BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

dokumen-dokumen yang mirip
sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, traffic accident, maupun

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, walaupun dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disertai perbaikan sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup ternyata

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang. semaksimal mungkin. Dalam wawasan yang lebih luas, anak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertanyaan yang Sering Diajukan (PSD) tentang Suplementasi Vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan. berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial dan

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. 500/ penduduk dengan angka kematian antara 0,6 5 %.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. seluruh dunia, yaitu sebesar 124 juta kasus kematian anak terjadi akibat pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

BAB I PENDAHULUAN. daya kesehatan dimasa depan. Salah satu pokok program pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. ini sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Secara tradisional, demm diartikan

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan kelompok dalam masyarakat yang paling rentan terserang penyakit. Hal ini karena mereka belum mempunyai cukup perlindungan (imunitas atau kekebalan tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis penyakit infeksius. Penyakit infeksius tersebut antara lain, infeksi saluran napas, dan diare. Penyakit infeksi saluran napas merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Menurut Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2013), kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2008 memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh Dunia mencapai 16 33 juta dengan 500 600 ribu kematian tiap tahunnya. Di hampir semua daerah endemik seperti Indonesia, insidensi demam banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa 1

2 kekebalan tubuh anak belum terbentuk secara sempurna (Setyowati, 2013). Data dari Survei Kesehatan Nasional tahun 2011 tentang angka kesakitan bayi dan balita menunjukkan bahwa 45,2% bayi berumur 1 tahun, dan 54,8% balita umur 1-4 tahun. Diantara umur 0-4 tahun ditemukan prevalensi demam sebesar 33,4%, batuk 28,7%, nafas cepat 26,5% dan diare 11,4% (Khosire, 2009). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa presentase paling tinggi adalah panas (demam). Demam yang dimaksud disini merupakan suatu tanda dan gejala penyakit infeksi yang dialami oleh anak. Panas tinggi atau demam umumnya dapat terjadi pada semua tingkatan umur manusia, mulai dari bayi hingga orang lanjut usia sekalipun. Hal ini tak lepas dari berbagai kemungkinan masuknya mikroorganisme patogen kedalam tubuh. Namun, demam pada bayi dan anak balita merupakan salah satu kasus yang tak dapat diabaikan begitu saja. Perlakuan dan penanganan yang salah, lambat, dan tidak tepat akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita, bahkan dapat membahayakan keselamatan jiwanya. Hal tersebut dapat terjadi karena demam dapat menyebabkan dehidrasi, penurunan kesadaran bahkan kejang. Oleh karena itu, pengetahuan yang lengkap berkaitan

3 dengan demam pada balita wajib dikuasai dengan baik oleh para ibu agar tidak salah dalam menangani anak yang sedang demam. Sehingga, bukan kepanikan yang muncul ketika anak mengalami demam, melainkan sikap yang tepat dan tindakan atau pertolongan pertama yang segera dilakukan untuk mencegah akibat yang lebih buruk (Widjaja, 2001). Disamping itu, kejadian demam pada anak sering menimbulkan phobia tersendiri bagi banyak ibu. Keyakinan untuk segera menurunkan panas ketika anak demam sudah melekat erat dalam benak ibu. Demam diidentikkan dengan penyakit karena kurangnya pengetahuan ibu, sehingga saat demam berhasil diturunkan, ibu merasa lega karena menganggap penyakit akan segera pergi bersama turunnya panas tubuh. Selain demam yang penting diperhatikan pada gejala yang timbul, keinginan untuk menenangkan kegelisahan ibu inilah yang terkadang memaksa dokter memberikan obat penurun panas walaupun sebenarnya mungkin tidak terutama diperlukan pada kasus tertentu misalnya demam yang diakibatkan oleh pertumbuhan gigi baru pada anak (Harjaningrum, 2004). Terdapat terapi non farmakologi yang dapat dilakukan oleh para ibu, misalnya dengan memberikan air mineral yang cukup yaitu 1,4 liter per hari atau 6 gelas agar anak terhindar dari

4 dehidrasi atau melakukan kompres hangat untuk menurunkan demam anak (Harjaningrum, 2004). Menurut Suwardana, dkk (1998) mengatakan bahwa kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi (penguapan). Air hangat juga bisa membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar yang selanjutnya membuat pori-pori terbuka. Itu berarti memudahkan pengeluaran panas dari tubuh. Menurut Hartanto (2003), bahwa kompres dingin tidak efektif untuk menurunkan suhu tubuh anak demam, dan bisa menyebabkan anak menggigil karena terjadi vasokontriksi atau penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, panas yang seharusnya dialirkan oleh darah ke kulit agar keluar tubuh, menjadi terhalang dan tubuh pun akan bertambah panas. Dari penjelasan di atas, menunjukan bahwa karakteristik seorang ibu merupakan salah satu bagian yang dapat menunjang pencegahan demam pada anak. Ibu adalah bagian terpenting dari penyelenggaraan rumah tangga yang dengan kelembutan, kehalusannya dan waktunya yang banyak dihabiskan untuk merawat dan mengasuh anak secara terampil agar anak tumbuh dengan sehat. Begitu juga ketika anak mengalami demam, ibu harus mempunyai sikap yang tepat untuk menghadapinya. Sikap yang tepat yang dimaksud merupakan suatu pengetahuan yang tepat disertai kesediaan

5 kecenderungan bertindak yang tepat pula. Sikap seorang ibu dalam menghadapi demam akan sangat mempengaruhi apakah demam akan menurun atau meningkat. Ibu yang mengetahui demam dan memiliki sikap yang tepat dalam memberikan perawatan, dapat mencegah dampak negatif demam yang tidak diatasi dengan benar (Harjaningrum, 2004). Pengetahuan ibu diperlukan agar tindakan yang diberikan tidak salah yaitu ibu menentukan tindakan pada saat anak demam dan menurunkan suhu tubuh anak, serta kapan ibu harus membawa anak ke petugas kesehatan. Seorang ibu dalam menangani demam sangat dipengaruhi oleh budaya dan perilaku lingkungan sekitar ibu berada. Perilaku ibu terhadap anak juga berbeda sesuai dengan perkembangan anak, harapan orang tua, pengawasan dan praktik pengasuhan anak (Wong, 2004). Kurangnya informasi dan pengetahuan dapat membuat tindakan ibu menjadi salah. Kesalahan yang sering terjadi di lingkungan kita seperti anak demam justru diselimuti dengan selimut tebal. Tingginya suhu tubuh juga tidak bisa dijadikan indikasi bahwa penyakit yang diderita anak merupakan penyakit yang parah, sebab pada saat itu tubuh sedang berusaha melakukan perlawanan terhadap penyakit akibat infeksi. Dengan demikian demam dapat turun dengan

6 sendirinya dalam waktu 1-2 hari, sehingga tidak selalu membutuhkan pengobatan (Ismoedijanto, 2002). Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan 5 orang ibu di TK Purwanida I Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti Salatiga, semua partisipan atau ibu mengatakan bahwa anak mereka pernah mengalami demam. Dalam satu tahun terakhir, rata-rata demam yang dialami oleh anak adalah 3-4 kali. Menurut pendapat para ibu, demam yang dialami oleh anak mereka disebabkan oleh sakit flu dan batuk. Dua dari tiga orang partisipan juga mengatakan bahwa mereka belum terlalu mengerti bagaimana cara menangani anak demam. Melihat dari tumbuh kembang anak secara fisik, dan bahaya-bahaya yang timbul pada anak ketika demam, maka banyak pertanyaan yang timbul mengenai penanganan demam pada anak selama ini. Apakah penanganan yang dilakukan oleh ibu sudah tepat dan apakah pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu sudah cukup mengenai penanganan demam pada anak. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ketepatan penanganan demam yang diberikan oleh ibu pada saat anak demam.

7 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam permasalahan ini adalah bagaimana penanganan yang sudah diberikan oleh ibu selama ini ketika anaknya mengalami demam? Apakan tindakan yang diberikan sudah tepat atau belum? Ruang lingkup ilmu yang digunakan dalam penelitian ini adalah ilmu keperawatan anak khususnya mengenai penanganan demam pada anak. 1.3 Signifikansi dan Keunikan Penelitian Melihat dari cara ibu melakukan penanganan terhadap demam, maka dalam penelitian ini akan meneliti apakah penanganan demam yang diberikan oleh para ibu sudah tepat. Sebelumnya telah ada penelitian yang meneliti tentang Gambaran Pengetahuan Masyarakat dalam Swamedikasi Demam di RT. II Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas, oleh Huda (2014). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel yaitu 70 orang. Hasil penelitian diperoleh bahwa berdasarkan karakteristik umur, semakin tinggi tingkat umur maka pengetahuan masyarakat tersebut mengenai swamedikasi demam semakin baik pula. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, bahwa perempuan lebih mengetahui mengenai swamedikasi demam dibandingkan laki-laki. Berdasarkan karakteristik pendidikan,

8 semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula pengetahuan masyarakat dalam swamedikasi demam tersebut. Berdasarkan karakteristik pekerjaan, masyarakat yang bekerja dan memiliki tingkat pekerjaan yang tinggi maka pengetahuan mengenai swamedikasi demam juga semakin baik. Sedangkan, penelitian kali ini akan berbeda dari penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih fokus terhadap orang yang paling dekat dengan penderita demam yaitu ibu dari si anak. Ibu merupakan anggota keluarga pertama yang paling khawatir jika anaknya sakit. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian seperti apa penanganan yang diberikan oleh ibu untuk anaknya. 1.4 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui ketepatan ibu menangani demam pada anak dan mendeskripsikan penangan demam yang dilakukan oleh ibu untuk menangani demam pada anak di TK Purwanida I Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penanganan demam yang tepat pada anak.

9 a. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Ilmu Keperawatan serta acuan untuk mengembangkan wawasan pengetahuan dan sebagai tambahan referensi kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut dibidang keperawatan kesehatan anak misalnya seperti ilmu Pediatric. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji permasalahan dalam penelitian tentang ketepatan penanganan yang diberikan oleh ibu saat anak demam. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Orang tua (partisipan) atau masyarakat Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kesehatan kaitannya dengan ketepatan penanganan pertama saat menghadapi anak demam. b. Instansi Kesehatan atau Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kegiatan penyuluhanpenyuluhan atau pemberian pendidikan kesehatan tentang penanganan demam pada anak balita.