Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah Berupa Soal Uraian Berdasarkan Tingkat Pemahaman Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir. M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

PROSES BERIPIKIR KRITIS SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN ENDED DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dalam Menemukan Jumlah Jaring-Jaring Bangun Ruang Kubus

PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MI AL HIDAYAH SUMBERSUKO PANDAAN

ANALISIS KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SD KELAS IV DI SDN PUCANGNOM SIDOARJO

Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SDN Tulangan dalam Memecahkan Masalah Soal Cerita Berdasarkan Kemampuan Matematika

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Metode Problem Solving Materi Simetri

Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Pada Penerapan Scientifik Approach Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Sekolah Dasar

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VII E DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

PEMAHAMAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI BILANGAN BULAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP

Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar pada Pembelajaran Geometri Melalui Pendekatan Matematika Realistik

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Campuran Kelas III SD Muhammadiyah Wringinanom

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

Kata Kunci: analisis kesalahan, perbandingan

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Nailul Asrof ( /8/A2) S1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA BENTUK PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN ROLE PLAYING PADA MATERI JUAL BELI IPS KELAS III UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DI SDN GEDANG II

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV UPT SD NEGERI SAMBIBULU DALAM MENYELESAIKAN SOAL SKALA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Simpulan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COMPLETE SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PARAGRAF UNTUK SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diperhatikan guru dan siswa. Pendidikan merupakan proses

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI SISWA KELAS II SD

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kita hidup pada abad 21 dimana segala tantangan zaman semakin meningkat.

PENERAPAN PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA IPA KELAS IV SDN II KEPADANGAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR JURNAL OLEH SITI NURJANNAH NIM

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan. pendidikan dalam berbagai bidang, diantaranya matematika.

ANALISIS KESALAHAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHANBILANGAN CACAH

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SDN KEMASAN KRIAN KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN

ANALISIS KESALAHAN PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBAGIAN KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, karena

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMECAHKAN MASALAH BERBENTUK SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN GAYA BELAJAR

IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERTANYAAN PADA MATERI BIOLOGI

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa SDN Keboan Anom Ditinjau Dari Prestasi Belajar

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

Agni Danaryanti dan Adelina Tri Lestari

Solusi Kesulitan Belajar Siswa pada Pelajaran Matematika Melalui model pembelajaran Cooperatif Learning dan media origami.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

Analisis Kesalahan Siswa kelas IV dalam Menyelesaikan Soal cerita Materi Pecahan di SDN Kolursari 2 Bangil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara ringkas pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Kelas X SMA Prasetya Gorontalo,

BERFIKIR KRITIS SISWA DALAM MENGGUNAKAN LKS

ABSTRACT. KeyWords: Concepts Understanding Mathematics, Giving Questions And Getting Answers

MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI SEKOLAH DASAR

Analisis Kesalahan Siswa dalam Pemahaman Konsep Bangun Ruang Limas dan Bangun Ruang Prisma

BAB I PENDAHULUAN. dalam mempercepat penguasaan ilmu teknologi. 1. matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

ANALISIS KESALAHAN SOAL UTS ANAK SD KELAS III SDN LOLAWANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FUNGSI

Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik begitu pula

JURNAL ANALISIS KESALAHAN PROSEDURAL SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR KELAS X SMK TI PELITA NUSANTARA TAHUN AJARAN 2016/2017

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB III METODE PENELITIAN

Pi: Mathematics Education Journal 34

Kemampuan berpikir kreatif mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

PENERAPAN CTL DENGAN METODE JARIMATIKA UNTUK PENYELESAIAN SOAL PERKALIAN DASAR DI SD NEGERI 1 NGERONG

PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS V SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

Analisis Kesalahan Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Bangil dalam Mengerjakn Soal Materi Pecahan

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Operasi Hitung Campuran (Perkalian dan Pembagian) di Kelas II SDN Ngaban

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

PENGGUNAAN MEDIA KEPING BERMUATAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA

Transkripsi:

Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah Berupa Soal Uraian Berdasarkan Tingkat Pemahaman Siswa Windy Viariska Kisthantri 148620600149 Semester 6 A3 S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Viariskawindy @gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir kritis pada siswa sekolah dasar dalam memecahkan masalah berupa soal uraian berdasarkan tingkat pemahaman siswa (pemahaman tinggi, pemahaman sedang, dan pemahaman rendah). Identifikasi proses berpikir kritis didasarkan atas langkahlangkah berpikir kritis Questions at Issue, Purpose, Information, Concept, Assumption, Poit of View, dan Interpretation and Inference. Subjek penelitian terdiri dari 3 siswa yang masing masing memiliki tingkat pemahaman yang berbeda yaitu 1 siswa memiliki pemahaman tinggi, 1 siswa memiliki pemahaman sedang, dan 1 siswa memiliki pemahaman rendah. Instrument penelitian meliputi peneliti, tes berpikir kritis, dan wawancara. Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari tes, wawancara, dan observasi. Proses berpikir kritis subjek berpemahaman tingi, sedang, dan rendah dalam memecahkan masalah berbentuk soal uraian secara umum memiliki kesamaan pada langkah Questions at Issue dan Purpose, sementara memiliki perbedaan pada langkah Information, Concepts, Assumptions, Points of view, dan Interpretation and inference. Perbedaannya terletak pada cara menjawab dan penjelesan subjek tentang fakta yang ada dalam soal uraian (masalah), perbedaan yang lain terdapat pada ketelitian masing- masing subjek dalam menyelesaikan masalah. Subjek dengan pemahaman tinggi dapat dikatakan sangat mampu melalui langkah-langkah berpikir kritis secara runtut dan benar dimulai dari langkah Questions at Issue sampai langkah yang terakhir yaitu menyimpulkan hasil atau langkah Interpretation and Inference. Sementara subjek dengan pemahaman sedang dapat melewati 3 langkah dengan sempurna dan 5 langkah dapat dilalui tetapi kurang sempurna dalam penyelesaiannya. Seperti halnya pada langkah Information, subjek kurang dapat menyebutkan apa saja yang diketahui didalam masalah soal uraian tersebut, begitu juga pada langkah Concept, subjek kurang dapat mengonsep langkah- langkah yang akan dilakukan untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut, namun pada langkah terakhir yaitu Interpretation dan Inference atau kesimpulan subjek dapat menyimpulkan hasil yang subjek dapat dari masalahyang telah di selesaikannya. Sementara subjek dengan pemahaman rendah, hanya dapat memahami dan melalui 2 langkah berpikir kritis dengan sempurna yaitu pada langkah Questions at Issue dan Purpose. Pada langkah selanjutnya subjek lebih banyak diam dan memahami masalah berupa soal uraian yang di dapatnya. Ketika peneliti menanyakan apa langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh subjek, subjek hanya bisa menyebutkan masalah yang ada dalam soal uraian tersebut. Kata Kunci: Proses Berpikir Kritis,Soal Uraian Matematika, Tingkat Pemahaman 1

PENDAHULUAN Dewasa ini teknologi dengan pesatnya berkembang di masyarakat dimulai dari kalangan anak- anak hingga orang yang sudah lanjut usia. Mereka berlomba untuk dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Mereka merasa fungsi dari teknologi itu sendiri salah satunya adalah mereka dapat mendapat informasi apa saja yang mereka inginkan dari daerah di sekitar tempat tinggal mereka bahkan dari daerah yang sangat jauh dari tempat tinggal mereka pun dapat dijangkau oleh kemajuan teknologi saat ini. Sehingga, saat ini seseorang dapat dengan mudah mengetahui informasi-informasi dari manapun. Ditengah mudahnya seseorang mendapatkan informasi, ada sesuatu hal yang tetap harus diperhatikan oleh seseorang tersebut yaitu dalam pemilahan informasi. Pemilahan informasi sangatlah penting dilakukan oleh seseorang, karena dengan begitu seseorang dapat memilah manakah informasi yang benar dan informasi kurang benar. Selain itu seseorang juga harus memiliki alasan mengapa seseorang mempercayai informasi tersebut dan seseorang tersebut harus bisa memberikan keyakinan kepada orang lain bahwa informasi yang disampaikannya adalah suatu hal yang dapat dipastikan kebenarannya. Untuk dapat melakukan hal tersebut, seseorang harus memiliki kemampuan berpikir kritis. Beyer (1985) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk bisa membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan, informasi yang opini dan fakta, serta informasi yang diterima tersebut valid atau tidak. Menurut Amir (2015) berpikir kritis digunakan seseorang dalam proses kegiatan mental seperti mengidentifikasi masalah dan mengansumsi sesuatu dalam sebuah argument, membuat simpulan dari sebuah data, menafsirkan apakah kesimpulan dapat dijamin berdasarkan data yang diberikan dan dapat dievaluasi. Berpikir kritis bukan berarti suka memperdebatkan pendapat atau asumsi yang dianggapnya benar, akan tetapi orang yang berpikir kritis adalah orang yang memiliki alasan mendasar mengapa merepa bisa memberikan suatu pemikiran atau informasi yang bisa di pertanggungjawabkan sesuai

dengan pengalaman yang telah mereka alami. Seperti yang telah disampaikan oleh Mertes (1986) bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang sengaja dilakukan oleh seseorang secara sadar untuk mengevaluasi informasi yang mereka dapat dari pengalaman mereka. Menurut Sumadi Suryabrata (2002) berpikir kritis adalah salah satu bentuk keaktifan manusia yang menghasilkanpenemuan dan mengarah pada satu tujuan. Manusia tersebut berpikir untuk menemukan pemahaman dari apa yang di kehendaki olehnya. Ada 3 langkah proses jalannya berpikir kritis yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan pembentukan keputusan atau menarik kesimpulan. Pada pendapat ini memiliki kesamaan dengan langkah proses yang disampaikan oleh Jufri (2013) bahwa tahapan dalam tindakan berpikir kritis adalah merumuskan masalah, memberikan argument, melakukan tindakan, melakukan evaluasi kemudian menarik kesimpulan dari apa yang telah dilakukan. Berpikir kritis sangat diperlukan pada era globalisasi dilihat dari kemajuan teknologi yang sangat pesat seperti saat ini, namun pada dunia pendidikan terutama pada pembelajaran matematika siswa sekolah dasar kemampuan berpikir kritis terbilang lemah. Lemahnya kemampuan berpikir kritis siswa dapat disebabkan oleh beberapa factor, salah satunya adalah proses pembelajaran yang dilakukan. Seharusnya proses pembelajaran matematika melibatkan siswa agar siswa aktif dan guru memfasilitasi siswa agar dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatifitasnya. Seperti yang dikemukakan oleh Johnson (2002, pp. 100-101) bahwa apabila siswa diberi kesempatan untuk mencoba dan melatih kemampuan berpikir nya, yang nantinya akan terbentuk dengan sendirinya dalam diri siswa suatu kebiasaan untuk dapat membedakan sesuatu yang benar dan tidak benar, opini dan fakta, serta keyakinan dan pengetahuan. Demikian, dengan sendirinya secara alami siswa akan dapat membentuk argument yang didasari dengan pemikiran yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan asal muasalnya dan kebenarannya. Selain itu, dengan sendirinya juga siswa akan terbentuk menjadi siswa yang mampu berpikir kreatif. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan terbentuknya kebiasaan mereka mengaitkan informasi 3

yang mereka dapat dengan hal-hal yang berkaitan dengan informasi tersebut sehingga informasi yang mereka sampaikan teruji kebenarannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ana Priatna (2015) menyebutkan bahwa siswa dapat menyelesaikan soal uraian yang sejenis dengan contoh yang telah ada dalam buku panduan yang telah mereka miliki, dan ketika siswa menemukan soal uraian yang tidak sama dengan soal yang telah dicontohkan dalam buku panduan mereka maka mereka akan mengalami kebingungan dalam menyelesaikannya. Menurut Ruseffendy (dalam Susanto, 2013) pemahaman dibagi menjadi 3 macam yaitu: pengubahan, pemberian makna, dan pembuat ekstrapolasi. Maka pengertian dari pemahaman menurut Ruseffendy adalah kemampuan siswa mengenal, menjelaskan dan mengaplikasikan apa yang dilihat kemudian ditindak lanjuti dan akhirnya ditarik kesimpulan. Siswa yang satu dengan siswa yang lain tentunya berbeda, hal ini tentu dipengaruhi oleh kemampuan matematika yang dimiliki oleh siswa tersebut. Kemampuan matematika adalah proses dimana siswa menggunakan apa yang sudah dilihatnya dan apa yang telah mereka ketahui dalam menyelesaikan soal uraian tersebut. Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SD Muhammadiyah Wringinanom kabupaten Gresik pada jenjang kelas III khususnya pada mata pelajaran Matematika, didapatkan bahwa ketika guru menyampaikan materi pembelajaran matematika tentang keliling persegi panjang guru menitikberatkan siswa pada ranah kognitif saja. Siswa diarahkan untuk dapat memahami konsep yang telah ditentukan guru dan menghafal apa yang telah disampaikan oleh guru tersebut termasuk rumus-rumus yang digunakan dalam materi tersebut tanpa memperhatikan proses berpikir kritis siswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi tersebut. Demikian juga ketika guru memberikan evaluasi kepada siswa berupa memecahkan masalah matematika yang berbentuk soal uraian, guru menitikberatkan pada hasil akhir jawaban siswa tanpa coba mencari tahu atau mengidentifikasi kesulitan siswa dalam memecahkan soal uraian tersebut. Padahal seperti yang kita tahu bahwa selama ini banyak siswa yang mengalami kesusahan dalam

memahami soal uraian. Maka dari itu sebaiknya guru lebih memperhatikan dalam mengidentifikasi kesulitan siswa melalui proses berpikir kritis dan guru mengidentifikasinya secara mendalam agar guru dapat mengetahui letak kelemahan dan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal uraian, sehingga guru dapat merancang pembelajaran yang dapat mengembangkan proses berpikir kritis siswa. Dalam penelitian kali ini peneliti melakukan penelitian pada hari Rabu, 31 Mei 2017 di SD Muhammadiyah Wringinanom kabupaten Gresik dengan subyek penelitian adalah siswa kelas III B yang berjumlah 31 siswa. Peneliti dibantu oleh guru matematika kelas III yang bernama Ustadz Angga untuk melakukan penelitian, selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada Ustadz Angga untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa di kelas III B. Tidak hanya melakukan wawancara dengan guru, peneliti juga memberikan soal uraian kepada 3 orang siswa yang masing- masing diketahui memiliki tingkat pemahaman tinngi, sedang, dan rendah. Untuk mengecek keabsahan hasil penelitian peneliti dibantu oleh guru matematika dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, tes tulis, dan data nilai sehari hari dari siswa. Menurut Kesumawati (Chotimah,2014) kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan mengidentifikasi unsurunsur yang telah diketahui, ditanyakan, dan unsur yang diperlukan telah dirasa cukup. Dengan demikian, perlu adanya suatu penelitian agar guru dapat mengidentifikasi proses berpikir kritis siswa dalam memecahkan soal uraian. Sehingga secara perlahan guru akan mengetahui letak kekurangan siswa, sehingga kemudian siswa mampu membuat atau menyusun model matematika dan dapat mengembangkan strategi pemecahan masalah sesuai dengan cara yang telah mereka tentukan. Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah Berpikir kritis adalah proses yang dilakukan seseorang untuk mengumpulkan fakta-fakta tentang informasi yang mereka dapat agar informasi tersebut teruji keabsahannya dan dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Elaine Johnson (2002 :183) berpikir kritis adalah sesbuah proses seseorang yang terarah dan metode yang digunakan jelas dalam kegiatan 5

mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan menganalisis asumsi. Inch (2006), menyebutkan bahwa berpikir kritis memiliki 7 komponen yang saling berkaitan yaitu : 1. Questions at issue Menyebutkan masalah yang diamati 2. Purpose Menyebutkan tujuan yang akan dicapai 3. Information Menyebutkan adanya data dari masalah yang terkait 4. Concepts Menentukan konsep atau metode yang digunakan untuk memecahkan masalah 5. Assumptions Menentukan langkah penyelesaian awal 6. Points if view Menyusun kerangka penyelesaian masalah 7. Interpretation and inference Menentukan langkah penyelesaian dan kesimpulan Pemecahan Masalah Berbentuk Soal Uraian Matematika Menurut Wardhani dkk (2010) tujuan pembelajaran matematika adalah supaya siswa dapat menggunakan ilmu yang didapat dari pembelajaran matematika untuk masalah sehari-hari yang berhubungan dengan matematika. Dan yang lebih khusus menurut Permendiknas Nomor 22 mengatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa dapat menyelsaikan masalah yang meliputi konsep kemampuan: a) memahami masalah, b) merancang model yang akan digunakan, c)menyelesaikan model, dan d) menemukan solusi dan melakukannya. Namun menurut Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika UPI (2001) tidak semuanya soal uraian adalah suatu masalah. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis siswa SD dalam memecahkan soal uraian dilihat dari perbedaan tingkat pemahaman. Proses berpikir kritis ini diidentifikasi berdasarkan langkah-langkah berpikir kritis IDEALS. Subjek penelitian ini adalah 3 siswa kelas III B SD Muhammadiyah Wringinanom, Gresik yang masingmasing memiliki tingkat pemahaman

yang berbeda. Kriteria pemilihan subjek adalah siswa yang memiliki tingkat pemahaman tinggi, sedang dan rendah. Jadi pada penelitian ini terdapat 1 siswa yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi, 1 siswa yang memiliki tingkat pemahaman sedang, dan 1 siswa yang memiliki tingkat pemahaman rendah. Instrument penelitian ini diantaranya : 1) peneliti, peneliti adalah orang yang melakukan aktivitas menggunakan konsep tertentu atau metode ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument yang paling penting. Karena peneliti lah yang mengatur konsep penelitian, melakukan tindakan, dan peneliti pula lah yang menentukan penelitian tersebut dapat terwujud dan berhasil atau tidak, 2) Tes Uraian (Tes berpikir Kritis) berupa 1 masalah berbentuk soal uraian pada materi keliling persegi panjang, 3) Tes Pemahaman, yang disesuaikan dari nilai sehari hari siswa serta rujukan dari guru kelas, 4) pedoman wawancara dibuat berdasarkan langkah-langkah berpikir kritis. Untuk mengetahui proses berpikir siswa menurut Zuhri (1998) dapat diamati melalui beberapa proses yaitu : 1) proses berpikir konseptual dimana proses ini adalah proses dimana siswa dapat mengungkapkan apa yang diketahui nya dalam soal uraian tersebut dengan kalimat mereka sendiri dan dalam menjawab menggunakan konsep yang telah mereka pelajari, 2) proses berpikir semi konseptual, dimana konsep ini siswa kurang dapat mengungkapkan apa yang mereka ketahui dalam soal, kurang mampu mengungkapkan apa yang mereka ketahui dengan kalimat, mereka sendiri, dan dalam menjawab mereka cenderung menggunakan konsep yang mereka ingat sekalipun konsep itu kurang lengkap, 3) proses berpikir komputasional, dalam konsep ini siswa tidak dapat mengungkapkan apa yang mereka ketahui, tidak mampu mengungkapkan dengan bahasa mereka sendiri, serta dalam menjawab cenderung lepas dari konsep yang sudah ada. Dengan demikian teknik pengumpulan data dalam penelitia ini untuk mengamati proses berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah yang berbentuk soal uraian dapat dilakukan dengan memberikan Tes Uraian (Tes Berpikir Kritis) kepada subjek, lalu peneliti juga melakukan wawancara kepada subjek berpedoman 7

dari hasil pekerjaan mereka. Selain itu juga peneliti melakukan observasi proses berpikir kritis siswa. Observasi peneliti kali ini mengacu pada pendapat Morris (1973:906) yang menyatakan bahwa observasi adalaj aktivitas mencatat segala gejala yang ada dalam objek penelitian dengan bantuan instrument dan merekamnya dengan tujuan ilmiah. Morris melanjutkan bahwa observasi adalah kumpulan kesan tentang apa yang diamati dan ditangkap oleh panca indera manusia. Mengacu pada teori tersebut, peneliti melakukan observasi menggunakan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang berhubungan sebagai data pengamatan serta handphone untuk merekam hasil wawancara dengan subjek maupun dengan guru pendamping peneliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah berbentuk soal uraian yang nampak pada saat peneliti melakukan penelitian sesuai dengan langkah- langkah berpikir kritis menurut Inch (2006) adalah pada subjek pemahaman tinggi meliputi: 1) langkah Questions at issue, subjek dapat menyebutkan masalah yang terdapat pada soal uraian; 2) langkah Purpose, subjek dapat menyebutkan tujuan yang akan di capai; 3) langkah Information, subjek dapat menyebutkan data- data yang diketahui di dalam masalah yang diberikan; 4) langkah Concepts, subjek dapat menyebutkan langkah apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah; 5) langkah Assumptions, subjek dapat menentukan langkah awal yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan masalah; 6) langkah Points of view, subjek menyusun secara runtut langkah untuk menyelesaikan masalah; 7) langkah Interpretation and Inference, subjek dapat menyimpulkan hasil yang di dapat dari langkahnya menyelesaikan masalah matematika berupa soal uraian tersebut. Proses berpikir kritis pada subjek pemahaman sedang meliputi: 1) langkah Questions at issue, subjek dapat menyebutkan masalah yang terdapat pada soal uraian; 2) langkah Purpose, subjek dapat menyebutkan tujuan yang akan di capai; 3) langkah Information, subjek kurang dapat menyebutkan data- data yang diketahui di dalam masalah yang diberikan; 4) langkah Concepts, subjek kurang dapat menyebutkan langkah apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah; 5) langkah Assumptions,

subjek kurang dapat menentukan langkah awal yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan masalah, melainkan subjek langsung menuju pada lagkah akhir; 6) langkah Points of view, subjek kurang runtut dalam menyusun langkah untuk menyelesaikan masalah; 7) langkah Interpretation and Inference, subjek dapat menyimpulkan hasil yang di dapat dari langkahnya menyelesaikan masalah matematika berupa soal uraian tersebut. Proses berpikir kritis pada subjek pemahaman rendah meliputi: 1) langkah Questions at issue, subjek dapat menyebutkan masalah yang terdapat pada soal uraian; 2) langkah Purpose, subjek dapat menyebutkan tujuan yang akan di capai; 3) langkah Information, subjek tidak dapat menyebutkan data-data yang diketahui di dalam masalah yang diberikan; 4) langkah Concepts, subjek tidak dapat menyebutkan langkah apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah; 5) langkah Assumptions, subjek tidak dapat menentukan langkah awal yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan masalah, melainkan subjek langsung menuju pada lagkah akhir; 6) langkah Points of view, subjek tidak runtut dalam menyusun langkah untuk menyelesaikan masalah; 7) langkah Interpretation and Inference, subjek tidak dapat menyimpulkan hasil yang di dapat dari langkahnya menyelesaikan masalah matematika berupa soal uraian tersebut, bahkan subjek juga tidak dapat menyebutkan rumus apa yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa proses berpikir kritis subjek berpemahaman tingi, sedang, dan rendah dalam memecahkan masalah berbentuk soal uraian secara umum memiliki kesamaan pada langkah Questions at Issue dan Purpose, sementara memiliki perbedaan pada langkah Information, Concepts, Assumptions, Points of view, dan Interpretation and inference. Perbedaannya terletak pada cara menjawab dan penjelesan subjek tentang fakta yang ada dalam soal uraian (masalah), perbedaan yang lain terdapat pada ketelitian masing- masing subjek dalam menyelesaikan masalah. Subjek dengan pemahaman tinggi dapat dikatakan sangat mampu melalui langkah-langkah berpikir kritis secara runtut dan benar dimulai dari langkah Questions at Issue sampai langkah yang 9

terakhir yaitu menyimpulkan hasil atau langkah Interpretation and Inference. Sementara subjek dengan pemahaman sedang dapat melewati 3 langkah dengan sempurna dan 5 langkah dapat dilalui tetapi kurang sempurna dalam penyelesaiannya. Seperti halnya pada langkah Information, subjek kurang dapat menyebutkan apa saja yang diketahui didalam masalah soal uraian tersebut, begitu juga pada langkah Concept, subjek kurang dapat mengonsep langkah- langkah yang akan dilakukan untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut, namun pada langkah terakhir yaitu Interpretation dan Inference atau kesimpulan subjek dapat menyimpulkan hasil yang subjek dapat dari masalahyang telah di selesaikannya. Sementara subjek dengan pemahaman rendah, hanya dapat memahami dan melalui 2 langkah berpikir kritis dengan sempurna yaitu pada langkah Questions at Issue dan Purpose. Pada langkah selanjutnya subjek lebih banyak diam dan memahami masalah berupa soal uraian yang di dapatnya. Ketika peneliti menanyakan apa langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh subjek, subjek hanya bisa menyebutkan masalah yang ada dalam soal uraian tersebut. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian berikut dapat disimpulkan bahwa proses berpikir kritis siswa dengan pemahaman tinggi, pemahaman sedang, dan pemahaman rendah memiliki cara pemahaman yang berbeda sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Namun secara umum, untuk menyebutkan inti dari masalah yang ada pada soal uraian tersebut ketiga subjek memiliki kemampuan yang sama, hanya saja untuk langkah mengkonsep dan menentukan langkah dalam menyelesaikan masalah subjek memiliki cara yang berbeda. Pada langkah menyimpulkan hasil dari masalah pada soal uraian tersebut subjek juga memiliki kesimpulan yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari ketiga subjek yang diteliti oleh peneliti memiliki pemahaman yang sama, namun untuk proses berpikir kritis subjek memiliki proses yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Amir, M. F. (2015). Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah Berbentuk Soal Cerita Matematika Berdasarkan Gaya Belajar. JURNAL MATH EDUCATOR NUSANTARA: Wahana Publikasi Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan Matematika,1(2). Fajriyah, N., & Suseno, A, A. (2016).Kemampuan Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif.EDU-MAT, 2(1). Matematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Generative di SMP.Jurnal Pendidikan Matematika.3(2), 166-175. Priatna, A. (2015). Pemahaman Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Bilangan Bulat Berdasarkan Kemampuan Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo.3(1). Happy, N., Widjajanti, D. B. (2014). Keefektifan PBL ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, serta self-esteem siswa SMP.Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(1), 48-57. Hasanah, H. (2016). Teknik Teknik Observasi. Jurnal at- Taqaddum,8(1). https://id.m.wikipedia.org/wiki/peneliti Mawaddah, S. & Anisah, H. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Retna, Milda. (2013). Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika.Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 1(2), 71-82 www.kajianteori.com/2014/02/pengertian -kemampuan-berpikir-kritis.html www.pengertianmenurutparaahli.net/pen gertian-berpikir-kritis-menurut-para-ahli 11