PENGEMBANGAN DESAIN KAPAL PANCING TONDA DENGAN MATERIAL FIBERGLASS DI KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

KAJIAN STABILITAS EMPAT TIPE KASKO KAPAL POLE AND LINE STABILITY ANALYSIS OF FOUR TYPES OF POLE AND LINER

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 HASIL PENELITIAN. Tabel 6 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap dimensi utamanya, kapal rawai ini memiliki niiai resistensi yang cukup besar, kecepatan yang dihasilkan oleh

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.

4 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Oleh: Yopi Novita 1*

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT

RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

Aulia Azhar Wahab, dkk :Rolling Kapal Pancng Tonda di Kabupaten Sinjai...

ANALISA HIDROSTATIS DAN STABILITAS PADA KAPAL MOTOR CAKALANG DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN KAPAL PANCING.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL

Marine Fisheries ISSN: Vol. 2, No. 2, November 2011 Hal:

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal

TATA MUATAN DAN VARIASI MUSIM PENANGKAPAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PURSESEINER BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman :

2 KAPAL POLE AND LINE

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

ANALISA PENGARUH LETAK LUNAS BILGA TERHADAP PERFORMA KAPAL IKAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KAPAL TIPE KRAGAN)

KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal

Dl DAERAH KABUPATEN CIREBON

STABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA (Kasus pada Salah Satu Kapal Payang di Pamekasan) RIZKI MULYA SARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Simulasi pengaruh trim terhadap stabilitas kapal pukat cincin

3 KAJIAN DESAIN KAPAL

KAJIAN STABILITAS KAPAL IKAN MUROAMI DI KEPULAUAN SERIBU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PGZ

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 September 2017 Hal Disetujui: 19 September 2017

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

Marine Fisheries ISSN: Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 65 73

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

ASPEK KESELAMATAN DITINJAU DARI STABILITAS KAPAL DAN REGULASI PADA KAPAL POLE AND LINE DI BITUNG, SULAWESI UTARA YULI PURWANTO

KAJIAN STABILITAS KAPAL IKAN MUROAMI PADA TIGA KONDISI MUATAN KAPAL DI KEPULAUAN SERIBU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PGZ (LANJUTAN)

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal

Oleh : Febriani Rohmadhana. Pembimbing : Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc. Selasa, 16 Februari

Desain Ulang Kapal Perintis 200 DWT untuk Meningkatkan Performa Kapal

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

Lampiran 2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu

Karakteristik Desain Kapal Perikanan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, Bangka Belitung

Study on hydrodynamics of fiberglass purse seiners made in several shipyards in North Sulawesi

Pengaruh Pemasangan Vivace Terhadap Intact Stability Kapal Swath sebagai Fleksibel Struktur Hydropower Plan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

MODIFIKASI ARMOURED PERSONNEL CARRIER (APC) TIPE BTR-50P UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS

Studi pengaruh bentuk kasko pada tahanan kapal pukat cincin di Tumumpa, Bitung, dan Molibagu (Provinsi Sulawesi Utara)

Abstract. Keywords : stability, long line, righting arm, and draught 1. PENDAHULUAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAPAL GILL NET Dl IWDRAMAYU

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

SKRIPSII FAKULTAS INSTITUT 2008

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapal Perikanan

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP

KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kapal Perikanan

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING PROVINSI LAMPUNG

INTRODUKSI KAPAL FIBERGLASS DAN MANAJEMEN KEMITRAAN PRODUKSI LOIN TUNA

Metode Pembuatan Rencana Garis dengan Maxsurf

ANALISA KINERJA HULL FORM METODE FORMDATA KAPAL IKAN TRADISIONAL 28 GT KM. SIDO SEJATI

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

Analisis Teknis dan Ekonomis Konversi Landing Craft Tank (LCT) Menjadi Self-Propelled Oil Barge (SPOB)

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

5. KAJIAN DAN PEMBAHASAN

This watermark does not appear in the registered version - 2 TINJAUAN PUSTAKA

Marine Fisheries ISSN: Vol. 1, No. 2, November 2010 Hal:

DISAIN KAPAL PENANGKAP IKAN 10 GT BERBAHAN FIBERGLASS UNTUK WILAYAH PERAIRAN KECAMATAN PANIMBANG KABUPATEN PANDEGLANG

PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM

KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR O LEH :

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS KAPAL KMP. SAPTA PESONA UNTUK JALUR PELAYARAN PANTAI BANDENGAN PULAU PANJANG JEPARA YANG MENGALAMI PERUBAHAN FUNGSI

Studi tentang olengan bebas dan tahanan total kapal model uji di Laboratorium Kepelautan

Transkripsi:

BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20 No. 1 Edisi Maret 2012 Hal. 71-80 PENGEMBANGAN DESAIN KAPAL PANCING TONDA DENGAN MATERIAL FIBERGLASS DI KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA Oleh: La Anadi 1*, Budhi H. Iskandar 2, Daniel R. Monintja 2, dan Mulyono S. Baskoro 2 ABSTRAK Penggunaan kayu sebagai bahan pembuat kapal sudah mulai menghadapi permasalahan, khususnya kesediaan bahan baku. Selain semakin langkanya bahan baku kayu, harganya pun semakin mahal. Oleh karena itu upaya untuk mengaplikasikan bahan lain sebagai bahan pembuat kapal sudah saatnya dilakukan. Pada penelitian ini, salah satu bahan yakni fiberglass dicobakan untuk menggantikan kayu sebagai bahan pembuat kapal pancing tonda (troller). Walaupun harganya relatif mahal, namun untuk jangka panjang bahan ini lebih ekonomis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan aplikasi fiberglass, kapal yang dihasilkan lebih ringan dan menghasilkan kecepatan lebih tinggi dengan kekuatan mesin yang sama. Kata kunci: Buton Regency, fiberglass, kapal pancing tonda (troller), kecepatan, pengembangan desain PENDAHULUAN Kabupaten Buton memiliki sumberdaya perikanan yang potensial terutama sumberdaya ikan pelagis besar. Jenis-jenis ikan pelagis besar yang menjadi komoditi unggulan sub-sektor perikanan tangkap daerah ini adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan madidihang (Thunnus albacares). Hal ini dapat dilihat dari data volume produksi hasil tangkapan ikan cakalang dan madidihang yang menempati urutan teratas dibanding jenis ikan tenggiri, paruh panjang dan lain-lain. Sebagian besar produksi perikanan tersebut (khusus ikan madidihang) merupakan hasil usaha perikanan rakyat yang umumnya menggunakan kapal berukuran kecil dengan alat tangkap pancing tonda (BPS, 2008). Walaupun memiliki ukuran yang relatif kecil, kapal pancing tonda mempunyai daerah jelajah yang cukup luas karena dalam operasi penangkapan, kapal ini bersifat aktif tergantung pada pergerakan ikan dan perpindahan daerah penangkapan. Oleh karena itu, kapal pancing tonda tidak hanya dibangun dengan material yang kuat, tetapi juga harus memiliki kelayakan desain yang dapat memberikan unjuk kerja atau keragaan teknis kapal sesuai kondisi lingkungan dan peruntukannya. Bhattacharyya (1978) mengatakan bahwa kelayakan desain sebuah kapal akan mempengaruhi keragaan teknis kapal pada saat berlayar di laut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi, salah satunya adalah jenis material yang dipakai membangun kapal. Berbeda jenis material, berbeda pula keragaan teknis kapal yang dihasilkan. Lebih dari 90% kapal pancing tonda yang dibangun para pengrajin di Kabupaten Buton terbuat dari kayu. Pemilihan kayu sebagai material kapal disebabkan karena harga kayu relatif murah dan mudah diperoleh. Kenyataan saat ini justru sebaliknya, harga kayu semakin mahal dan ketersediaannya di alam juga semakin langka. Apabila kondisi demikian tidak dicarikan alternatif pengganti dengan material lain, dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kelestarian 1 Universitas Halululeo, Kendari 2 Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB * Korespondensi: bulletin.psp@gmail.com

72 BULETIN PSP 20 (1), Maret 2012 sumberdaya hutan maupun upaya pengembangan sarana tangkap khususnya armada perikanan skala kecil. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengkonversi penggunaan material kayu ke fiberglass. Material ini diakui lebih mahal dibanding kayu, namun bila dilihat dari beberapa keunggulan teknis yang dimiliki fiberglass seperti kekuatan material, umur pakai, bobot kapal dan lain-lain maka secara finansial akan lebih menguntungkan. Permasalahan mendasar yang sering menjadi kendala dalam pembangunan kapal fiberglass adalah minimnya pemahaman tentang filosofi desain kapal ikan. Pembangunan kapal yang dilakukan galangan modern selalu berpatokan pada kriteria kelayakan secara postulat, sedangkan pada galangan tradisional proses pembangunan kapalnya dilakukan dengan cara-cara empiris berdasarkan pengalaman turun temurun. Masing-masing pihak mempunyai argumen tersendiri disertai kelebihan dan kekurangannya. Desain modern lebih mengutamakan stabilitas sedangkan desain tradisional penekanannya lebih pada kecepatan. Pola-pola desain yang diperlihatkan kedua pihak tersebut seringkali menjadi penyebab ketidaksesuaian unjuk kerja kapal dengan peruntukannya. Desain kapal dengan material yang kuat, bentuk lambung memanjang bebas, plat yang kedap dan licin, tahanan bentuk di bawah air minimum, olah gerak dengan radius putaran yang kecil, stabilitas yang baik, kecepatan dan daya apung yang tinggi, hemat dalam pemakaian bahan bakar dan sanggup menghadapi kondisi alam yang kurang bersahabat, sangat diharapkan para pengguna agar operasi penangkapan ikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan desain kapal fiberglass yang layak untuk dikembangkan sebagai kapal pancing tonda menggantikan generasi kapal kayu. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa karakteristik yang diperlihatkan kapal kayu dan kapal fiberglass untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing kapal. Bila hasil analisis menunjukkan adanya kelemahan pada kapal yang menjadi alternatif pengembangan, maka diadakan penyempurnaan melalui modifikasi maupun rekondisi. Hal ini penting dilakukan untuk menemukan desain kapal pancing tonda yang bukan saja laik laut tetapi juga laik tangkap. Secara sederhana kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

La Anadi et al. - Pengembang an Desain Kapal Pancing Dengan Material Fiberglass... 73 PERMASALAHAN UTAMA Kapal kayu Stok raw material terbatas Desain konstruksi secara tradisional Kelayakan unjuk kerja masih tanda tanya Kapal fiberglass Harga material relatif mahal Desain konstruksi secara modern Esensi peruntukannya masih tanda tanya. KAPAL KAYU P R O S E S Konversi material KAPAL FIBERGLASS Konstruksikan KAJI BANDING Kualitas Unjuk Kerja (Stabilitas dan Kecepatan) + EVALUASI KELAYAKAN (Teknis) Ya - - PENGEMBANGAN Tidak Modifikasi & Rekondisi Gambar 1 Diagram alir kerangka pikir penelitian. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan pembangunan kapal hingga pengujiannya dilakukan selama tujuh bulan yakni dari awal bulan Februari sampai dengan akhir bulan Agustus 2008. sedangkan pengambilan data hasil tangkapannya dilakukan pada bulan Agustus 2011. Lokasi penelitian ini terdiri dari tempat-tempat pembuatan kapal tradisional, galangan kapal fiberglass, pusat-pusat kegiatan nelayan pancing tonda, dan ikut dalam operasi penangkapan tuna di perairan Kabupaten Buton dan sekitarnya. Bahan dan Alat Bahan dasar untuk pembuatan kapal fiberglass terdiri dari resin, serat penguat, bahan pendukung dan lapisan inti. Resin yang dipakai adalah tipe orthophthalic poliester resin. Serat penguat (fiberglass reinforcement) yang dipakai adalah jenis electrical glass yaitu chopped strand mat dan woven roving. Bahan pendukung terdiri dari: catalyst, accelerator, sterin, gel coat, piqmen, parafin, mold release, dan talk. Lapisan inti yang digunakan selain besi adalah pelat fiberglass antara lain, firet coremat dan foamed plastic. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan kapal fiberglass adalah mesin grinda, gunting, cutter, jerigen, gelas ukur, kwas rool, kwas biasa, dan stick glue, sedangkan peralatan untuk pengambilan data adalah GPS, kompas, peta laut, stop watch, timbangan, meteran, siku-siku, kamera digital, teropong, dan pancing tonda.

74 BULETIN PSP 20 (1), Maret 2012 Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini dilakukan rekayasa bangunan kapal melalui proses konversi material kayu ke fiberglass yang dilanjutkan dengan proses modifikasi dan rekondisi. Pengambilan data diawali dengan melakukan pengukuran terhadap sampel kapal milik nelayan. Data yang dikumpulkan adalah tentang dimensi utama, bentuk hull dan tata ruang kapal. Data tersebut kemudian dibuat gambar lines plan dan general arrangement untuk dijadikan patokan dalam membuat cetakan (mould). Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan kapal fiberglass yang sepadan dengan kapal kayu. Padanan kapal ini akan dipakai sebagai sampel untuk dikaji lebih lanjut. Metode Analisis Data Untuk mengkaji kesesuaian desain kapal dilakukan perhitungan rasio dimensi utama L/B, L/D, dan B/D berdasarkan data dimensi utama yang telah diukur. Nilai rasio ini kemudian dibandingkan dengan kisaran nilai rasio kapal perikanan di Indonesia berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap seperti ditunjukkan Tabel 1. Tabel 1 Kisaran nilai rasio dimensi utama jenis kapal ikan di Indonesia Metode operasi L/B L/D B/D Static gear 2,83 11,12 4,58 17,28 0,96 4,68 Encircling gear 2,60 9,30 4,55 17,43 0,55 5,00 Towed/dragged gear 2,86 8,30 7,20 15,12 1,25 4,41 Multipurpose gear 2,88 9,42 8,69 17,15 0,35 6,09 Sumber: Iskandar dan Pujiyati (1995) Analisis hidrostatik dilakukan untuk mengetahui keragaan dan kelayakan desain kapal. Coefficient of fineness merupakan salah satu parameter hidrostatik yang nilainya bergantung pada bentuk badan kapal. Nilai Cb dipakai untuk menentukan tingkat kegemukan kapal yang berkisar antara 0 1, semakin mendekati 1 berarti badan kapal semakin gemuk dan bila mencapai 1 maka bagian badan kapal yang terrendam air berbentuk balok atau empat persegi panjang. Nilai acuan coefficient of fineness kapal ikan di Indonesia berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai kisaran coefficient of fineness kapal ikan di Indonesia Metode Operasi Cb Cw Cp Cvp C Encircling Gear 0.56-0.67 0.78-0.88 0.60-0.79 0.68-0.86 0.84-0.96 Towed/Dragged Gear 0.40-0.60 0.66-0.77 0.51-0.62 0.60-0.85 0.69-0.98 Static Gear 0.39-0.70 0.65-0.85 0.56-0.80 0.53-0.82 0.63-0.91 Multipurpose - - - - - Sumber: Iskandar dan Pujiati (1995) Perhitungan stabilitas kapal meliputi analisis terhadap perubahan nilai KG pada setiap kondisi perubahan muatan dengan membuat perkiraan perubahan jarak vertikal-horisontal. Perhitungan dilakukan pada empat kondisi distribusi muatan dengan asumsi-asumsi berikut: 1) Kondisi kosong: bahan bakar, umpan hidup, dan ikan tangkapan 0%. 2) Kondisi berangkat: bahan bakar 100%, umpan hidup, dan ikan tangkapan 0%. 3) Kondisi beroperasi: bahan bakar 66%, umpan hidup 100%, dan ikan tangkapan 50%. 4) Kondisi pulang: bahan bakar 33%, umpan hidup 0%, dan ikan tangkapan 100%. Hasil perhitungan stabilitas di atas kemudian dibandingkan dengan kriteria kelayakan stabilitas menurut International Maritime Organization (IMO), dengan standar nilai masing-masing kriteria disajikan pada Tabel 3.

La Anadi et al. - Pengembang an Desain Kapal Pancing Dengan Material Fiberglass... 75 Tabel 3 Kriteria Kelayakan Stabilitas Kapal Menurut Standar IMO Kriteria Nilai Satuan 1. Area 0 30 3,151 m.deg 2. Area 0 40 5,157 m.deg 3. Area 30 40 1,719 m.deg 4. Max GZ at 30 or greater 0,200 m 5. Angle of maximum GZ 25,0 deg 6. Initial GMt 0,150 m Kecepatan kapal selain dipengaruhi oleh tenaga penggerak yang digunakan juga dipengaruhi oleh bentuk badan kapal (koefisien kemontokan), rasio dimensi utama dan trim. Karena itu maka kecepatan kapal dalam penelitian ini diestimasi pada setiap perubahan nilai displacement sesuai kondisi distribusi muatan kapal. Analisis data dilakukan dengan bantuan program maxsurf, microsoft office excel dan microsoft office visio. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan rasio dimensi utama kapal pancing tonda diperoleh nilai L/B (8,65); L/D (14,79); dan B/D (1,71). Jika nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai rasio kapal pembanding, maka nilai L/B dan L/D kapal pancing tonda berada di atas rata-rata nilai rasio semua jenis kapal pembanding, sedangkan nilai B/D berada di bawah rata-rata. Kesesuaian nilai rasio dimensi utama sangat menentukan kemampuan sebuah kapal ikan. Nilai L/B yang besar berpengaruh positif terhadap kecepatan kapal, nilai L/D terhadap kekuatan memanjang kapal, dan nilai B/D terhadap propulsive ability. Nilai rasio yang dihasilkan menunjukkan bahwa kapal pancing tonda desain tradisional lebih mengutamakan kecepatan, olah gerak dan kekuatan memanjang kapal dibanding stabilitas. Badan kapal pancing tonda sampel memiliki bentuk V-bottom pada bagian haluan, sedangkan pada bagian midship hingga buritan adalah UV-bottom. Pemilihan bentuk V-bottom pada bagian haluan dimaksudkan agar kapal dapat membelah air dengan baik dan mengurangi resistensi yang terjadi pada haluan kapal sehingga kecepatan yang dihasilkan lebih maksimal. Bentuk UV-bottom badan bagian midship hingga buritan menyerupai huruf U yang ramping sehingga cenderung berbentuk huruf V. Bentuk ini akan menguntungkan dari segi kecepatan dan olah gerak tetapi lemah dalam hal stabilitas. Rancangan umum (general arrangement) kapal dapat diartikan sebagai pengaturan ruangan kapal untuk segala kegiatan atau fungsi dan peralatan yang dibutuhkan sesuai letak dan jalan untuk mencapai ruangan tersebut. Rancangan umum untuk kapal ikan biasanya dipertimbangkan dari suatu platform perencanaan yang meliputi tujuan penangkapan, proses penangkapan dan penyimpanan hasil tangkapan. Rancangan ini biasanya dibuat dalam bentuk gambar yang terdiri dari dua bagian yaitu gambar tampak samping dan gambar tampak atas. Penataan ruang kapal pancing tonda Kabupaten Buton umumnya dilakukan secara horizontallongitudinal menjadi beberapa ruangan sesuai fungsi ruang dan kelancaran operasi penangkapan. Secara umum pembagian ruang kapal pancing tonda terdiri dari: ruang tempat mesin, ruang kemudi, tempat penyimpanan bahan bakar minyak (BBM), tempat penyimpanan hasil tangkapan, bak umpan hidup, dan ruang untuk melakukan pemancingan. Pembagian ruang kapal pancing tonda dapat dilihat dalam gambar Gambar 2.

Wl 1 BASE LINE 0,00 BL 2 BL 1 CENTRE LINE 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 7,50 8,00 8,50 9,00 9,25 9,50 9,75 10,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 4,00 5,00 7,00 BL 2 BL1 BL1 BL 2 9,75 Wl 12 Wl 1 BASE LINE BL 2 BL 1 CENTRE LINE 76 BULETIN PSP 20 (1), Maret 2012 Tampak Samping 1 2 3 4 5 6 7 8 Tampak Atas Keterangan : 1. Tempat pemancingan 1 2 Tempat alat bantu penangkapan 3. Tempat penyimpanan BBM 4. Ruang mesin 5. Ruang kemudi dan tempat pemancingan 2 6. Bak umpan hidup, tempat alat tangkap & perbekalan 7. Palkah ikan 8. Tempat pemancingan 3 Principal particulars : L OA : 9.17 m B : 1.06 m D : 0.62 m d max : 0.40 m Engine: 16 HP Gambar 2 Gambar rancangan umum (general arrangement) kapal sampel. Rencana garis suatu kapal merupakan gambar lines plan kapal pada setiap garis air dan ordinat yang tertuang dalam tiga bentuk gambar dengan sudut pandang yang berbeda yaitu: gambar tampak samping (profile plan), tampak atas (half breadth plan) dan tampak depan (body plan). Penggunaan gambar rencana garis tersebut sangat penting bukan saja pada desain bentuk kapal, tetapi juga untuk pengaturan ruang kapal, dan perhitungan-perhitungan parameter hidrostatik, stabilitas, hull speed, dan sebagainya. Gambar lines plan kapal pancing tonda sampel dapat dilihat pada Gambar 3. PROFIL PLAN DAN BODY PLAN Wl 12 Wl 11 Wl 10 Wl 8 Wl 9 Wl 6 Wl 7 Wl 4 Wl 5 Wl 2 Wl 3 (AP) (FP) Wl 10 Wl 11 Wl 8 Wl 9 Wl 6 Wl 7 Wl 4 Wl 5 Wl 2 Wl 3 Dwl HALF BREADTH PLAN (AP) 6,00 7,50 8,00 8,50 9,00 9,25 9,50 10,00 (FP) LOA : 917 cm B : 106 cm : 62 cm D d : 40 cm Skala : 1 : 40 Lines plan kapal sampel PT-1 Gambar 3 Gambar rencana garis (lines plan) kapal sampel. Jika nilai-nilai coefficient of fineness yang diperoleh dari hasil perhitungan parameter hidrostatik dibandingkan dengan nilai kisaran koefisien bentuk kapal ikan pada Tabel 2, ternyata nilai koefisien bentuk kapal pancing tonda yang diteliti sebagian besar berada pada kisaran yang rendah, mengindikasikan bentuk kapal yang ramping. Nilai Cb pada level 0,5 m

La Anadi et al. - Pengembang an Desain Kapal Pancing Dengan Material Fiberglass... 77 WL sebesar 0,489 ini berarti kapal memiliki bentuk fine type (tingkat kegemukan rendah), dimana volume badan kapal yang terbenam dalam air kecil. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap kapasitas palkah umpan hidup dan ruangan lain. Kapal ikan dengan tipe kegemukan rendah dianggap kurang menguntungkan dari segi ketahanan, kenyamanan kerja dan pengaturan ruangan. Menurut Fyson (1985), kapal ikan yang mengoperasikan jenis pancing sebaiknya memiliki tingkat kegemukan sedang (good type) dengan nilai Cb berkisar antara 0,61 0,72. Hasil perhitungan stabilitas kapal pancing tonda sampel yang diterakan pada Tabel 4, terlihat bahwa seluruh nilai lengan penegak GZ kapal berada di bawah batas kriteria yang ditetapkan IMO. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan kapal untuk kembali ke posisi semula apabila terjadi kemiringan akibat gaya yang bekerja padanya. Stabilitas kapal seperti ini dapat menggangu keselamatan maupun kenyamanan kerja. Tabel 4. Stabilitas Kapal Kayu dan Fiberglass pada Empat Kondisi Pemuatan Kriteria Keterangan: F= Fail; dan P = Pass Kondisi Distribusi Muatan Kosong Berangkat Beroperasi Pulang Kayu Fiber Kayu Fiber Kayu Fiber Kayu Fiber 1. 0.877 F 0.864 F 1.137 F 1.116 F 0.933 F 0.876 F 1.172 F 1.152 F 2. 1.708 F 1.665 F 2.132 F 2.110 F 1.789 F 1.689 F 2.210 F 2.175 F 3. 0.831 F 0.800 F 0.995 F 0.994 F 0.856 F 0.813 F 1.037 F 1.023 F 4. 0.198 F 0.199 F 0.178 F 0.180 F 0.143 F 0.142 F 0.182 F 0.189 F 5. 67.00 P 69.00 P 63.00 P 64.00 P 61.00 P 61.00 P 63.00 P 64.00 P 6. 0.098 F 0.097 F 0.131 F 0.133 F 0.108 F 0.099 F 0.139 F 0.135 F Hasil analisis kecepatan dan resistensi sebagaimana disajikan pada Tabel 5, memperlihatkan adanya perbedaan kecepatan pada setiap kondisi distribusi muatan. Hal ini mengindikasikan bahwa kecepatan kapal dipengaruhi oleh kondisi muatan karena muatan yang ada pada kapal dapat mempengaruhi displacement dan DWL kapal. Pertambahan nilai DWL menyebabkan immersed depth bertambah sehingga resistensi pada lambung kapal yang berada di bawah garis air menjadi lebih besar. Tabel 5 Kecepatan Kapal Kayu dan Fiberglass Berdasarkan Kondisi Pemuatan Kondisi Kapal Kayu Kapal Fiberglass Muatan Kapal Resist. (kn) Speed (Kts) Resist. (kn) Speed (Kts) Kosong Berangkat Beroperasi Pulang 0,82 0,94 0,98 0,96 16,65 15,24 14,37 14,50 0,81 0,89 0,95 0,92 18,07 16,20 15,17 15,33 Dari hasil analisis di atas didapatkan bahwa kecepatan kapal juga ditentukan oleh badan kapal dan mesin penggerak yang digunakan. Badan kapal yang dimaksud meliputi bentuk lambung, kedalaman lambung, volume dan ton displacement kapal yang tercelup dalam air. Sedangkan mesin penggerak meliputi tenaga dan efisiensi penggunaannya. Dengan mesin penggerak dan bentuk lambung yang sama dalam penelitian ini memberikan kecepatan yang berbeda antara kapal kayu dan fiberglass pada setiap kondisi pemuatan. Kecepatan tertinggi yang dicapai pada kondisi kosong untuk kapal kayu adalah 16,65 Kts sedangkan kapal fiberglass 18,07 Kts, dan terendah pada kondisi beroperasi yaitu 14,37 Kts untuk kapal kayu dan 15,17 Kts untuk kapal fiberglass.

78 BULETIN PSP 20 (1), Maret 2012 Badan kapal yang dimodifikasi mengikuti standar IMO menghasilkan bentuk lambung (hull) yang menyerupai huruf U, sedangkan bentuk Round Sharp Bottom (RSB) menyerupai kurva melengkung (round) sampai pada garis air terbawah dan runcing (sharp) pada bagian dasar (bottom) hingga lunas kapal. Kedua bentuk modifikasi tersebut dapat dilihat pada gambar lines plan berikut ini. Gambar 4 Rencana Garis (Lines Plan) Kapal Modifikasi Mengikuti Standar IMO. Gambar 5 Rencana Garis (Lines Plan) Kapal Modifikasi Mengikuti Bentuk RSB. Hasil analisis stabilitas dan kecepatan antara kapal yang dimodifikasi dengan bentuk sesuai standar IMO dan bentuk round sharp bottom (RSB) masing-masing diterakan pada Tabel 6 dan 7. Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa kapal yang dimodifikasi dengan bentuk sesuai standar IMO memiliki nilai standar yang tinggi untuk semua kriteria baik dalam kondisi kapal kosong, berangkat, beroperasi maupun pulang, sedangkan yang dimodifikasi dengan bentuk RSB hanya memenuhi tiga kriteria yaitu nilai GZ max, sudut GZ max dan nilai GM lebih tinggi dari yang disyaratkan. Namun bila dilihat dari hasil analisis kecepatan, kapal yang dimodifikasi dengan bentuk RSB lebih tinggi dibanding kapal yang dimodifikasi dengan bentuk sesuai standar IMO. Hal ini mengindikasikan bahwa kriteria yang diterapkan IMO lebih sesuai untuk kapal-kapal yang

La Anadi et al. - Pengembang an Desain Kapal Pancing Dengan Material Fiberglass... 79 membutuhkan stabilitas yang tinggi dan sebaliknya bentuk RSB lebih cocok diterapkan bagi kapalkapal yang memerlukan kecepatan tinggi. Tabel 6 Stabilitas Kapal Fiberglass Modifikasi (Standar IMO dan Bentuk RSB) Kriteria Keterangan: F= Fail; dan P = Pass Kondisi Distribusi Muatan Kosong Berangkat Beroperasi Pulang IMO RSB IMO RSB IMO RSB IMO RSB 1. 3,565 P 1,494 F 3,413 P 1,609 F 3,457 P 1,329 F 3,372 P 1,598 F 2. 5,513 P 2,468 F 5,410 P 2,755 F 5,485 P 2,391 F 5,320 P 2,787 F 3. 1,948 P 0,975 F 1,997 P 1,146 F 2,028 P 1,061 F 1,948 P 1,189 F 4. 0,223 P 0,214 P 0,247 P 0,217 P 0,252 P 0,220 P 0,242 P 0,229 P 5. 54,00 P 73,00 P 59,00 P 65,00 P 59,00 P 66,00 P 59,00 P 65,00 P 6. 0,726 P 0,241 P 0,544 P 0,214 P 0,551 P 0,157 P 0,555 P 0,205 P Tabel 7 Kecepatan Kapal Fiberglass Modifikasi (Standar IMO dan Bentuk RSB) Kondisi Muatan Kapal Kosong Berangkat Beroperasi Pulang Standar IMO Bentuk RSB Resist. (kn) Speed (Kts) Resist. (kn) Speed (Kts) 0,91 0,95 0,95 0,93 16,07 14,57 14,57 14,65 0,82 0,94 0,96 0,94 17,07 15,66 14,88 15,01 KESIMPULAN 1) Konversi material kapal dari kayu ke fiberglass akan menghasilkan stabilitas dan kecepatan yang berbeda antara kapal kayu dengan kapal fiberglass walaupun keduanya memiliki rasio dimensi utama maupun koefisien bentuk yang sepadan. 2) Stabilitas kapal kayu dan kapal fiberglass pada semua kondisi distribusi muatan, menunjukkan adanya ketidaklayakan yang diindikasikan oleh nilai masing-masing kriteria berada di bawah standar yang ditetapkan IMO. 3) Kapal yang dimodifikasi dengan bentuk sesuai standar IMO menghasilkan stabilitas yang tinggi dan sebaliknya dapat mengurangi kecepatan kapal akibat besarnya tahanan bentuk lambung yang berada dalam air. Pada kondisi kapal berangkat dan pulang, kecepatan kapal hanya berada pada level 14,57 dan 14,65 Kts. 4) Bentuk RSB mempunyai peran ganda dimana bentuk round berperan positif terhadap stabilitas dan bentuk sharp berperan positif terhadap kecepatan dan olah gerak kapal. Dengan demikian bentuk raund sharp bottom merupakan bentuk badan kapal yang ideal untuk kapal pancing tonda menjadi stabil, irit, cepat dan kuat (Sitepat). DAFTAR PUSTAKA Bhattacharyya, R. 1978. Dynamics of Marine Vehicles. John Wiley & Son, Inc. Chicester, Brisbane, Toronto. 498 p. [BPS] Biro Pusat Statistik Sulawesi Tenggara. 2008. Sulawesi Tenggara Dalam Angka. BPS Sultra. Kendari. 470 hal.

80 BULETIN PSP 20 (1), Maret 2012 Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. Fishing News (Books) Ltd. Farm. Surrey. England. 320 p. [IMO] International Maritime Organization. 1995. Code of Intact Stability for All Types of Ships Covered by IMO Instrument. IMO, London. 41 p. Iskandar dan Pujiati, 1995. Keragaan Teknis Kapal Perikanan di Beberapa Wilayah Indonesia. (Tidak dipublikasikan).