tangkapan air berasal dari Gunung Endut, Gunung Halimun dan Gunung Karang dengan kemiringan sungai antara 0.0042 sampai
3 0.0143 sedangkan di bagian hilir Kota Rangkasbitung ke arah pantai merupakan daerah dataran dengan kemiringan sungai 0.00016 sampai dengan 0.0002. Jenis tanah DAS Ciujung terdiri dari tanah alluvial, glei, latosol, rensina, andosol dan podsolik. Jenis tanah di bagian hulu dan hilir Kota Rangkasbitung di sekitar alur sungai dan pantai didominasi oleh tanah alluvial sedangkan di pegunungan dan dataran didominasi oleh tanah podsolik. Curah hujan tahunan rerata DAS Ciujung tahun 2009 di bagian hulu Kota Rangkasbitung antara 2500 mm/tahun sampai 5500 mm/tahun sedangkan di bagian hilir Kota Rangkasbitung ke arah pantai antara 1500 mm/tahun sampai 2500 mm/tahun, dimana musim hujan rerata terjadi pada bulan November sampai April dan musim kering rerata terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. 1.3 Identifikasi Masalah Permasalahan banjir Sungai Ciujung ini hampir terjadi setiap tahun, pada pertemuan 3 anak sungai utama di bagian hulu (Kota Rangkasbitung Kabupaten Lebak) dan di bagian hilir sering meluap menggenangi area dataran Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang. Banjir menggenangi area pemukiman, industri, persawahan serta jalur transportasi Tol Jakarta-Merak, tergenangnya area tersebut menimbulkan permasalahan komplek selain dapat menimbulkan korban jiwa, hilangnya harta benda masyarakat, kerusakan prasarana dan fasilitas umum, terganggunya fungsi utilitas prasarana dan fasilitas umum, juga menyangkut multi aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, pendidikan dan kesehatan. Peta genangan banjir tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 1.2 (BBWS Cidanau- Ciujung-Cidurian, 2013).
4 Kragilan Rangkasbitung Gambar 1.2 Peta daerah genangan banjir tahun 2012 Menurut The Study on Ciujung-Cidurian Integrated Water Resources (Nippon Koei, 1995), master plan pengendalian banjir di Sungai Ciujung antara Bendung Pamarayan dan Kota Rangkasbitung telah dibuat pada tahun 1983 dan 1985. banjir terbesar terjadi selama 24 tahun yang lalu dan menyebabkan banjir di sepanjang ruas sungai bagian tengah dan dataran rendah Sungai Ciujung. Perindustrian dan pemukiman yang berada di sekitar ruas sungai bagian tengah dan dataran rendah Sungai Ciujung mempunyai potensi bahaya banjir yang tinggi. Oleh karena itu, master plan yang dimaksud diatas harus dikaji kembali dengan menggunakan data runoff terbaru, situasi sosial-ekonomi terbaru serta menyelidiki fasilitas pengendalian banjir yang ada. Menurut studi Jabodetabek Water Resources Management System (JWRMS, 1998), salah satu penanganan untuk mengurangi bencana banjir, Pemerintah Pusat melalui BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian akan membangun dua bendungan di DAS Ciujung yaitu Bendungan Karian dan Bendungan Pasir Kopo.
5 Seiring berjalannya waktu, permasalahan lain timbul terkait kinerja Bendungan Karian dalam meredam banjir bahwa dengan dibangunnya Bendungan Karian seberapa besar kinerja bendungan dapat mengurangi debit banjir?. Meskipun telah dilakukan pada studi Detail Design Feasibility Study On Karian Multipurpose Dam tahun 2006 oleh KOICA, namun analisis terhadap pengendalian banjir secara terpadu dengan dibangunnya Bendungan Karian dan Bendungan Pasir Kopo sesuai usulan JWRMS belum pernah dilakukan. Dengan latar belakang masalah ini penulis mempunyai gagasan untuk melakukan analisis kinerja Bendungan Karian dan Pasir Kopo dalam pengendalian banjir secara terpadu pada DAS Ciujung. 1.4 Batasan Masalah Permasalahan banjir pada DAS Ciujung begitu komplek namun karena keterbatasan waktu dan tenaga maka penelitian ini difokuskan pada peninjauan analisis banjir di pertemuan tiga anak Sungai Ciujung Kota Rangkasbitung. Lateral inflow di daerah hilir Kota Rangkasbitung ke arah pantai tidak diperhitungkan. 1.5 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas maka kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini. 1. Berapa besar debit banjir/tinggi muka air banjir yang terjadi di Kota Rangkasbitung pada kondisi eksisting (tanpa bendungan)? 2. Berapa besar kinerja Bendungan Karian dalam mengurangi debit banjir di Kota Rangkasbitung? 3. Berapa besar kinerja Bendungan Karian dan Pasir Kopo dalam mengurangi debit banjir di Kota Rangkasbitung?
6 1.6 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah melakukan kajian pengendalian banjir pada DAS Ciujung melalui pendekatan pemodelan hidrologi dan hidraulika untuk mengetahui kinerja kedua bendungan dalam upaya pengendalian banjir yang terjadi pada Sungai Ciujung di Kota Rangkasbitung. 1.7 Manfaat Penelitian Hasil studi dapat digunakan sebagai masukan dalam kegiatan perencanaan pengendalian banjir secara terpadu, penyusunan peta rawan banjir dan rencana tindak darurat. 1.8 Keaslian Penelitian Analisis ini mensimulasikan penelusuran aliran (channel routing) melalui model hidrologi-hidraulika yang terintegrasi pada suatu DAS untuk melihat kinerja kedua bendungan dalam hal pengendalian banjir.