BIOKONSENTRASI LOGAM Fe OLEH CACING AKUATIK DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR LIMBAH

dokumen-dokumen yang mirip
BIOAKUMULASI LOGAM Fe OLEH CACING AKUATIK DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR

PERBANDINGAN TINGKAT REDUKSI LUMPUR LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN CACING AKUATIK Tubifex sp. DAN Lumbriculus sp.

PENGARUH PENAMBAHAN CACING AKUATIK TERHADAP KONSENTRASI NITROGEN DAN FOSFOR DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR LIMBAH

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

SKRIPSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PROSES FITOREMEDIASI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARA ALAMI (FITOREMEDIASI) DENGAN TANAMAN KAYU APU (PISTIA STRATIOTES)

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ELECTROPLATING

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

METODE Persiapan tempat

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN LAHAN BASAH BUATAN MENGGUNAKAN RUMPUT PAYUNG (CYPERUS ALTERNIOFOLIUS) Oleh :

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

Effect of Temperature on the Accumulation and Depuration of Copper (Cu) and Cadmium (Cd) in Nile Tilapia Fish (Oreochromis niloticus)

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN PROSES ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH COLD STORAGE MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

Judul PEMANFAATAN LUMPUR BIO SEBAGAI ADSORBEN MELALUI PIROLISIS : PENGUJIAN ULANG. Kelompok B Pembimbing

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR INDUSTRI PENGOLAHAN BAJA SEBAGAI PENGGANTI PARSIAL PASIR UNTUK BAHAN BANGUNAN

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah Nya

Bioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium.

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

II. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22

CAIR DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Zn dan Cu Dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides)

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

PENGARUH WAKTU TINGGAL DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU PADA PROSES FERMENTASI LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP PRODUKSI BIOGAS TESIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN KADAR BESI (Fe) BERDASARKAN VARIASI BERAT LIMBAH TAHU SEBAGAI PENYERAP LOGAM PADA LEACHATE (LINDI) (STUDI DI TPA CIANGIR KOTA TASIKMALAYA)

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Chonny Ornella D.R Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Sarwoko Mangkoedihardjo, MSc.ES.

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

PENGARUH AERASI DAN PENCAHAYAAN ALAMI TERHADAP KEMAMPUAN HIGH RATE ALGAE REACTOR (HRAR) DALAM PENURUNAN NITROGEN DAN FOSFAT PADA LIMBAH PERKOTAAN

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Biogas dari Pemanfaatan Janur dengan Penambahan Inokulum Kotoran Sapi

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

Pengolahan Lumpur Tinja Pada Sludge Drying Bed IPLT Keputih Menjadi bahan Bakar Alternatif Dengan Metode Biodrying

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

PRAKATA. Semarang, Januari Penyusun. iii

STUDI PENGARUH FLY ASH TERHADAP SIFAT MENGEMBANG DAN KUAT TEKAN BEBAS PADA LEMPUNG MONTMORILLONITE KARANGNUNGGAL TASIKMALAYA TESIS MAGISTER

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c.

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%)

PENYISIHAN COD LIMBAH CAIR PKS DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan. Oleh : TRI MURNIATI NIM.

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

Tembalang, Semarang

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

Keywords : Anaerobic process, biogas, tofu wastewater, cow dung, inoculum

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan permukiman, perdagangan, perkantoran, perindustrian dan lainnya.

PENGGUNAAN TANAMAN KAYU API (PISTIA STRATIOTES) UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARAFITOREMEDIASI ABSTRAK

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX

Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang. Abstrak

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

Transkripsi:

BIOKONSENTRASI LOGAM Fe OLEH CACING AKUATIK DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR LIMBAH BIOCONCENTRATION OF IRON METALS (Fe) BY AQUATIC WORM DURING SLUDGE REDUCTION PROCESS Ro du Dhuha A. (1), Atiek Moesriati (2), Alfan Purnomo (3) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jalan Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111, Indonesia Email: rodudhuha@gmail.com Abstrak: Tubifex sp. dan Lumbriculus sp. mampu mengakumulasi logam secara biologis yang selanjutnya dapat terjadi pengurangan logam berat dalam lumpur. Lumpur hasil pengolahan limbah industri sering mengandung logam berat, polutan organik dan bakteri patogen. Fe (besi) merupakan logam yang mana dalam jumlah besar di lingkungan dapat menyebabkan toksik. Hasil analisis kadar logam dalam salah satu lumpur limbah dari unit secondary treatment mengandung Fe sebesar 17.100 mg/kg. Pengelolahan lumpur menggunakan cacing akuatik merupakan alternatif dalam mengurangi jumlah lumpur yang dihasilkan dari suatu instalasi pengolahan air limbah. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dengan sistem batch. Sampel lumpur berasal dari hasil pengolahan limbah pada unit instalasi secondary treatment IPAL SIER yang kemudian dimasukan dalam reaktor berisi cacing. Reaktor untuk tiap sampel menggunakan rasio worm/sludge (w/s) 0,4; 0,6; dan 0,8. Akumulasi logam Fe pada cacing dilakukan selama 7 hari dengan pengamatan setiap hari. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini jumlah logam Fe yang terkandung dalam tubuh cacing Tubifex sp. dan Lumbriculus sp. akibat proses reduksi lumpur masing-masing sebesar 6.198mg/kg atau dan 2.036mg/kg. Worm/sludge dan jenis cacing mempengaruhi akumulasi logam Fe oleh cacing akuatik. Kata Kunci : Bioakumulasi, logam Fe, Tubifex sp, Lumbriculus sp. Abstract: Tubifex sp and Lumbriculus sp. sp biologically able to accumulate metals which can occur subsequent reduction of heavy metals in the sludge. Industrial sewage sludge processing results often contain heavy metals, organic pollutants and pathogens. Fe (iron) is a metal which in large quantities in the environment can cause toxic. The result analysis levels metal in mud from secondary unit treatment containing Fe as much as 17.100 mg/kg. Improper processing can have an impact on the environment and human health. Sludge treatment using aquatic worms are an alternative to reduce the amount of sludge produced from the wastewater treatment plant. This research was conducted in laboratory scale with a batch system. Samples of the mud comes from the results of the installation unit on sewage treatment secondary treatment IPAL SIER wich then inserted in the reactor containing worm. Reactor for each sample used a ratio of worm/sludge (w/s) thas is 0,4; 0,6; dan 0,8. The accumulation of metal in worms carried for 7 days with daily observations. The results obtained from this study the amount of Fe contained in the body of worms Tubifex sp. and Lumbriculus sp. due to sludge reduction processes respectively at 6.198 mg/kg and 2.036 mg/kg. Worm/sludge and types of worms affecting Fe metal accumulation by aquatic worms. Keyword : Bioaccumulation, iron metals, Tubifex sp., Lumbriculus sp. PENDAHULUAN Instalasi pengolahan air limbah pada umumnya memberikan hasil buangan berupa lumpur dari proses pengolahan. Proses pengolahan secara aerobik mengakibatkan jumlah lumpur yang cukup besar (Ellisen, 2006). Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan limbah mengandung logam berat, patogen dan mikropolutan organik (Huang et al., 2012). Pengolahan lumpur yang tidak benar dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Lumpur hasil pengolahan menjadi salah satu tantangan serius dalam pengolahan air limbah. Hal tersebut sebagai akibat dari adanya hukum yang mengatur, besarnya biaya dan keresahan masyarakat akibat pembuangan lumpur dari pengolahan limbah (Wei et al., 2008). IPAL SIER merupakan instalasi pengolahan dengan sumber air 1

limbah berasal dari industri (PT. SIER Persero). Menurut Sanin et al. (2011), air limbah industri mengandung logam berat diantaranya adalah Fe Fe (besi) merupakan logam yang mana dalam jumlah besar di lingkungan dapat menyebabkan toksik. Hasil analisis kadar logam dalam salah satu lumpur limbah dari unit secondary treatment mengandung Fe sebesar 17.000 mg/kg. konsentrasi tersebut sangat besar bila dibandingkan dengan baku mutu pupuk organik dan pembenahan tanah yaitu maksimal 400 mg/kg (Peraturan menteri pertanian, 2006). Lumpur yang terkena atau mengandung logam berat perlu pengolahan tambahan untuk mereduksinya (Elissen et al., 2006). Dilain sisi pengolahan tersebut dapat meningkatkan biaya pengolahan. Sebagai contoh, biaya pengolahan lumpur dan pembuangan dapat meningkat hingga 60% dari total biaya operasional instalasi pengolahan air limbah (Wei et al., 2008). Ellisen et al,. (2006) menemukan sebuah konsep reaktor menggunakan cacing akuatik untuk mereduksi jumlah lumpur. Penelitian tersebut menunjukan bahwa dengan menggunakan reaktor cacing TSS dapat tereduksi sebesar 75%. Cacing akuatik juga dapat mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya hingga kadar maksimum yang dapat diterima (Elissen et al., 2010). Menurut Zhang (2012), beberapa cacing akuatik ditemukan dalam pengolahan air limbah yang bertujuan untuk mengurangi lumpur, seperti Tubificidae, Lumbriculidae dan Aeolosomatidae. Tubificidae (misal Tubifex tubifex) memiliki tingkat konsumsi tinggi, rentang hidup yang panjang dan kapasitas yang unggul untuk mentolerir polutan dan senyawa beracun dalam ekosistem akuatik. Cacing akuatik golongan oligochaeta merupakan predator alamiah yang diidentifikasi memiliki kemampuan dalam mereduksi lumpur (Buys et al.,2008). Selain Tubifex sp., Lumbriculus sp. merupakan cacing akuatik dengan golongan oligochaeta yang mampu merduksi lumpur dan mengakumulasi logam. Lumbriculus sp. merupakan organisme yang toleran terhadap pencemar. Lumbriculus sp. pada umumnya digunakan untuk mengukur biokonsentrasi kontaminan pada sedimen (Karlsson, 2013). Cacing-cacing tersebut mengkonsumsi lumpur sebagai makanannya, sehingga mengakumulasi logam Fe yang terkandung dalam lumpur. Logam Fe dalam limbah cair yang diolah secara konvensional dapat terkandung pada lumpur yang dihasilkan. Pada penelitian ini akan menganalisis kemampuan cacing akuatik (Tubifex sp. dan Lumbriculus sp.) mengakumualasi logam Fe dalam pengolahan lumpur pada reaktor cacing akuatik. METODE Alat dan bahan Direncanakan reaktor cacing memiliki dua kompartemen yaitu kompartemen air dan kompartemen lumpur. Pada kompartemen lumpur berisi lumpur dengan cacing untuk mereduksi lumpur limbah. Kompartemen air berisi air sebagai habitat cacing akuatik. Material pembawa dirangkai didasar kompartemen lumpur yang berfungsi sebagai tempat menempelnya cacing. Lumpur yang idgunakan berasal dari lumpur hasil effluent pengolahan air limbah. Dimensi reaktor cacing adalah 15 cm x 15 cm x 10 cm untuk kopartemen lumpur dan 20 cm x 20 cm x 20 cm untuk kompartemen air. Gambar dari reaktor dapat dilihat pada Gambar 1. Jenis cacing yang akan digunakan yaitu dari kelas Oligochaeta dengan genus Tubifex sp. dan Lumbriculus sp. Gambar 1. Dimensi reaktor rencana Konsep reaktor cacing adalah lumpur limbah akan dimanfaatkan oleh cacing sebagai sumber makanan sehingga akan terjadi reduksi lumpur. Hal tersebut akan sejalan dengan penurunan kandungan logam dalam lumpur dan 2

peningkatan logam pada cacing. Cacing akan mencari oksigen dari kompartemen air, dimana cacing akan menggantungkan badannya pada paterial pembawa dengan posisi ekor berada dibawah. Mekanisme penelitian 1. Cacing akuatik dibersihkan dari parasit dengan menggunakan air mengalir selama semalam 2. Cacing akuatik yang telah dicuci dimasukkan kedalam reaktor sesuai dengan berat tiap rasio w/s awal (berat kering) 0,4 ; 0,6 dan 0,8. 3. Menganalisis kadar Fe pada lumpur, air dan cacing sebagai analisis awal. 4. Diamati kondisi lingkungan meliputi suhu, ph dan DO 5. Analisis konsentrasi Fe pada cacing dilakukan setiap hari Metode analisis Fe pada cacing 1. Mula-mula spesimen cacing akuatik dipisahkan dari sedimen dan kotoran yang melekat di permukaan tubuhnya. Selanjutnya dicuci dengan air kran, dibilas dengan air mengalir dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Kemudian cacing ditimbang dan dicatat bobot basahnya. 2. Cacing sutera dikeringkan dalam oven suhu 105 0 C hingga berat konstan kemudian dimasukkan ke dalam deksikator untuk persiapan pengujian selanjutnya. 3. Sebanyak 0,1 g sampel kering dimasukkan ke dalam beaker glass, selanjutnya dilarutkan dengan aquades sebanyak 25 ml dan didestruksi menggunakan 1 ml HCl. 4. Larutan yang terbentuk akan dianalisis kandungan Fe menggunakan metode fenantrolin. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Secara morfologi ukuran tubuh Tubifex sp. lebih kecil daripada Lumbriculus sp. Cacing Tubifex sp. yang digunakan untuk penelitian berukuran sekitar 1-3 cm sedangkan cacing Lumbriculus sp. yang digunakan berukuran sekitar ±12 cm. Pada penelitian terlihat pergerakan cacing Tubifex sp. lebih aktif dan selalu menggerak-gerakkan ekornya Berbeda dengan jenis cacing Lumbriculus sp. meskipun memiliki tubuh yang lebih besar dari Tubifex sp., cacing ini memiliki gerak yang pasif dan selalu condong untuk bergerak keluar reaktor. Sehingga pada reaktor variasi jenis cacing kedua diberi isolasi agar cacing tidak dapat keluar. Selama penelitian terjadi peningkatan konsentrasi pada tubuh cacing. Peningkatan kandungan tersebut akibat dimakannya lumpur yang mengandung Fe atau terserapnya besi melalui lapisan kulit pada seluruh tubuh cacing. Berikut merupakan mekanisme akumulasi logam di dalam tubuh cacing, yang mana dapat dilihat pada Gambar 2. Sumber: Ellisen, 2007 Gambar 2. Mekanisme akumulasi logam dalam tubuh cacing Menurut Ellisen (2007), lumpur dalam bentuk flok akan di konsumsi oleh cacing. Selanjutnya terakumulasi dalam tubuh atau di keluarkan melalui feses. Pada tubuh cacing logam Fe yanag tidak dibutuhkan akan keluar sebagai feses. Tidak hanya lewat sistem makanan, logam Fe dapat masuk dan terakumulasi pada cacing akibat penyerapan di seluruh permukaan tubuh cacing. Selain penyerapan, terdapat pula ekskresi pada cacing yang juga terjadi di seluruh permukaan kulit. Baik flok maupun feses lumpur dapat menjadi larutan pada fase lumpur dalam air. Cambell et al. (2004) menjelaskan bahwa besi dibutuhkan dalam tubuh untuk berikatan dengan protein dan membentuk sel darah merah. Selain itu besi akan berikatan dengan darah untuk menghantarkan oksigen keseluruh tubuh. Fe merupakan unsur mikronutrien pada cacing. Fe dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah, selain itu Fe akan berikatan dengan sel darah dan dimanfaatkan dalam metabolisme energi (Campbell et al., 2004). Peningkatan jumlah Fe terlalu banyak akan merusak sel jaringan tubuh. Pada umunya setiap makhluk hidup memiliki batas kemampuan untuk mengakumulasi zat toksik dalam tubuh, namun kemampuan setiap individu 3

berbeda. Berikut kemampuan cacing Tubifex sp. dan Lumbriculus sp. mengakumulasi logam Fe pada peran sebagai reaktor biologis dalam penurunan lumpur limbah. Data kandungan Fe pada caing Tubifex sp. dapat dilihat pada Gambar 3. Konsentrasi (mg/l) 7000,00 6000,00 5000,00 4000,00 3000,00 2000,00 1000,00 0,00 0 1 2 3 4 5 6 7 Waktu (hari) o,4 0,6 0,8 Gambar 3. Konsentrasi Fe dalam cacing Tubifex sp. Pada cacing Tubifex sp. pada hari ke 6 mengalami puncak penyerapan logam Fe. Pada hari ketujuh penyerapan logam mulai menurun, hal tersebut dikarenakan adanya proses pembuangan dari cacing berupa feses yang kemungkinan mengandung logam. Pada rasio 0,4 Cacing Tubiex dapat mengakumulasi Fe sebesar 5.465 mg/kg. Rata-rata peningkatan logam Fe dalam tubuh sebesar 369,28% atau sebesar 295.427,87 mg/kg. Pada rasio 0,6 Tubifex sp. dapat mengakumulasi hingga 5.220 mg/kg. Peningkatan akumulasi rata-rata sebesar 365,75% atau sebesar 292.602mg/kg. Pada rasio 0,8 logam yang dapat diakumulasi oleh cacing sebesar 6.198 mg/kg. Rata-rata peningkatan Fe dalam tubuh cacing adalah 337,58% atau sebesar 270.066 mg/kg. Data konsentrasi Fe pada cacing Lumbriculus sp. dapat dilihat pada Gambar 4. Konsentrasi (mg/l) 2500,00 2000,00 1500,00 1000,00 500,00 0,00 0 1 2 3 4 5 6 7 Waktu (hari) 0.4 0.6 0.8 Gambar 4. Konsentrasi Fe pada cacing Lumbriculus sp. Pada grafik terlihat peningkatan jumlah logam Fe dalam tubuh cacing. Hari pertama hingga hari ke lima grafik mengalami peningkatan konsentrasi, selanjutnya tidak terlihat peningkatan grafik pada hari keenam dan tujuh. Cacing dengan rasio 0,4 dapat mengakumulasi logam fe dalam tubuhnya hingga 1570,8 mg/kg hal tersebut bisa dilihat pada hari ke lima peningkatan konsentrasi rata-rata sebesar 74,31% atau sebesar 55.032,64 mg/kg. Pada hari keenam dan ke tujuh logam yang dapat diakumulasi oleh Lumbriculus sp. tidak sebanyak pada hari ke 5 dan mulai ada fase stasioner, dimana cacing tidak dapat mengakumulasi lebih banyak lagi. Fase yang sama terjadi pada rasio 0,6 pada hari ke lima cacing telah mengakumulasi logam Fe sebesar 1.869,7 mg/kg pada hari keenam dan ketujuh terlihat pada grafik terjadi fase stasioner, cacing mengakumulasi logam pada hari kelima. Rata-rata peningkatan konsentrasi yang terjadi sebesar 96,09% atau sebesar 71.162,9 mg/kg. Akumulasi logam Fe pada rasio 0,8 terjadi peningkatan hingga hari kelima mengalami batas maksimum penyerapan logam Fe. Nilai logam Fe yang terakumulasi sebesar 2035,7 mg/kg. Fase stasioner ditunjukan pada hari keenam dan hari ketujuh denganjumlah akumulasi yang tidak melebihi dari hari kelima. Peningkatan konsentrasi pada rasio 0,8 sebesar 105,6% atau sebesar 77.804,77 mg/kg. 4

Cacing Tubifex sp. dan Lumbriculus sp. menunjukkan kecenderungan yang sama yaitu peningkatan konsentrasi Fe dalam tubuh tiap harinya. Namun yang paling banyak mengakumulasi logam pada cacing Tubifex sp. adalah rasio 0,4 karena peningkatan rata-rata paling besar yaitu 369,28 % dari berat awal konsentrasi Fe pada cacing. Akumulasi terbesar pada cacing Lumbriculus sp. terdapat pada rasio 0,8 yaitu 105,6% dari kandungan awal Fe di tubuh cacing. Berdasarkan hasil penelitian cacing Tubifex sp. memiliki tingkat penyerapan lebih tinggi dibandingkan cacing Lumbriculus sp. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantararnya akibat pergerakan cacing, dan kondisi lingkungan. Menurut Pennak (1991), pergerakan cacing Tubifex sp. yang lebih lincah menyebabkan kebutuhan energi yang tinggi, sehingga tingkat konsumsi lumpur juga akan tinggi dan berpengaruh terhadap banyaknya Fe yang berikatan dengan bahan organik yang di makan. Suhu akan berpengaruh terhadap respirasi, pertumbuhan dan reproduksi cacing akuatik. Suhu juga akan mempengaruhi efisiensi pencernaan lumpur dan reduksi lumpur dengan cacing akuatik (Hendrickx et al., 2009). Kondisi lingkungan (suhu) pada cacing Tubifex sp. beerada dalam kondisi optimum sedangkan pada Lumbriculus sp. suhu optimum berada pada 20-25 0 C. kondisi lingkungan pada penelitian mencapai 30 0 C, sehingga suhu lingkungan mempengaruhi kinerja dalam mengkonsumsi lumpur. Jumlah cacing yang lebih banyak juga mempengaruhi banyaknya lumpur yang dapat konsumsi sehingga terjadi penurunan konsentrasi Fe pada lumpur. KESIMPULAN Rata-rata jumlah logam Fe yang terkandung dalam tubuh cacing Tubifex sp. dan Lumbriculus sp. akibat proses reduksi lumpur masing masing 295.427,87 mg/kg dan 77.804,77 mg/kg dengan peningkatan sebesar 369,28% dan 105,6%. Cacing Tubifex sp. mampu mengakumulasi logam Fe dengan prosentase yang lebih besar dibandingkan dengan cacing Lumbriculus sp. Rasio w/s yang paling besar dalam mengakumulasi logam Fe pada cacing Tubifex sp. adalah rasio 0,4 dan pada cacing Lumbriculus sp. pada rasio 0,8. Saran Perlu dilakukan penelitian mengenai biomagnifikasi logam Fe pada tubuh cacing akuatik dalam proses reduksi lumpur, sehingga dapat diketahui bioakamulasi logam Fe dalam tubuh cacing. Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, berkah, dan hidayah-nya sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Atiek Moesriati, M.Kes, dan Bapak Alfan Purnomo ST., MT. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir inpenelitian ini. Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE., M.Sc., Ph.D, Ir. Didik Bambang Supriyadi, MT. dan Prof. Dr., Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. selaku dosen penguji sehingga penelitian ini menjadi lebih baik. Bapak Samsi selaku karyawan PT SIER yang memberi ijin dan membantu dalam pengamambilan sampel lumpur. Daftar Pustaka Buys, B., Klapwijk, A., Elissen, H., and Rulkens, W.H. Development of a test method to assess the sludge reduction potential of aquatic organisms in activated sludge. Bioresource Technology 99 (2008): 8360-8366. Campbell, N. A., Reece, J. B., and Mitchell, L. G. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2004. Ellisen, H.J.H., Hendrickx, T. L. G., Temmink, H., and Buisman, C. J. N. A new reactor concept for sludge reduction using aquatic worms. Bioresource Technology 40 (2006.): 3713-3718. Ellisen, H.J.H. Sludge reduction by aquatic worms in wastewater treatment with emphasis on the potential application of Lumbriculus variegatus [thesis]. Netherlands: Doctor of Philosophi,Wageningen University, 2007. Elissen, H.J.H., Mulder, W.J., Hendrickx, T.L.G., Elbersen, H.W., Beelen, B., Temmink, H., Buisman, C.J.N. Aquatic worms grown on biosolids: biomass composition and potential applications. Bioresource Technology 101 (2) (2010): 804 811. Hendrickx, T.L.G., Temmink, H., Elissen, H.J.H., Buisman, C.J.N. The effect of operating conditions on aquatic worms eating waste sludge. Bioresource Technology 43 (2008.): 943-950. 5

Huang, W., Shu, Y., Cai, L., Si, S. Transformation and Migration of Heavy Metals by Aquatic Worms in Wastewater Treatment. Advanced Materials Research 573-574 (2012.): 526-533. Karlsson, M.V. Upatake of pharmaceuyicals and personal care products from sediments into aquatic organism [tesis]. New York: Doctor of Philosophi, University of York,2013. Pennak, R. W. Fresh water invertebrates of the united state, ptorozoa to mollusca third edition. Colorado: University of Colorado boulder, 1991. Sanin, F.D., William, W., Clarkson, P., and Vesilind, A. Sludge Engineering: The Treatment and Disposal of Wastewater Sludges. Pennsylvania : DEStech Publication, Inc, 2011. Wei, Y., Zhu, H., Wang, Y., Li, J., Zhang P., Hu J., and Liu J. Nutrients release and phosphorus distribution during oligochaetes predation on activated sludge. Biochemical enginering journal 43 (2008): 239-245. Zhang, X., Tian, Y., Wang, Q., Chen, L., and Wang, X. Heavy metal distribution and speciation during sludge reduction using aquatic worms. Bioresource Technology 126 (2012): 41-47. 6