2 eksplorasi sebesar US$ 3,84 miliar, administrasi US$ 1,6 miliar, pengembangan US$ 5,3 miliar, dan produksi sebanyak US$ 14,9 miliar. Investasi di sektor hulu migas menunjukkan tren meningkat beberapa tahun terakhir. Pada 2010, investasi tercatat US$ 11,031 miliar, 2011 naik menjadi US$ 13,986 miliar, dan meningkat lagi US$ 16,543 miliar pada 2012. 7 Kegiatan Hulu Migas adalah kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha Eksplorasi dan Eksploitasi. Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi di wilayah kerja yang ditentukan. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari wilayah kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya. 8 Undang Undang No.22 tahun 2001 tentang Minyak Dan Gas Bumi menyatakan bahwa kegiatan usaha Migas mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dan berkelanjutan. Negara memberikan Kuasa Pertambangan kepada Pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi Migas. Pemerintah sebagai pemegang kuasa pertambangan untuk menyelenggarakan kegiatan eksplorasi dan 7 http://www.skkmigas.go.id/investasi-migas-2014-us-2564-miliar 8 UU No.22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi
3 eksploitasi Migas melakukan Kontrak Kerja Sama atau Kontrak Bagi Hasil. Kontrak Bagi Hasil adalah suatu bentuk Kontrak Kerja Sama dalam Kegiatan Usaha Hulu berdasarkan prinsip pembagian hasil produksi. Kegiatan Usaha Hulu dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana. Kontrak Kerja Sama tersebut paling sedikit memuat persyaratan : a. kepemilikan sumber daya Minyak dan Gas Bumi tetap di tangan Pemerintah sampai pada titik penyerahan; b. pengendalian manajemen operasi berada pada Badan Pelaksana; c. modal dan risiko seluruhnya ditanggung Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap. Badan Usaha atau Badan Usaha Tetap yang selanjutnya disebut dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam menjalankan kegiatan hulu melibatkan pihak-pihak lain, yaitu para penyedia Usaha Penunjang Minyak dan Gas Bumi. Usaha Penunjang Migas adalah usaha yang menunjang kegiatan usaha minyak dan gas bumi. 9 Usaha Penunjang Minyak dan Gas Bumi antara lain adalah Usaha Jasa Penunjang Migas, Usaha Industri Penunjang Migas, Usaha Jasa Konstruksi Migas, Usaha Jasa Non-Konstruksi Migas, Industri Material, Industri Peralatan, dan Industri Pemanfaatan Migas. Kegiatan utama eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan KKKS adalah kegiatan pengeboran sumur minyak dan gas bumi. Pengeboran sumur ini melibatkan usaha 9 Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 Tahun 2008 tentang Kegiatan Usaha Penunjang Minyak Dan Gas Bumi.
4 jasa penunjang migas untuk menyediakan jasa-jasa yang antara lain berupa penyedia menara pengeboran, pengeboran, penyemenan, lumpur pengeboran, perekaman data bawah permukaan (logging), pelubangan sumur (perforasi), perekahan sumur (fracturing), coiled tubing unit dan slickline. Besaran biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengeboran bervariasi menurut lokasi, kedalaman dan tingkat kesulitan, sebagai salah satu contoh untuk melakukan pengeboran darat di wilayah Kalimantan Timur dengan kedalaman sumur 12.000 kaki dibutuhkan biaya sebesar US$ 9.000.000.00 (sembilan juta dollar amerika). Kegiatan pengeboran selain membutuhkan biaya yang besar juga merupakan pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan berisiko tinggi. Risiko-risiko yang mungkin timbul selama kegiatan tersebut adalah adanya semburan liar (blow out), kecelakaan kerja, kerusakan alat, kerusakan formasi bawah tanah dan pencemaran lingkungan. Mengingat besarnya nilai yang hilang bilamana kejadian-kejadian tersebut timbul, maka bilamana kejadian tersebut timbul bisa terjadi konflik antara KKKS dan penyedia usaha penunjang migas (Kontraktor). Konflik tersebut dapat muncul dikarenakan para pihak saling menuntut pihak lain untuk bertanggung jawab dan mengganti kerugian atas kerugian yang diderita karena kejadian tersebut. Bilamana konflik tersebut muncul, maka kegiatan pengeboran akan menjadi terkendala sehingga mengakibatkan tertunda atau bahkan hilangnya kesempatan memproduksi Migas dikarenakan lama dan besar biaya proses litigasi yang timbul atas kejadian tersebut. Tertunda atau hilangnya kesempatan memproduksi Migas mengakibatkan biaya atau investasi yang sudah dikeluarkan akan menjadi bertambah
5 dari nilai yang pada awalnya ditargetkan dan dalam kondisi paling buruk akan mengakibatkan hilangnya biaya atau investasi yang sudah dikeluarkan. Bentuk perikatan yang dilakukan oleh KKKS dan Kontraktor salah satunya dituangkan dalam bentuk Perjanjian Jasa Pemborongan Pekerjaan Usaha Hulu Migas. Dikarenakan rumit dan kompleksnya Kegiatan Usaha Hulu Migas maka ketentuan yang sangat diperhatikan dalam membuat perjanjian pemborongan adalah ketentuan mengenai pembagian tanggung jawab mengenai risiko dalam pekerjaan hulu Migas. Tanggung jawab mengenai risiko dituangkan dalam perjanjian jasa pemborongan dengan memperhatikan kepentingan kedua belah pihak dan juga kepentingan Kegiatan Usaha Hulu Migas itu sendiri, sehingga jika timbul kejadian yang diakibatkan oleh faktor-faktor Pekerjaan Usaha Hulu Migas, seperti kejadian semburan liar, kecelakaan kerja, kerusakan peralatan dan pencemaran lingkungan, maka kegiatan usaha hulu Migas tetap tidak terganggu dan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pembagian risiko dituangkan dalam ketentuan ganti rugi Perjanjian Jasa Pemborongan Pekerjaan Usaha Hulu Migas, yang secara garis besar mencakup halhal sebagai berikut : 1) Personalia (Personnel) 2) Harta benda (Property) 3) Kejadian-kejadian spesifik yang berupa : polusi, kontaminasi radioaktif; kehilangan atau kerusakan di bawah permukaan tanah (subsurface); kerusakan, kehilangan atau kehancuran, atau cedera perorangan atau
6 kematian yang timbul di atas permukaan tanah sebagai akibat dari kejadian di bawah tanah; pengeluaran-pengeluaran untuk mematikan atau menempatkan dibawah kendali suatu sumur yang liar; dan setiap biayabiaya pengeboran kembali, pemancingan alat atau pengerjaan-kembali Pencantuman ketentuan tanggung jawab mengenai risiko dalam Perjanjian Pemborongan Kegiatan Hulu Migas ditentukan oleh kedudukan masing-masing pihak, dalam hal ini KKKS dan Kontraktor. Pihak yang lebih dominan cenderung akan memberikan tanggung jawab mengenai risiko dalam porsi yang lebih besar kepada pihak yang posisinya lemah. Kurangnya pengetahuan akan besarnya risiko dan jenis-jenis risiko dari kejadian yang akan dihadapi sehubungan dengan Pekerjaan Hulu Migas membuat salah satu pihak akan menerima tanggung jawab mengenai risiko dalam porsi yang lebih besar. Sehingga sering kali jika timbul kejadiankejadian yang tidak diinginkan terjadi maka tersadarlah pihak yang kedudukannya lebih lemah bahwa dia yang lebih besar tanggung jawab dan lebih besar kewajiban memberikan ganti rugi, yang pada akhirnya akan menimbulkan perselisihan atas siapa yang bertanggung jawab, siapa yang memberikan ganti rugi, dan berapa besarnya ganti rugi. Untuk menyelesaikan perselisihan ini membutuhkan waktu lama, biaya besar dan tenaga ekstra sehingga kegiatan utama yang dilakukan dalam perjanjian menjadi terbengkalai. Mengatasi hal tersebut saat ini tanggung jawab mengenai risiko dalam Perjanjian Jasa Pemborongan Kegiatan Hulu Migas lazim dituangkan sebagai ketentuan saling pikul risiko (knock for knock), dalam klausula saling pikul risiko ini para pihak
7 bertanggung jawab atas kehilangan, kerusakan ataupun kehancuran atas harta bendanya atau cedera, penyakit, dan kematian dari setiap karyawannya tanpa memandang kesalahannya. Klausula ini mempunyai kelebihan dalam hal kepastian dan untuk menghindari biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan proses gugatan atas kejadian kejadian tersebut di atas. Hal ini sangat penting dalam Kegiatan Hulu Migas, dimana kehilangan yang diakibatkan oleh karena kecelakaan atau kejadian kejadian tertentu dapat menimbulkan biaya jutaan dollar, membuat biaya asuransi menjadi sangat mahal untuk pihak pihak yang terlibat. Kentetuan saling pikul risiko ini membatasi risiko dan meminimalisasi biaya asuransi dengan menghindari duplikasi atas klaim asuransi, dimana asuransi hanya akan menanggung biaya kehilangan, kerusakan, kehancuran atas harta benda dan karyawan dari satu pihak saja. 10 Klausula saling pikul risiko biasanya memuat ketentuan ketentuan sebagai berikut : 1) Setiap pihak harus bertanggung jawab untuk kehilangan dari/ kerusakan dari/ kehancuran dari dan atau cedera dari/ penyakit dari/ kematian dari harta bendanya/ karyawannya dan atau harta benda dan karyawan dari kontraktornya dan atau sub kontraktornya. 2) Tanggung Jawab adalah tanpa pengalihan ke pihak lain dan tanpa memandang kesalahan ataupun kelalaian dari pihak manapun. 10 http://www.standard offshore.com/docs/grossnegligence_knock.pdf
8 B. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pembagian tanggung jawab mengenai risiko dalam hal terjadinya keadaan memaksa sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan usaha hulu Migas. 2. Bagaimana mekanisme dan hasil pembagian tanggung jawab mengenai risiko tersebut. C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pembagian tanggung jawab mengenai risiko antara KKKS dan penyedia usaha jasa penunjang Migas yang mungkin timbul dalam kegiatan usaha hulu Migas. 2. Untuk mengetahui mekanisme pembagian tanggung jawab mengenai risiko dalam perjanjian jasa pemborongan pekerjaan usaha hulu Migas. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum khususnya dalam usaha hulu Migas mengenai pembagian tanggung jawab mengenai risiko.
9 2. Segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pemikiran secara nyata kepada pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan perjanjian pemborongan pekerjaan usaha hulu Migas di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pembagian tanggung jawab mengenai risiko dalam perjanjian pemborongan pekerjaan usaha hulu Migas belum pernah diteliti oleh peneliti yang lain. Terdapat penelitian lain yang meneliti tentang penelitian yang hampir serupa namun dalam bidang lain, yaitu : 1. Pembatasan Nilai Pertanggung Jawaban Kontraktor dalam Kontrak Kerja Konstruksi. (Shinta Dewi Maharani Kusumaningtyas, Program Pasca sarjana FH UGM, Yogyakarta, 2012) 2. Pelaksanaan Pemberian Ganti Rugi Dan Kompensasi Dalam Hubungan Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa Pada Kontrak Jasa konstruksi Proyek Infrasturktur PT.Adhi Karya (PERSERO) Tbk. (Adhi Satya Pratama, Program Pascasarjana FH UGM, Yogyakarta, 2012) 3. Risiko-Risiko Yang Dihadapi PT.Apexindo Pratama Duta Tbk Sehubungan Dengan Pelaksanaan Kontrak Jasa Pengeboran Migas (Minyak Dan Gas Bumi) Lepas Pantai Dengan Suatu Perusahaan Minyak ( Analisa Risiko Dari Perspektif Drilling Service Company/ Perusahaan Jasa Pengeboran). (Rusdi Irwanto Program Pascasarjana FH UGM, Yogyakarta, 2010)
10 4. Upaya BPMigas Dalam Memperbaiki Kualitas Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui E-Procurement (Studi Kasus Pada Medco E&P Indonesia). (Hollia Hudaya, Program Pascasarjana FH UGM, Yogyakarta, 2010) 5. Analisa Yuridis Terhadap Risiko Kontrak Konstruksi Ditinjau Dari Penyedia Jasa (Studi Kasus Kontrak Nomor : 01/MSJ/KONTRAK-DIR/2008 tanggal 18 April 2008 antara PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. Divisi Konstruksi II selaku Penyedia Jasa dengan PT. Marga Sarana Jabar selaku Pengguna Jasa). (Ir. Zaenal Effendi, Program Pascasarjana FH UGM, Yogyakarta, 2012) Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang ada adalah sebagai berikut : Peneliti Fokus Penelitian Bidang Fokus Penelitian oleh Penulis Aturan-aturan Konstruksi mengenai Pembatasan Nilai Pertanggung jawaban Kontraktor diimplementasikan dalam kontrak kerja konstruksi. Shinta Dewi Maharani Kusumaningtyas Adhi Satya Pratama Rusdi Irwanto Bentuk dan Pelaksanaan Ganti Rugi dan Kompensasi karena perubahan kegiatan pekerjaan, penanganan kontrak kritis, perpanjangan waktu, pemutusan kontrak. Risiko-risiko kemungkinan terjadinya pelanggaran oleh penyedia jasa atas syarat-syarat dan Konstruksi Industri Migas 1. Pengaturan tanggung jawab pembayaran ganti rugi atas : a. semburan liar b. luka badan dan kematian c. kehilangan dan kerusakan harta benda d. pencemaran lingkungan 2. Mekanisme pembagian tanggung jawab yang dilakukan oleh para pihak dan hasil pembagian tanggung jawab yang didapatkan para pihak.
11 ketentuan dalam kontrak pengeboran seperti keterlambatan, breakdown rig. Hollia Hudaya Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Ir. Zaenal Effendi Ganti Rugi dan Kompensasi dalam hubungannya dengan timbulnya risiko karena bentuk kontrak, tidak ada penyesuaian harga satuan, jangka waktu pelaksanaan, dan penyelesaian perselisihan Industri Migas Konstruksi