KATA PENGANTAR. Akhirnya kami berharap materi ini dapat bermanfaat bagi para Kader kesehatan dan masyarakat untuk pengobatan sendiri.

dokumen-dokumen yang mirip
OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep pelayanan dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai memberikan

INGATLAH... DA GU SI BU. Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA

MATERI PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MEMILIH OBAT BAGI TENAGA KESEHATAN DIREKTORAT BINA PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR FARMASI UPTD PUSKESMAS LADJA

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH METODE CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PADA SWAMEDIKASI DI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA. obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

Penyuluhan tentang VAS+D

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan kegiatan pemilihan dan

Pola buang air besar pada anak

Pemberdayaan Kader PKK dalam Penerapan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) Obat dengan Baik dan Benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tentang Standar

KUESIONER PENELITIAN

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 3 KATA PENGANTAR SAMBUTAN DIRJEN FARMALKES CARA MEMILIH OBAT CARA MENDAPATKAN 15 OBAT CARA MENYIMPAN OBAT

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

Penyuluhan Tentang Tablet Obat Cacing

Pembelajaran e-learning bab 3 dan 4 (kelas A)

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG

Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi

KEDARURATAN LINGKUNGAN

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

LUKA BAKAR Halaman 1

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT

615 Ind p PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal Menyimpan dalam kedaan off merupakan salah satu cara memperlakukan alat...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

Data Keracunan Rumah Sakit Tahun

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan karunianya akhirnya Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat bagi kader dapat diselesaikan dengan baik setelah melalui tahapan dan proses yang cukup panjang. Materi pelatihan ini disusun menggunakan Metode Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) sebagai Pedoman Pelatihan bagi kader, yang tersusun berkat kerja sama dan dukungan dari WHO, Tim Konsultan, dan Para pelaksana serta seluruh staf Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional. Pada kesempatan ini kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penyusunan modul ini. Kami menyadari bahwa materi pelatihan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan kedepan. Akhirnya kami berharap materi ini dapat bermanfaat bagi para Kader kesehatan dan masyarakat untuk pengobatan sendiri. Jakarta, April 2009 Rasional Direktur Bina Penggunaan Obat Dra. Nasirah Bahaudin, Apt. MM. NIP.195310311985012001 1

KONTRIBUTOR 1. Dra. Nasirah Bahaudin, Apt.MM. 2. DR. Sri Suryawati 3. Dra. Nani Sukasediati, MS,Apt. 4. Dra. R. Dettie Yuliati, MSi,Apt. 5. Dra. Martuti Budiharto,MM,Apt. 6. Yusi Anggriani,S.Si.M.Kes,Apt. 7. Dra. Dara Amelia, MM,Apt. 8. Rohayati Rahafat, S.Si,Apt. EDITOR 1. Dra. R. Dettie Yuliati, MSi,Apt. 2. Dra. Martuti Budiharto,MM,Apt. 3. Yusi Anggriani,S.Si.M.Kes,Apt. 4. Dra. Dara Amelia, MM,Apt. 5. Rohayati Rahafat, S.Si,Apt 6. Sari Mutiarani, S.Si,Apt 2

BAB I PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGOBATAN SENDIRI A. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pengobatan sendiri (self medication) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit, sebelum mereka memutuskan mencari pertolongan ke pusat pelayanan kesehatan/ petugas kesehatan. Lebih dari 60 % masyarakat mempraktekkan self-medication ini, dan lebih dari 80 % di antara mereka mengandalkan obat modern (Flora, 1991). Apabila dilakukan dengan benar, maka self-medication merupakan sumbangan yang sangat besar bagi pemerintah, terutama dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional. Untuk melakukan self-medication secara benar, masyarakat mutlak memerlukan informasi yang jelas dan dapat dipercaya, dengan demikian penentuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan harus berdasarkan kerasionalan. Pelaku self-medication dalam mendiagnosis penyakitnya, harus mampu (Suryawati, 1992) : 1. Mengetahui jenis obat yang diperlukan 2. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya. 3. Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan self medication yang kemudian segera minta pertolongan petugas kesehatan. 4. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian, merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat. 5. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut, terkait dengan kondisi seseorang. 3

Pengetahuan di atas jarang sekali dikuasai oleh masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat di dalam peningkatan pengetahuan tentang penggunaan obat untuk diri sendiri. Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan untuk swamedikasi. Metode ini merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang digunakan oleh keluarga. Informasi tersebut berguna bagi para ibu antara lain agar mampu mempertimbangkan promosi iklan obat di pasaran dan mengelola obat di rumah tangga secara benar mengingat hasil beberapa survey menyatakan bahwa ibu rumah tangga adalah key person dalam penggunaan obat. Selain itu juga agar tujuan self-medication dapat tercapai secara optimal. Sebagai salah satu upaya pendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode intervensi tersebut di atas, maka perlu disosialisasikan kepada ibu rumah tangga dan kader masyarakat, melalui suatu pelatihan. Untuk ini perlu disusun suatu materi pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat, dengan menggunakan metode ini. 2. PENYELENGGARAAN METODE CBIA Penyelenggaraan metode CBIA ini berawal dari pengobatan untuk sendiri (self medication) yang banyak dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit sebelum mereka memutuskan mencari pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan maupun petugas kesehatan. Selain itu juga, masyarakat membutuhkan informasi yang benar, jelas dan dapat dipercaya, agar penentuan kebutuhan, jenis, dan jumlah obat berdasarkan kerasionalan. Pengetahuan tersebut di atas, dan pengetahuan tentang gejala serta cara mendiagnosis penyakit jarang sekali dikuasai oleh masyarakat. Masyarakat sering mendapatkan informasi obat melalui iklan obat, baik dari media cetak maupun media elektronik dan ini merupakan jenis informasi yang paling berkesan sangat mudah ditangkap serta sifatnya komersial. Ketidaksempurnaan suatu iklan obat yang mudah diterima oleh masyarakat salah satunya adalah tidak adanya informasi mengenai 4

kandungan bahan aktif. Dengan demikian apabila hanya mengandalkan jenis informasi ini masyarakat akan kehilangan informasi yang sangat penting yaitu jenis obat yang dibutuhkan untuk mengatasi gejala sakitnya. Akibat langsung yang dapat dirasakan adalah meningkatnya pola konsumsi obat di rumah tangga dengan seringnya didapatkan pemakaian beberapa nama dagang obat yang ternyata isinya persis sama. Dipandang dari segi ekonomi hal ini merupakan suatu pemborosan, selain itu dampak lain yang juga dapat diukur dengan uang adalah resiko terhadap kesehatan. Hal ini dapat terjadi, karena mungkin penggunaan obat secara salah dalam waktu yang lama, dan adanya resiko kontraindikasi sehingga tujuan baik dari self medication dapat berubah menjadi bencana. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk membekali masyarakat agar mempunyai keterampilan mencari informasi secara tepat dan benar, dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi yang telah tersedia di masyarakat. Sumber informasi yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin adalah sumber informasi pada kemasan obat dan brosur obat atau package insert, dimana jenis informasi ini relatif dapat dipercaya. Dengan modul ini diharapkan dapat menjadi petunjuk pelaksanaan dan keterampilan meningkatkan pengetahuan dan ketertampilan memilih obat dengan metode CBIA. Modul ini telah diujicoba dan hasilnya memuaskan serta dapat merubah perilaku masyarakat dalam pengobatan sendiri. B. SASARAN Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan Penggunaan Obat Rasional. Kegiatan ini dapat diadakan sebagai pengisi acara baik pada pertemuan rutin maupun pertemuan khusus, dan sebagai penyelenggara dapat suatu organisasi, kader kesehatan, masyarakat umum baik secara individu maupun keluarga. Forum yang paling ideal terdiri dari ibu, bapak, remaja yang tinggal dalam lingkungan yang berdekatan misalnya dalam satu RT, hal ini dimaksudkan agar dampak post intervensinya relatif menjadi lebih lama. 5

C. TUJUAN PELATIHAN 1. TUJUAN UMUM Meningkatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan peserta sehingga mampu menjelaskan penggunaan obat secara rasional dan pengelolaan serta penggunaan obat untuk sendiri, dan di rumah tangga. 2. TUJUAN KHUSUS Peserta mampu menjelaskan : 1. Penggolongan obat 2. Informasi pada kemasan dan etiket obat 3. Cara pemilihan dan mendapatkan obat 4. Bentuk sediaan obat 5. Perhatian dan peringatan 6. Dosis Obat 7. Cara penggunaan obat 8. Efek samping obat 9. Cara penyimpanan 10. Kadaluarsa dan obat rusak 11. Cara pembuangan obat 12. Tata cara pelaksanaan metode CBIA 6

BAB II MATERI PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL A. Pengantar Pengobatan sendiri sering dilakukan oleh masyarakat. Dalam pengobatan sendiri sebaiknya mengikuti persyaratan penggunaan obat rasional. Materi ini akan membahas tentang batasan pengobatan rasional. B. Tujuan Setelah Pelatihan, peserta diharapkan mampu : 1. Memahami pengertian dan syarat penggunaan obat yang rasional. C. Penggunaan Obat Rasional 1. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1985 : Penggunaan obat rasional bila : - Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya - Periode waktu yang adekuat - Harga yang terjangkau 2. Batasan penggunaan obat rasional Kriteria penggunaan obat rasional adalah : a. Tepat diagnosis Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah. b. Tepat indikasi penyakit Obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu penyakit. c. Tepat pemilihan obat Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit. d. Tepat dosis Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi menyebabkan efek terapi tidak tercapai. 7

1) Tepat jumlah Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup. 2) Tepat cara pemberian Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi sehingga menurunkan efektifitasnya. 3) Tepat interval waktu pemberian Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari) semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam. 4) Tepat lama pemberian Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing masing. Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan, sedangkan untuk kusta paling singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 14 hari. e. Tepat penilaian kondisi pasien Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia atau bayi. f. Waspada terhadap efek samping Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulnya mual, muntah, gatal-gatal, dan lain sebagainya g. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi. h. Tepat tindak lanjut (follow up) Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan ke dokter. 8

i. Tepat penyerahan obat (dispensing) Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi yang tepat. j. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut : - Jenis sediaan obat beragam - Jumlah obat terlalu banyak - Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering - Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi - Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara menggunakan obat - Timbulnya efek samping 9

BAB III MATERI INTI POKOK BAHASAN 1 : PENGGOLONGAN OBAT A. Pengantar Obat yang beredar di pasaran dikelompokkan menjadi 5 (lima) golongan. Masing-masing golongan mempunyai kriteria dan mempunyai tanda khusus. Uraian yang lebih rinci akan disajikan dalam subpokok bahasan 1C B. Tujuan Tujuan umum : Peserta dapat memahami penggolongan Obat. Tujuan khusus : 1. Mampu menjelaskan definisi obat 2. Mampu menjelaskan tanda penggolongan obat 3. Mampu menjelaskan jenis penggolongan obat 4. Memahami khasiat/pengaruh Obat Narkotika dan Psikotropika C. Definisi dan Penggolongan Obat Obat adalah zat kimia yang bersifat racun, namun dalam jumlah tertentu dapat memberikan efek mengobati penyakit. Obat dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan yaitu : 1. Obat bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda khusus berupa lingkaran hijau ( TC 396) dengan garis tepi berwarna hitam. 10

2. Obat bebas terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas dalam jumlah tertentu tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam kemasan. Pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas terdapat tanda khusus berupa lingkaran biru (TC 308) dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM 3. a. Obat keras Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep Dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkatan bulat merah ( TC 165) dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi. Contoh: asam mefenamat b. Obat psikotropika Obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Diazepam, Phenobarbital 4. Obat narkotika Obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kimia yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter. Contoh: Morfin, Petidin Untuk keperluan pelatihan ini difokuskan pada 2 golongan obat yaitu golongan obat bebas dan bebas terbatas. 11

POKOK BAHASAN 2 : INFORMASI PADA KEMASAN DAN BROSUR OBAT A. Pengantar Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara penggunaannya agar tepat, aman dan rasional. Informasi tentang obat, dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai obat tersebut. Apabila isi informasi dalam etiket atau brosur obat kurang dipahami, dianjurkan untuk menanyakan pada tenaga kesehatan. B. Tujuan Tujuan umum Dapat menjelaskan informasi yang terdapat dalam kemasan atau brosur. Tujuan khusus Mampu menjelaskan informasi yang terdapat pada kemasan yang meliputi : nama obat, komposisi obat, indikasi, aturan pakai dan informasi lain. C. Informasi dalam kemasan atau brosur Pada umumnya informasi obat yang dicantumkan adalah : 1. Nama obat Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan nama zat aktif yang terkandung didalamnya. Contoh : - Nama Dagang : Panadol - Nama Zat Aktif : Parasetamol / Acetaminophen 2. Komposisi obat Informasi tentang zat aktif yang terkandung didalam suatu obat, dapat merupakan zat tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan bahan tambahan lain. 3. Indikasi Informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit. 12

4. Aturan pakai Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi waktu dan berapa kali obat tersebut digunakan. 5. Peringatan perhatian Tanda Peringatan yang harus diperhatikan pada setiap kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas. 6. Tanggal Daluwarsa Tanggal yang menunjukkan berakhirnya masa kerja obat. 7. Nama Produsen Nama Industri farmasi yang memproduksi obat. 8. Nomor batch/lot Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh Industri Farmasi. 9. Harga Eceran Tertinggi Harga jual obat tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah. 10.Nomor registrasi Adalah tanda ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah. Penjelasan yang lebih rinci dari informasi ini akan dikemukakan dalam pokok bahasan selanjutnya. 13

POKOK BAHASAN 3 : CARA PEMILIHAN DAN MENDAPATKAN OBAT A. Pengantar Dalam pengobatan sendiri, agar memberikan manfaat yang optimal pemilihan obat menjadi faktor yang sangat penting atas dasar berbagai pertimbangan. B. Tujuan Tujuan umum : Peserta dapat menjelaskan cara pemilihan dan mendapatkan obat Tujuan khusus : 1. Mampu menjelaskan hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat 2. Mampu menetapkan jenis obat yang dibutuhkan, sesuai dengan kondisi badan saat itu. 3. Mampu menjelaskan cara melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui mutu obat 4. Mampu menyebutkan tempat mendapatkan obat. C. Cara Pemilihan obat Hal yang harus diingat dalam pemilihan obat. 1. Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap obat tertentu. 2. Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan cacat pada bayi. 3. Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke dalam air susu ibu dan menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada bayi. 4. Diet yang sedang dilakukan misalnya minum obat diet, atau diet rendah garam, atau diet rendah gula, mengingat selain mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan tambahan lain seperti pemanis. 5. Sedang minum obat lain. 14

D. Cara Mendapatkan Obat Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan dan obat dari rumah sakit, puskesmas, pustu dan poskesdes atau membeli obat sendiri di apotek atau toko obat berizin. Pada waktu menerima obat dari petugas kesehatan di rumah sakit, puskesmas, apotek, atau toko obat, diwajibkan melakukan pemeriksaan fisik obat dan mutu obat yang meliputi : 1. Jenis dan jumlah obat 2. Kemasan obat 3. Kadaluarsa obat 4. Kesesuaian etiket meliputi nama, tanggal, dan aturan pakai. 15

POKOK BAHASAN 4 : BENTUK SEDIAAN A. Pengantar Sediaan obat secara umum dapat berupa padat pada umumnya sebagai obat dalam, yaitu puyer, tablet dan kapsul. Selain itu ada pula sediaan obat yang berbentuk larutan, misalnya sirup, emulsi, suspensi dan larutan biasa. Digunakan sebagai obat dalam, tapi sebagian merupakan sediaan obat luar berbentuk setengah padat seperti salep/krim dan lotion. B. Tujuan Umum Peserta dapat menjelaskan tentang berbagai jenis bentuk sediaan obat Tujuan Khusus 1. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat padat 2. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat kapsul 3. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat puyer 4. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat cair 5. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat setengah padat C. Bentuk Sediaan Obat 1. Sediaan Padat 1.1. Tablet Adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk pipih kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa zat tambahan Tablet a. Tablet bersalut Tablet yang bersalut / berlapis dengan tujuan untuk: melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, dan cahaya, menutupi rasa dan bau, penampilan lebih baik. 16

b. Tablet Effervescent Tablet yang dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum diminum. Tablet ini mengeluarkan gas CO 2. 1. 2. Kapsul c. Tablet Kunyah Tablet yang penggunaannya dikunyah dengan tujuan memberikan rasa enak dan mudah ditelan. d. Tablet Hisap Tablet yang penggunaannya dihisap, tidak langsung ditelan. Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam air, terbuat dari gelatin atau bahan lain yang sesuai. 1.3. Pulvis / Puyer / Talk Campuran kering bahan obat yang dihaluskan untuk digunakan sebagai obat dalam atau obat luar. 2. Sediaan Cair 2.1. Sirup Sediaan cair yang digunakan sebagai obat dalam (diminum) 2.2. Larutan Obat Luar Larutan yang digunakan hanya untuk penggunaan luar (tidak diminum), seperti : Cairan Tetes Hidung Cairan Tetes Telinga Cairan Tetes Mata Cairan Obat Kumur Cairan Shampo Lotion 17

3. Inhalasi Sediaan obat luar yang digunakan dengan cara dihisap melalui hidung 4. Sediaan Setengah Padat 4.1. Salep Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit atau mata. 4.2. Krim Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit dan kosmetik. 4.3. Gel Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit, anus dan vagina 4.4. Aerosol Sediaan setengah padat yang digunakan dengan cara semprot pada hidung atau mulut 4.5. Suppositoria Sediaan setengah padat berbentuk peluru digunakan untuk anus 4.6. Ovula Sediaan setengah padat berbentuk bulat telur digunakan untuk vagina 18

POKOK BAHASAN 5 : PERINGATAN PERHATIAN A. Pengantar Dalam melaksanakan pengobatan sendiri, harus diwaspadai saat menggunakan obat bebas terbatas, karena khusus untuk obat bebas terbatas selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat. Karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu obat ini aman digunakan untuk pengobatan sendiri. B. Tujuan Tujuan umum : Peserta dapat menjelaskan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat dan tanda peringatan yang tertera pada kemasan dan etiket obat Tujuan khusus : 1. Menjelaskan hal hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat 2. Menjelaskan arti tanda peringatan yang tertera pada kemasan dan etiket obat. C. Beberapa hal yang harus diperhatikan Untuk menetapkan jenis obat, harus diperhatikan: 1. Gejala atau keluhan rasa sakit 2. Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap obat tertentu. 3. Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan cacat pada bayi. 4. Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke dalam air susu ibu dan menimbulkan efek negatif pada bayi. 5. Diet yang sedang dilakukan misalnya dengan menggunakan obat diet, atau diet rendah garam, atau diet rendah gula, mengingat bahwa suatu obat, selain mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan tambahan lain seperti pemanis. 19

6. Efek samping yang tertera pada label obat, misalnya akan menyebabkan rasa kantuk; seharusnya tidak membawa kendaraan sesudah minum obat. 7. Sediaan obat harus tepat, misalnya kalau sulit menelan hindari obat oral. 8. Sedang minum obat lain, karena kemunkinan akan terjadi interaksi. 9. Nama obat, khasiat, cara penggunaan dan dosis. Untuk menetapkan kemasan/wadah obat harus diperhatikan : Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa jelas terbaca. D. Bentuk tanda peringatan Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas berbentuk empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam ukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter yang terdiri dari 6 macam, yaitu P No. 1 s/d 6, sebagai berikut : P. No. 1 Awas! Obat Keras Bacalah aturan memakainya P. No. 2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan P. No. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar dari badan P. No. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar P. No. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan P. No. 6 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan 20

POKOK BAHASAN 6 : DOSIS OBAT A. Pengantar Pada hakekatnya obat adalah zat kimia bersifat racun, namun dalam jumlah yang tepat dapat memberikan manfaat untuk pengobatan. Dengan demikian, dalam melakukan pengobatan sendiri harus memperhatikan aturan penggunaan obat, baik jumlah maupun waktu minum. B. Tujuan Tujuan umum : Peserta dapat menjelaskan tentang dosis obat. Tujuan khusus : 1. Menyebutkan pengertian dosis obat 2. Menjelaskan perlunya mematuhi dosis obat 3. Menjelaskan cara penggunaan obat C. Dosis Dosis adalah merupakan aturan penggunaan obat yang menunjukkan : 1. Jumlah gram atau volume obat 2. Berapa kali obat harus diberikan. Dosis harus sesuai dengan umur dan berat badan pasien. Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan penggunaan, contoh : - Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali - Obat diminum sebelum atau sesudah makan - Jika menggunakan obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau brosur/leaflet. Bila lupa minum obat : 1. Segera minum obat yang terlupa 2. Abaikan dosis yang terlupa, jika hampir mendekati minum berikutnya 3. Kembali ke jadwal selanjutnya sesuai aturan 21

POKOK BAHASAN 7 : CARA PENGGUNAAN OBAT A. Pengantar Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu, dan dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. B. Tujuan Tujuan umum : Peserta dapat menjelaskan cara penggunaan obat yang benar Tujuan Khusus : 1. Mampu menjelaskan cara penggunaan obat oral, yaitu obat yang melalu mulut, kemudian ditelan 2. Mampu menjelaskan cara penggunaan obat luar, meliputi obat suntik, salep, krim, lotion dan obat tetes. C. Cara Penggunaan Obat Penggunaan obat berpedoman kepada penggunaan obat rasional yang mengacu prinsip : 1. Ketepatan diagnosa 2. Ketepatan indikasi penggunaan obat 3. Ketepatan pemilihan obat 4. Ketepatan dosis, cara dan lama pemberian 5. Ketepatan pemberian informasi kepada pasien mengenai cara penggunaan obat dan penyimpanannya. Cara pemberian informasi obat kepada pasien/masyarakat harus mudah dimengerti, singkat tetapi jelas. Informasi yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan untuk disampaikan kepada pasien, adalah : a. Umum 1. Cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada etiket atau brosur. 22

Penggunaan obat tanpa petunjuk langsung dari dokter hanya boleh untuk penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas serta untuk masalah kesehatan yang ringan. 2. Waktu minum obat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan : a) Pagi, berarti obat harus diminum antara pk 07.00-08.00 WIB b) Siang, berarti obat harus diminum anara pk12.00-13.00 WIB c) Sore, berarti obat harus diminum antara pk.17.00-18.00 WIB d) Malam, berarti obat harus diminum antara pk 22.00-23.00 WIB 3. Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi. Bila tertulis : a) 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut. b) 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari c) 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan malam hari d) 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut haus diminum pada pagi, siang, sore dan malam hari. e) Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai habis, biasanya obat antiotika. 4. Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tidak dimaksudkan untuk penggunaan secara terus menerus. 5. Hentikan penggunaan obat apabila tidak memberikan manfaat atau menimbulkan hal hal yang tidak diinginkan, segera hubungi tenaga kesehatan terdekat. 6. Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah 7. Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah obat karena pada etiket tersebut tercantum cara penggunaan obat dan informasi lain yang penting. 8. Bacalah cara penggunaan obat sebelum minum obat, demikian juga periksalah tanggal kadaluarsa. 9. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama. 10.Tanyakan kepada apoteker di apotek atau petugas kesehatan di poskesdes untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap. 23

b. Khusus 1. Obat Oral (Obat Dalam) Pemberian obat oral (melalui mulut) adalah cara yang paling praktis, mudah dan aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan air matang. Obat oral terdapat dalam beberapa bentuk sediaan yaitu tablet, kapsul, puyer dan cairan. 1.1. Petunjuk Pemakaian Obat Oral Untuk Dewasa Sediaan Obat Padat 1) Obat oral dalam bentuk padat, sebaiknya diminum dengan air matang 2) Hubungi tenaga kesehatan apabila sakit dan sulit saat menelan obat 3) Ikuti petunjuk tenaga kesehatan kapan saat yang tepat untuk minum obat apakah pada saat perut kosong, atau pada saat makan atau sesudah makan atau pada malam hari sebelum tidur. Misalnya : obat antasida harus diminum saat perut kosong, obat yang merangsang lambung, harus diminum sesudah makan, obat pencahar diminum sebelum tidur. Sediaan obat larutan 1. Gunakan sendok takar atau alat lain (pipet, gelas takar obat) jika minum obat dalam bentuk larutan/cair. Sebaiknya tidak menggunakan sendok rumah tangga, karena ukuran sendok rumah tangga tidak sesuai untuk ukuran dosis. 2. Hati-hati terhadap obat kumur. Jangan diminum. Lazimnya pada kemasan obat kumur terdapat peringatan Hanya untuk kumur, jangan ditelan. 3. Sediaan obat larutan biasanya dilengkapi dengan sendok takar yang mempunyai tanda garis sesuai dengan ukuran 5,0 ml, 2,5 ml dan 1,25 ml. 24

Apabila dalam etiket tertulis : Gb. sdk 1 1 (satu) sendok takar obat, 2 berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 5 ml. Gb. sdk 3 ½ (setengah) sendok takar obat, 4 berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 2,5 ml. Gb. sdk 5 ¼ (seperempat) sendok takar obat, 6 berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 1,25 ml. Gb. Pipet tetes Tetes Biasanya disediakan untuk sediaan obat tetes/drop. Didalam kemasan sudah terdapat alat pipet yang berukuran ml. Aturan pakai obat tetes, dinyatakan dalam jumlah tetes atau ml 1.2. Petunjuk Penggunaan Obat Oral Untuk Bayi / Anak Balita Sediaan cairan untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya. Gunakan sendok takar yang tersedia didalam kemasannya. Berikan minuman kesukaan anak setelah minum obat yang terasa pahit/ kurang enak. 2. Obat Luar 2.1. Sediaan Kulit Beberapa bentuk sediaan obat untuk penggunaan kulit, yaitu bentuk bubuk halus (bedak), cairan (lotion), setengah padat (krim, salep). Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), sesudah dipakai wadah harus tetap tertutup rapat. 25

Cara penggunaan bubuk halus (bedak ) : 1. Cuci tangan. 2. Oleskan/taburkan obat tipis tipis pada daerah yang terinfeksi. 3. Cuci tangan kembali untuk membersihkan sisa obat. Sediaan ini tidak boleh diberikan pada luka terbuka dan gunakan sampai sembuh, atau tidak ada gejala lagi. 2.2. Sediaan Obat Mata Terdapat 2 macam sediaan untuk mata, yaitu bentuk cairan (obat tetes mata) dan bentuk setengah padat (salep mata). Dua sediaan tersebut merupakan produk yang pembuatannya dilakukan secara steril (bebas kuman) sehingga dalam penggunaannya harus diperhatikan agar tetap bebas kuman. Apabila mengalami peradangan pada mata (glaukoma atau inflamasi), petunjuk penggunaan harus diikuti dengan benar. Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), hindari ujung wadah obat tetes mata terkena permukaan benda lain (termasuk mata) dan wadah harus tetap tertutup rapat sesudah digunakan. Cara penggunaan : 1. Cuci tangan. 2. Tengadahkan kepala pasien; dengan jari telunjuk tarik kelopak mata bagian bawah. 3. Tekan botol tetes atau tube salep hingga cairan atau salep masuk dalam kantung mata bagian bawah. 4. Tutup mata pasien perlahan lahan selama 1 sampai 2 menit. 5. Untuk penggunaan tetes mata tekan ujung mata dekat hidung selama 1-2 menit; untuk penggunaan salep mata, gerakkan mata ke kiri-kanan, ke atas dan ke bawah. 6. Setelah obat tetes atau salep mata digunakan, usap ujung wadah dengan tisu bersih, tidak disarankan untuk mencuci dengan air hangat. 7. Tutup rapat wadah obat tetes mata atau salep mata. 8. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. 26

PERHATIAN Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata setelah dibuka lebih dari 30 hari, karena obat tidak bebas kuman lagi. Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata oleh lebih dari satu orang, agar tidak terjadi penulaan infeksi 2.3. Sediaan Obat Hidung Terdapat 2 macam sediaan untuk hidung, yaitu obat tetes hidung dan obat semprot hidung. Cara penggunaan obat tetes hidung : 1. Cuci tangan. 2. Bersihkan hidung. 3. Tengadahkan kepala. 4. Teteskan obat dilubang hidung. 5. Tahan posisi kepala selama beberapa menit agar obat masuk ke lubang hidung. 6. Bilas ujung obat tetes hidung dengan air panas dan keringkan dengan kertas tissue kering. 7. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. Cara penggunaan obat semprot hidung : 1. Cuci tangan. 2. Bersihkan hidung dan tegakkan kepala. 3. Semprotkan obat ke dalam lubang hidung sambil tarik napas dengan cepat. 4. Untuk posisi duduk : tarik kepala dan tempatkan diantara dua paha 5. Cuci botol alat semprot dengan air hangat (jangan sampai air masuk ke dalam botol) dan keringkan dengan tissue bersih setelah digunakan. 6. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. 27

PERHATIAN Hindari penggunaan obat tetes hidung oleh lebih dari satu orang, agar tidak terjadi penularan infeksi 2.4. Sediaan Tetes Telinga Hindarkan ujung kemasan obat tetes telinga dan alat penetes telinga atau pipet terkena permukaan benda lain (termasuk telinga), untuk mencegah kontaminasi Cara penggunaan obat tetes telinga : 1. Cuci tangan. 2. Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton bud. 3. Kocok sediaan terlebih dahulu bila sediaan berupa suspensi. 4. Miringkan kepala atau berbaring dalam posisi miring dengan telinga yang akan ditetesi obat, menghadap ke atas. 5. Tarik telinga keatas dan ke belakang (untuk orang dewasa) atau tarik telinga kebawah dan ke belakang (untuk anak-anak) 6. Teteskan obat dan biarkan selama 5 menit. 7. keringkan dengan kertas tisu setelah digunakan 8. Tutup wadah dengan baik. 9. Jangan bilas ujung wadah dan alat penetes obat. 10. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. 2.5. Sediaan Supositoria Cara penggunaan supositoria : 1. Cuci tangan 2. Buka bungkus aluminium foil dan basahi supositoria dengan sedikit air. 3. Pasien dibaringkan dalam posisi miring 4. Dorong bagian ujung supositoria ke dalam anus dengan ujung jari. 5. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. Jika supositoria terlalu lembek, sehingga sulit untuk dimasukkan kedalam anus, maka sebelum digunakan sediaan supositoria ditempatkan di dalam lemari pendingin selama 30 menit 28

kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum membuka bungkus kemasan aluminium foil. 2.6. Sediaan Krim/Salep Rektal Cara penggunaan krim/salep rektal : a. Tanpa aplikator 1. Bersihkan dan keringkan daerah rektal, 2. Masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam rektal 3. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan b. Dengan menggunakan aplikator 4. Hubungkan aplikator dengan wadah krim/salep yang sudah dibuka. 5. Masukkan kedalam rektum / anus 6. Tekan sediaan sehingga krim/salep keluar. 7. Buka aplikator, cuci bersih dengan air hangat dan sabun. 8. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. 2.7. Sediaan Ovula /obat vagina Cara penggunaan sediaan ovula : 1. Cuci tangan dengan sabun dan air hangat 2. Baringkan pasien dengan kedua kaki direnggangkan 3. Ambil obat vagina 4. Masukkan obat kedalam vagina 5. Biarkan selama beberapa waktu 6. Cuci bersih tangan dengan sabun dan air hangat. PERHATIAN Jika penderita sedang dalam keadaan hamil, sebelum menggunakan obat sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan/ dokter Gunakan aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan yang disertakan dalam kemasan 29

POKOK BAHASAN 8 : EFEK SAMPING OBAT A. Pengantar Pada saat dilakukan pengobatan dengan menggunakan dosis yang normal, sering timbul efek samping yang tidak diinginkan. Efek samping ini terjadi setelah beberapa saat minum obat. Efek samping ini dapat terjadi pada saluran pencernaan berupa rasa mual, diare, perut sembelit, dapat juga terjadi pada kulit, berupa bercak merah, gatal, rasa panas pada kulit, selain itu juga dapat menyebabkan wajah menjadi bengkak, sesak nafas dan sebagainya. B. Tujuan Tujuan umum : Peserta dapat menjelaskan tentang masalah efek samping obat. Tujuan khusus : 1. Menjelaskan tentang kemungkinan terjadinya efek samping setelah minum obat tertentu. 2. Menjelaskan jenis efek samping obat yang biasa timbul. 3. Menjelaskan cara menanggulangi apabila terjadi efek samping obat. C. Efek samping obat Efek samping obat adalah setiap respon obat yang merugikan akibat penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal. Beberapa hal yang perlu diketahui tentang efek samping obat, adalah sebagai berikut : 1. Biasanya efek samping obat terjadi setelah beberapa saat minum obat. 2. Perhatikan kondisi pasien, misalnya ibu hamil, ibu menyusui, lansia, anakanak, penderita gagal ginjal, jantung dan sebagainya. Pada penderita tersebut harus lebih berhati-hati dalam memberikan obat. 3. Informasi tentang kemungkinan terjadinya efek samping obat, biasanya terdapat pada brosur kemasan obat, oleh karena itu bacalah dengan seksama kemasan atau brosur obat, agar efek samping yang mungkin 30

timbul sudah diketahui sebelumnya, sehingga dapat dilakukan rencana penanggulangannya. Efek samping yang biasa terjadi : 1. Pada kulit, berupa rasa gatal, timbul bercak merah atau rasa panas. 2. Pada kepala, terasa pusing. 3. Pada saluran pencernaan, terasa mual, dan muntah, serta diare. 4. Pada saluran pernafasan, terjadi sesak nafas. 5. Pada jantung terasa dada berdetak kencang (berdebar-debar). 6. Urin berwarna merah sampai hitam. Hal yang harus dilakukan apabila timbul efek samping obat : 1. Hentikan minum obat. 2. Mencari pertolongan ke sarana kesehatan, puskesmas / rumah sakit / dokter terdekat. 31

POKOK BAHASAN 9 : CARA PENYIMPANAN OBAT A. Pengantar Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, perlu diberikan beberapa jenis obat yang saling berbeda baik bentuk sediaannya maupun kemasannya. Apabila hal ini terjadi di suatu rumah tangga, maka perlu dipikirkan cara menyimpan obat. Bila cara penyimpanan obat tidak memenuhi persyaratan cara menyimpan obat yang benar, maka akan terjadi perubahan sifat obat tersebut, sampai terjadi kerusakan obat. B. Tujuan Tujuan umum : Peserta mampu menjelaskan tentang cara penyimpanan obat yang benar Tujuan khusus : 1. Menjelaskan cara penyimpanan obat 2. Menjelaskan akibat penyimpanan obat yang tidak tepat C. Cara penyimpanan obat Cara penyimpanan obat di rumah tangga sebagai berikut : Umum : 1. Jauhkan dari jangkauan anak anak. 2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat. 3. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan. 4. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat. 5. Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa. Khusus : 1. Tablet dan kapsul Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan atau lembab. 2. Sediaan obat cair 32

Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin (freezer) agar tidak beku kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat. 3. Sediaan obat vagina dan ovula Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair. 4. Sediaan Aerosol / Spray Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena dapat menyebabkan ledakan. 33

POKOK BAHASAN 10 : OBAT RUSAK DAN KADALUARSA A. Pengantar Zat berkhasiat yang terdapat dalam sediaan obat, selalu mempunyai masa aktif untuk tujuan pengobatan tertentu. Biasanya tertulis pada kemasan atau lembar informasi. Sediaan cair lebih jelas dilihat apabila kadaluarsa, yaitu terjadi perubahan bentuk cairan, perubahan warna, timbul bau atau timbul gas akibat reaksi antar zat didalam obat tersebut. Sementara sediaan obat dalam bentuk padat apabila sudah mencapai masa kadaluarsa, biasanya terjadi perubahan fisik. B. Tujuan Tujuan umum : Peserta dapat menjelaskan tentang kadaluarsa suatu obat, dan obat rusak. Tujuan Khusus : 1. Mampu menjelaskan penyebab kerusakan obat 2. Mampu menjelaskan tanda-tanda obat rusak C. Kerusakan Obat Kerusakan obat dapat disebabkan oleh : 1. Udara yang lembab 2. Sinar Matahari 3. Suhu 4. Goncangan fisik D. Cara Mengetahui Obat Rusak 1. Tablet Terjadi perubahan pada warna, bau dan rasa, timbul bintik bintik noda, lubang-lubang, pecah, retak, terdapat benda asing, menjadi bubuk dan lembab. 34

2. Tablet Salut Terjadi perubahan salutan seperti pecah, basah, lengket satu dengan lainnya dan terjadi perubahan warna. 3. Kapsul Cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka sehingga isinya keluar, melekat satu sama lain, dapat juga melekat dengan kemasan. 4. Puyer Terjadi perubahan warna, timbul bau, timbul noda bintik-bintik, lembab sampai mencair. 5. Salep / Krim / Lotion / Cairan Terjadi perubahan warna, bau, timbul endapan atau kekeruhan, mengental, timbul gas, memisah menjadi 2 (dua) bagian, mengeras, sampai pada kemasan atau wadah menjadi rusak. 35

POKOK BAHASAN 11 : CARA PEMBUANGAN OBAT A. Pengantar Obat sisa yang tidak digunakan untuk pengobatan lagi, sebaiknya disimpan di suatu tempat obat yang terpisah dari penyimpanan barang-barang lain dan tidak mudah dijangkau oleh anak-anak. Tetapi apabila obat tersebut sudah rusak, sebaiknya dibuang saja, agar tidak digunakan oleh orang lain yang tidak mengetahui mengenai masalah obat. B. Tujuan Tujuan umum : Peserta dapat menjelaskan dan menerapkan tentang cara pembuangan obat Tujuan khusus : 1. Menjelaskan cara pembuangan obat 2. Menjelaskan cara pembuangan kemasan obat C. Cara pembuangan obat Pembuangan obat dapat dilakukan apabila obat rusak akibat penyimpanan yang lama atau kadaluwarsa. Obat yang rusak dibuang dengan cara : 1. Penimbunan di dalam tanah Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah. 2. Pembuangan ke saluran air Untuk sediaan cair, encerkan sediaan dan buang kedalam saluran air. D. Cara Pembuangan Kemasan Obat 1. Wadah berupa botol atau pot plastik Terlebih dahulu lepaskan etiket obat, dan tutup botol, kemudian dibuang di tempat sampah, hal ini untuk menghindari penyalahgunaan bekas wadah obat. 2. Boks / dus / Tube Gunting dahulu baru dibuang. 36

BAB IV MATERI DISKUSI Tata Cara Pelaksanaan Metode CBIA A. Pengantar Setelah mendapat materi bahasan tentang pengetahuan dan keterampilan memilih obat maka perlu dilakukan diskusi antar anggota kelompok agar teori tersebut dapat diterapkan dalam pelaksanaan pengobatan sendiri B. Tujuan Tujuan Umum : Peserta dapat memilih obat dalam pengobatan sendiri Tujuan Khusus : 1. Mampu melaksanakan pemilihan obat dalam rangka pengobatan sendiri. 2. Mampu menggunakan obat dengan benar dalam rangka pengobatan sendiri. 3. Mampu mengetahui dan menjelaskan efek samping obat yang akan terjadi. 4. Mampu menentukan tempat, cara mendapatkan obat, menyimpan dan membuang serta mengetahui kadaluarsa dan obat rusak. C. Tahapan Kegiatan Kegiatan dibagi menjadi 3 tahap, Kegiatan I dan II dilakukan dalam kelompok, dan kegiatan III dilakukan secara individual di rumah. Kegiatan I dan II memakan waktu 2-3 jam, tergantung dari dinamika kelompok. Makin tinggi tingkat dinamika, makin besar gairah untuk berdiskusi sehingga akan semakin lama waktu yang diperlukan. Sebaiknya kegiatan dalam kelompok dibatasi maksimal 4 jam. Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 6-8 orang. Lembar kerja (Lampiran 2) dibagikan kepada tiap peserta. Petunjuk kegiatan (Lampiran 3) diberikan kepada ketua kelompok. Kegiatan I ( kelompok) 1 paket obat dibagikan kepada tiap-tiap kelompok. 37

Kelompok diminta : 1. Mengamati kemasan obat untuk : (1) Mengenali nama dagang (2) Mengenali nama bahan aktif (3) Mengenali Kekuatan bahan aktif (4) Mengenali bahan utama dan tambahan pada obat kombinasi 2. Mengelompokkan obat berdasarkan jenis bahan aktif bukan berdasarkan indikasi. 3. Mendiskusikan hasil - hasil pengamatan di atas. Dengan pimpinan ketua kelompok dan bila perlu dibantu Tutor / Narasumber, diskusi diharapkan dapat mengungkapkan hal - hal berikut : 1. Ternyata informasi dalam kemasan obat lebih lengkap dibanding iklan. Kemasan obat selalu mencantumkan informasi bahan aktif. Apabila dijumpai keraguan terhadap iklan, informasi dapat dicek langsung ke kemasan obat. 2. Ternyata dari berbagai macam obat yang ada di pasaran, baik sirup atau tablet, sebagian besar isi bahan aktifnya sama atau hampir sama. Bila gejala sakit yang diderita memerlukan jenis obat tertentu, periksa dulu persediaan obat di rumah, apakah jenis obat tersebut tersedia, apapun nama dagangnya. 3. Peserta dapat mengenali perbedaan atau persamaan kandungan zat aktif antara sediaan untuk orang dewasa dan anak-anak. Nama dagang untuk dewasa dan anak sering dibuat mirip, misalnya Bodrex-Bodrexin, Inza-Inzana, Mixagrip-Minigrip, padahal kandungan zat aktif berbeda walaupun indikasi sama. Peserta perlu diingatkan hati - hati dengan perbedaan tersebut. Selain itu, peserta juga diharapkan dapat mengenali perbedaan dosis antara anak dan dewasa. 4. Harga obat bisa sangat bervariasi, walaupun kandungan isinya sama. Sirup umumnya jauh lebih mahal dari pada tablet. Merek dengan nama Forte, Plus, dan sebagainya perlu dipelajari perbedaannya dengan yang biasa. Diskusi kemudian bisa dikembangkan ke arah upaya efisiensi biaya. 38

5. Untuk tujuan promotif, seringkali nama bahan aktif ditulis dengan nama sinonim yang jarang diketahui awam, padahal tersedia nama yang lazim. Sebagai contoh : Pencantuman 1.3.7 trimetilxanthin untuk mengganti nama kafein, acetaminophen dan para-aminophenol untuk mengganti parasetamol, para-hidroksibenzamid untuk salisilamid. Kandungan vitamin B1 dalam produk Pil Sehat ditulis dengan nama kimia yang sangat panjang. Pencantuman nama paten bahan aktif yang sebenarnya sudah umum diketahui, misal : Silentium sebagai nama paten dekstrometorfan dalam produk obat batuk Vicks-Formula 44 kemasan lama. 6. Makin banyak obat yang disediakan untuk kegiatan ini, makin dijumpai keanehan dari produk, yang dalam aktifitas sehari-hari mungkin tidak diperhatikan. Kegiatan II (Kelompok) Tahap kegiatan ini bertujuan agar peserta berlatih mencari informasi dari kemasan, dengan cara meneliti setiap tulisan yang tercantum dalam kemasan maupun package insert. Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan sebagai dasar melakukan self-medication, yaitu : 1. nama bahan aktif, 2. indikasi, 3. aturan penggunaan, 4. efek samping, dan 5. kontraindikasi. Peran Tutor dalam tahap ini cukup besar, untuk mendorong semua kebutuhan informasi, yakni 5 komponen utama informasi ditemukan secara lengkap. Dalam kegiatan ini digunakan lembar kerja yang telah disediakan (Lampiran 2). Jumlah lembar kerja tidak perlu dibatasi. Kelengkapan pengisian lembar kerja diharapkan dapat memacu aktifitas peserta pada tahap selanjutnya. 39

Dengan dipimpin ketua kelompok, pencarian informasi dilakukan secara bersama - sama, sambil membandingkan kelengkapan informasi dari satu nama dagang dengan nama dagang yang lain. Walaupun kegiatan ini dilakukan dalam kelompok, namun tiap peserta harus mencatat untuk diri masing masing. Sambil mencatat informasi, peserta sekaligus dapat menelaah secara sederhana, kelengkapan dan kejelasan informasi yang disajikan pada tiap kemasan. Kegiatan 3 (individual) Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk keberanian peserta mencari informasi sendiri. Perlu dipastikan dahulu bahwa lembar kerja pada kegiatan 2 telah terisi dengan baik. Dalam tahap ini, peserta diminta untuk mengerjakan pencatatan informasi seperti kegiatan 2, terhadap obat yang ada di rumah masing - masing. Setelah menjelaskan kegiatan 3, diskusi ditutup dengan rangkuman oleh salah satu Tutor atau Narasumber, mengidentifikasi kembali temuan-temuan penting yang diperoleh di masing - masing kelompok, dan memberikan pesan-pesan untuk memperkuat dampak intervensi. Petunjuk Kegiatan Persiapan Bentuklah kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6-8 orang. Pilih ketua kelompok. Dipimpin ketua kelompok, lakukan kegiatan I, II dan III dibawah ini dengan sungguh - sungguh. Kegiatan I Kepada masing-masing kelompok diberikan 1 (satu) paket obat yang terdiri dari bermacam-macam jenis. Tugas yang diberikan adalah : 1. Amati, apa nama bahan aktif dari masing-masing obat? 2. Kelompokkan obat tersebut berdasarkan jenis bahan aktif. 40

3. Diskusikan, apa yang dapat diperoleh atau dimanfaatkan dari kegiatan ini? Kegiatan II Setelah obat dikelompokkan, carilah informasi atau keterangan yang tertera pada kemasan obat. Gunakan lembar kerja yang telah disediakan Masing - masing peserta menulis untuk dirinya sendiri. Urutan tugas adalah sebagai berikut : 1. Apa nama bahan aktif obat tersebut? 2. Apa saja nama obat yang mengandung bahan aktif yang sama? 3. Bagaimana aturan pakainya? 4. Apakah ada peringatan efek samping? Bila tidak ditemukan, tanyakan pada Tutor. 5. Adakah pembatasan untuk siapa obat tersebut tidak boleh dipakai? Bila tidak ditemukan, tanyakan pada Tutor/nara sumber. Kegiatan III (untuk dilakukan di rumah) Amati obat yang sering digunakan untuk keluarga di rumah. Pelajari kemasannya. Dilanjutkan pencatatan sendiri seperti pada kegiatan II. Bila ragu - ragu, bicarakan dengan tenaga kesehatan yang berwenang. Pelaksana CBIA 1. Peserta Kriteria (1) Tokoh Masyarakat (2) Kader Puskesmas (3) Mempunyai kemampuan baca tulis dan dapat berkomunikasi dengan baik 2. Fasilitator (1) Tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Propinsi (dokter / apoteker) (2) Tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Kab/Kota (dokter / apoteker) 41

3. Tutor Tutor dapat : (1) Petugas Kesehatan (2) Mahasiswa Farmasi (3) Mahasiswa Kedokteran (4) Orang dari lingkungan yang akan diintervensi. Sebelum bertugas, tutor harus menjalani pelatihan agar menguasai semua permasalahan. 4. Penyelenggara Kepanitiaan yang berasal dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota 5. Jumlah (1) Setiap puskesmas diwakili oleh : a. 1 orang fasilitator b. 3 orang tutor c. 3 grup kader yang masing masing grup terdiri dari 6 orang kader, sebelum bertugas kader kesehatan harus menjalani pelatihan agar dapat menguasai semua materi pelatihan. (2) Jumlah peserta sebaiknya tidak lebih dari 40 orang. Sarana 1. Alat bantu Alat bantu yang diperlukan untuk kegiatan ini : (1) Paket obat (2) Lembar kerja (3) Petunjuk kegiatan Setiap kelompok diskusi memerlukan satu paket obat yang terdiri dari : (1) kurang lebih 40 obat yang masih lengkap dalam kemasan aslinya dan dilengkapi dengan label harga toko. (2) Obat yang dijadikan contoh harus beredar dan sering terdapat di daerahnya, yang mudah didapat serta sering digunakan. (3) Jenis obat dibatasi 3-4 jenis obat saja, misalnya : a. Analgetik atau antipiretik b. Vitamin atau mineral c. Obat batuk d. Obat flu atau pilek 42

e. Obat gangguan lambung atau cerna (4) Untuk tiap jenis obat disediakan kurang lebih 10 nama dagang. 2. Tempat Diperlukan tempat atau ruangan yang cukup luas sehingga kelompok dapat mengatur duduk secara melingkar. Ada alat tulis dan Narasumber/Tutor yang dapat dengan mudah berpindah - pindah tempat. Jika tidak memungkinkan kegiatan tulis menulis ditiadakan dan diganti dengan memperbanyak diskusi. 43