BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Nilai kerapatan papan semen pada berbagai perlakuan Anak petak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL

Lampiran 1. Analisis statistika hubungan antara komposisi dengan kerapatan. a. Tabel anova hubungan antara komposisi dengan nilai kerapatan.

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB)

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian di laksanakan bulan September - November Penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Pembuatan Oriented Strand Board (OSB) Persiapan Bahan 3.3.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Febriana Tri Wulandari Prodi Kehutanan Faperta Unram

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

BAB III METODE PENELITIAN

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

Departemen Hasil HutanFakultas Kehutanan,Institut Pertanian Bogor, IPB Kampus Dramaga, Bogor 16001, Jawa Barat, Indonesia.

3 PENGARUH JENIS KAYU DAN KADAR PEREKAT TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN DAN WAKTU KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN BAMBU PETUNG BERLAPIS MUKA PARTIKEL FESES SAPI

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

METODOLOGI. Kehutanan dan pengujian sifat mekanis dilaksanakan di UPT Biomaterial

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan. Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

TINJAUAN PUSTAKA. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

PEMBUATAN PRODUK BAMBU KOMPOSIT. 1. Dr. Ir. IM Sulastiningsih, M.Sc 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si 3. Dr. Krisdianto, S.Hut., M.

SIFAT MEKANIK PAPAN GYPSUM DARI SERBUK LIMBAH KAYU NON KOMERSIAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Medan (Penulis Korespondensi : 2 Staf Pengajar Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Kematian Tanaman

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN ALANG-ALANG (Imperata cylindrica (L.) Beauv.) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK KOMPOSIT RINEKA DEWI

PEMANFAATAN LIMBAH PENGOLAHAN KAYU JATI SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL NON PEREKAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang sawit berbentuk silinder dengan

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial

KUALITAS PAPAN PARTIKEL TANDAN KOSONG SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGGUNAKAN PEREKAT LIKUIDA DENGAN PENAMBAHAN RESORSINOL YULIANI

M. I. Iskandar & Achmad Supriadi

(Penulis Korespondensi: 2 Dosen Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

PENGARUH JENIS ANYAMAN DAN PEREKAT TERHADAP KUALITAS BAMBU LAPIS DARI BAMBU ANDONG (Gigantochloa pseudoarundinaceae (Steudel)Widjaja))

TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya(suharto, 2011). Berdasarkan wujudnya limbah di kelompokkan

PENGARUH PROPORSI LAPISAN DAN BAHAN BAKU TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL LAPIS TANPA PEREKAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

Papan Komposit Termoset Serat Sabut Kelapa- Composite Board Thermoset Fiber Coconut Fiber

III. METODOLOGI PENELITIAN

Anwar Kasim, Yumarni dan Ahmad Fuadi. Abstract. Key words: Elaeis guineensis Jacq., trunk, Uncaria gambir Roxb., adhesive, particleboard.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Klasifikasi papan partikel menurut FAO (1958) dan USDA (1955)

SIFAT FISIS MEKANIS BAMBU LAPIS SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK INTERIOR

Transkripsi:

17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Komposit Anyaman Pandan 4.1.1 Kerapatan Sifat papan yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh kerapatan. Dari pengujian didapat nilai kerapatan papan berkisar antara 0,37 0,62 g/cm 3. Nilai kerapatan papan hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 8. Kerapatan (gr/cm³) 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0.41 0.49 0.40 0.60 0.37 0.50 0.38 0.59 0.38 0.62 Jenis Perekat dan Berat Labur Gambar 8 Histogram kerapatan papan. Nilai kerapatan terendah sebesar 0,37 g/cm 3 terdapat pada perlakuan perekat polivinil asetat dan berat labur 130 g/m 2, sedangkan nilai kerapatan tertinggi sebesar 0,62 g/cm 3 terdapat pada perlakuan perekat epoxy dan berat labur 150 g/m 2. Nilai rata-rata kerapatan seluruh papan komposit anyaman pandan hasil penelitian adalah 0,47 g/cm 3. Pengaruh pelaburan perekat dan penyebarannya secara merata sangat berpengaruh pada nilai kerapatan. Selain itu, kerapatan bahan baku dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pengempaan juga akan mempengaruhi kerapatan papan. Pengaruh jenis perekat dan berat labur terhadap kerapatan papan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

18 Tabel 2 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kerapatan papan Sumber Keragaman Db JK KT F hitung P Jenis Perekat 1 0.2271 0.2271 224.08 0.0001 ** Berat Labur 4 0.0193 0.0048 4.76 0.0073 ** Jenis Perekat^Berat Labur 4 0.0278 0.0070 6.87 0.0012 ** Galat 20 0.0203 0.0010 Total 29 0.2945 Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata ; ** = sangat nyata Hasil sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan jenis perekat, berat labur dan interaksi antara kedua perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kerapatan papan. Tabel 3 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap kerapatan papan Jenis perekat Rata-rata Berat Labur Rata-rata Interaksi Rata-rata (g/m²) PVAc 0,38667 b 110 0,45167 bc PVAc 110 0,41333 c 120 0,49833 a PVAc 120 0,39667 c 130 0,43667 c PVAc 130 0,37000 c 140 0,48167 ab PVAc 140 0,37667 c 150 0,50000 a PVAc 150 0,37667 c Epoxy 0,56067 a Epoxy 110 0,49000 b Epoxy 120 Epoxy 130 Epoxy 140 Epoxy 150 0,60000 a 0,50333 b 0,58667 a 0,62333 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf 0,05 Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perekat polivinil asetat sangat berbeda nyata dengan perekat epoxy, yaitu perekat epoxy lebih baik dibanding perekat polivinil asetat. Uji lanjut tersebut juga menunjukkan bahwa berat labur yang optimal adalah 150 g/m² dan interaksi jenis perekat dan berat labur yang paling baik adalah perekat epoxy dengan berat labur 150 g/m². Nilai kerapatan panil pandan yang menggunakan perekat epoxy memiliki nilai kerapatan yang lebih tinggi dibanding dengan perekat polivinil asetat. Hal ini diduga karena kerapatan perekat epoxy lebih tinggi dibanding dengan kerapatan perekat polivinil asetat sehingga kerapatan panil pandan yang menggunakan

19 perekat epoxy lebih tinggi. Belum ada batasan tentang besarnya kerapatan untuk menentukan kualitas panil pandan yang berkualitas baik. 4.1.2 Kadar Air Hasil pengujian kadar air papan berkisar antara 12,11 18,36%, seperti yang terdapat pada Gambar 9. Kadar Air (%) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 18.09 18.02 17.78 18.36 16.01 13.84 13.32 13.21 12.91 12.11 Jenis Perekat dan Berat Labur Gambar 9 Histogram kadar air papan. Nilai kadar air tertinggi terdapat pada papan perlakuan perekat polivinil asetat dan berat labur 150 g/m 2 dengan nilai kadar air sebesar 18,36%, sedangkan nilai kadar air terendah terdapat pada papan perlakuan perekat epoxy dan berat labur 150 g/m 2 dengan nilai kadar air sebesar 12,11%. Nilai rata-rata kadar air seluruh papan komposit anyaman pandan hasil penelitian adalah sebesar 15,37%. Pengaruh perlakuan jenis perekat dan berat labur terhadap kadar air dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman dengan uji F. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar air papan Sumber Keragaman DF JK KT F hitung P Jenis Perekat 1 156.8653 156.8653 120.29 0.0001 ** Berat Labur 4 7.8178 1.9544 1.50 0.2403 tn Jenis Perekat^Berat Labur 4 7.6670 1.9168 1.47 0.2486 tn Galat 20 26.0806 1.3040 Total 29 98.4308 Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata ; ** = sangat nyata

20 Hasil sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan jenis perekat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar air papan, sedangkan perlakuan berat labur dan interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis perekat terhadap kadar air terdapat pada Tabel 5, sedangkan pengaruh berat labur dan interaksi kedua perlakuan tidak dilakukan uji lanjut karena tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air. Tabel 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap kadar air papan Jenis Perekat PVAc Epoxy Rata-rata 17,6520 a 13,0787 b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf 0,05 Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perekat polivinil asetat sangat berbeda nyata dan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perekat epoxy. Nilai kadar air papan menggunakan perekat polivinil asetat lebih besar dibandingkan dengan perekat epoxy, disebabkan oleh sifat perekat polivinil asetat yang lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan perekat epoxy. Penelitian Kristiyanti (2004) menghasilkan kadar air tertinggi yang mencapai 14,63% dengan menggunakan perekat polivinil asetat. Lebih lanjut Kristiyanti (2004) menyatakan bahwa faktor kekentalan perekat yang menyulitkan dalam proses pendistribusiannya menyebabkan ada sebagian permukaan venir yang miskin perekat dan mengakibatkan kekuatan adhesi yang terbentuk antara perekat dengan permukaan panil melemah dan menimbulkan rongga-rongga kosong yang memungkinkan air untuk menyerap ke dalam. Perlakuan berat labur dan interaksi antara jenis perekat dan berat labur tidak dilakukan uji lanjut karena tidak memberikan pengaruh yang nyata.

21 4.1.3 Pengembangan dan Penyusutan Tebal 4.1.3.1 Pengembangan Tebal Nilai pengembangan tebal berkisar antara 49,94 91,07%, terlihat pada Gambar 10 berikut : Pengembangan Tebal (%) 100 80 60 40 20 0 91.07 84.22 80.32 86.92 75.84 58.62 54.17 60.94 50.61 49.94 Jenis Perekat dan Berat Labur Gambar 10 Histogram pengembangan tebal papan. Nilai pengembangan tebal tertinggi terdapat pada papan perlakuan perekat polivinil asetat dan berat labur 110 g/m 2 dengan nilai sebesar 91,07% sedangkan nilai pengembangan tebal terendah terdapat pada perlakuan perekat epoxy dengan berat labur 150 g/m 2 dengan nilai pengembangan tebal sebesar 49,94%. Nilai ratarata pengembangan tebal seluruh papan komposit anyaman pandan hasil penelitian adalah sebesar 69,27%. Pengembangan tebal papan yang dihasilkan sebagian besar lebih dari 50%. Nilai pengembangan tebal ini diduga disebabkan oleh sifat pandan yang mudah menyerap air. Pengaruh perlakuan jenis perekat dan berat labur terhadap pengembangan tebal papan diketahui dengan melakukan analisis keragaman. Hasil analisis keragaman disajikan pada Tabel 6 berikut :

22 Tabel 6 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pengembangan tebal papan Sumber Keragaman DF JK KT F hitung P Jenis Perekat 1 6229.1548 6229.1548 64.07 0.0001 ** Berat Labur 4 442.9485 110.7371 1.14 0.3667 tn Jenis Perekat*Berat Labur 4 252.3550 63.0888 0.65 0.6342 tn Galat 20 1944.4007 97.2200 Total 29 8868.8590 Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata ; ** = sangat nyata Hasil sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan jenis perekat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pengembangan tebal papan, dan perlakuan berat labur serta interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji Duncan pengaruh jenis perekat terhadap pengembangan tebal terdapat dalam Tabel 7. Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap pengembangan tebal papan Jenis Perekat PVAc Epoxy Rata-rata 83,675 a 54,855 b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf 0,05 Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa pengembangan tebal pada papan yang direkat dengan perekat polivinil asetat lebih tinggi dibandingkan dengan perekat epoxy. Hal ini diduga karena perekat epoxy mempunyai kekuatan rekat yang tinggi dibandingkan dengan perekat polivinil asetat sehingga dapat menahan pengembangan tebal yang dialami oleh panil pandan. Faktor lainnya diduga karena faktor pelaburan perekat, dimana pelaburan yang kurang merata akan menyebabkan sebagian permukaan anyaman pandan miskin akan perekat sehingga menimbulkan rongga-rongga kosong yang menyebabkan air mudah masuk ke dalam dinding sel. Pengaruh berat labur dan interaksi jenis perekat dengan berat labur tidak dilakukan uji lanjut karena tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pengembangan tebal.

23 Nilai pengembangan tebal yang tinggi akan menghasilkan stabilitas dimensi produk yang rendah sehingga tidak cocok untuk eksterior karena sifat mekanisnya akan menurun dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Nilai pengembangan tebal panil pandan yang dihasilkan dari penelitian ini cukup besar, namun untuk penggunaannya dapat dimodifikasi dengan pemberian cat atau vernis yang dapat mengurangi peluang masuknya air kedalam produk. 4.1.3.2 Penyusutan Tebal Hasil uji penyusutan tebal papan hasil penelitian berkisar antara 2,24 15,11%, seperti terdapat pada Gambar 11 berikut : Penyusutan Tebal (%) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 4.19 4.79 2.24 12.75 4.78 3.15 7.27 9.34 7.54 15.11 Jenis Perekat dan Berat Labur Gambar 11 Histogram penyusutan tebal papan. Nilai penyusutan tebal tertinggi terdapat pada papan perlakuan perekat epoxy dan berat labur 150 g/m 2 dengan nilai penyusutan tebal sebesar 15,11%, sedangkan nilai penyusutan tebal terendah terdapat pada perlakuan perekat polivinil asetat dan berat labur 120 g/m 2 dengan nilai penyusutan tebal sebesar 2,24%. Nilai rata-rata penyusutan tebal seluruh papan komposit anyaman pandan hasil penelitian adalah sebesar 7,12%. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan jenis perekat dan berat labur terhadap penyusutan tebal papan, dilakukan analisis keragaman uji F. Hasil analisis keragaman disajikan dalam Tabel 8.

24 Tabel 8 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap penyusutan tebal papan Sumber Keragaman DF JK KT F hitung P Jenis Perekat 1 109.7871 109.7871 3.90 0.0622 tn Berat Labur 4 216.5570 54.1392 1.92 0.1458 tn Jenis Perekat^Berat Labur 4 153.2904 38.3226 1.36 0.2825 tn Galat 20 562.8957 28.1448 Total 29 1042.5302 Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata ; ** = sangat nyata Hasil dari sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan jenis perekat, berat labur, dan interaksi antar dua perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap penyusutan tebal papan, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut. Umumnya besar nilai penyusutan tebal pada jenis perekat epoxy lebih besar dibandingkan perekat polivinil asetat. Nilai ini berbeda dengan hasil penelitian Hidayat (2004) yang menyatakan bahwa perlakuan perekat polivinil asetat dengan berat labur 200 g/m² dan persentase borax 5% memberikan nilai penyusutan tebal yang besar dibandingkan dengan perekat urea formaldehid. Penyusutan tebal pada perlakuan perekat polivinil asetat selain dipengaruhi oleh sifat pandan yang mudah menyerap air dan tidak bisa menyusut sempurna, juga dipengaruhi oleh sifat perekat itu sendiri yang memiliki kekuatan rekat yang rendah dan sangat sensitif terhadap air. 4.2 Sifat Mekanis Papan Komposit Anyaman Pandan 4.2.1 Modulus Elastisitas (MOE) Nilai modulus elastisitas papan berkisar antara 6485,72 20078,63 kg/cm 2 yang dapat dilihat pada Gambar 12 berikut :

25 MOE (Kg/cm²) 25000 20000 15000 10000 11921.27 8274.14 7928.99 20078.63 6485.72 9733.69 9062.68 7485.43 10429.48 15125.16 5000 0 Jenis Perekat dan Berat Labur Gambar 12 Histogram modulus elastisitas (MOE) papan. Nilai modulus elastisitas (MOE) tertinggi terdapat pada perlakuan perekat epoxy dan berat labur 120 g/m 2 dengan nilai modulus elastisitas sebesar 20.078,63 kg/cm 2, sedangkan nilai modulus elastisitas (MOE) terendah terdapat pada perlakuan perekat polivinil asetat dan berat labur 130 g/m 2 dengan nilai modulus elastisitas sebesar 6.485,72 kg/cm 2. Nilai rata-rata modulus elastisitas seluruh papan komposit anyaman pandan hasil penelitian adalah sebesar 10.652,52 kg/cm 2. Pengaruh perlakuan jenis perekat dan berat labur terhadap modulus elastisitas (MOE) dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman uji F. Hasil analisis keragaman terdapat pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap modulus elastisitas (MOE) papan Sumber Keragaman DF JK KT F hitung P Jenis Perekat 1 66325256.1630 66325256.1630 9.81 0.0052 ** Berat Labur 4 169060294.1613 42265073.5403 6.25 0.0020 ** Jenis Perekat^Berat Labur 4 227677570.5918 56919392.6479 8.42 0.0004 ** Galat 20 135200493.9937 6760024.6997 Total 29 598263614.9098 Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata ; ** = sangat nyata

26 Hasil sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan jenis perekat, berat labur dan interaksi antara kedua perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai modulus elastisitas. Tabel 10 Hasil uji lanjut Duncan modulus elastisitas (MOE) papan Jenis Perekat Rata-rata Berat Labur Rata-rata Interaksi Rata-rata PVAc 9165,6 b 110 10098 bc PVAc 110 11921 bc 120 14004 a PVAc 120 7929 cd 130 8110 c PVAc 130 6486 d 140 8274 c PVAc 140 9063 cd 150 12777 ab PVAc 150 10429 cd Epoxy 12139,4 a Epoxy 110 8274 cd Epoxy 120 Epoxy 130 Epoxy 140 Epoxy 150 20079 a 9734 cd 7485 cd 15125 b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf 0,05 Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perekat polivinil asetat lebih baik dari perekat epoxy. Selain itu, berat labur 120 g/m 2 lebih optimal dibanding dengan berat labur yang lain. Interaksi perlakuan perekat epoxy dengan berat labur 120 g/m 2 lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Nilai MOE menunjukkan kemampuan papan untuk menahan beban dalam batas proporsi (sebelum patah), jika nilai MOE tinggi maka papan komposit akan semakin tahan terhadap perubahan bentuk. 4.2.2 Modulus Patah (MOR) Nilai modulus patah papan yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 43,51 133,82 kg/cm 2 seperti yang tersaji pada Gambar 13.

27 MOR (Kg/cm²) 140 120 100 80 60 40 20 0 130.59 130.38 133.82 46.37 49.19 53.90 68.02 43.51 46.21 48.24 Jenis Perekat dan Berat Labur Gambar 13 Histogram modulus patah (MOR) papan. Nilai modulus patah tertinggi terdapat pada perlakuan perekat epoxy dan berat labur 150 g/m 2 dengan nilai modulus patah sebesar 133,82 kg/cm 2, sedangkan nilai rata-rata modulus patah terendah terdapat pada perlakuan perekat polivinil asetat dan berat labur 130 g/m 2 dengan nilai modulus patah sebesar 43,51 kg/cm 2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan jenis perekat dan berat labur terhadap modulus patah (MOR) dilakukan analisis keragaman uji F. Hasil analisis keragaman modulus patah (MOR) papan disajikan dalam Tabel 11 berikut : Tabel 11 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap modulus patah (MOR) papan Sumber Keragaman DF JK KT F hitung P Jenis Perekat 1 22481.7188 22481.7188 266.52 0.0001 ** Berat Labur 4 11052.8034 2763.2008 32.76 0.0001 ** Jenis Perekat^Berat Labur 4 8861.5053 2215.3763 26.26 0.0001 ** Galat 20 1687.0827 84.3541 Total 29 44083.1102 Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata ; ** = sangat nyata Hasil sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan jenis perekat, berat labur, dan interaksi antara kedua perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai modulus patah.

28 Tabel 12 Hasil uji lanjut Duncan modulus patah (MOR) papan Jenis Perekat Rata-rata Berat Labur Rata-rata Interaksi Rata-rata PVAc 47,647 b 110 47,782 b PVAc 110 46,373 c 120 92,247 a PVAc 120 53,907 bc 130 55,760 b PVAc 130 43,503 c 140 88,293 a PVAc 140 46,210 c 150 91,030 a PVAc 150 48,243 c Epoxy 102,397 a Epoxy 110 49,190 c Epoxy 120 Epoxy 130 Epoxy 140 Epoxy 150 130,587 a 68,017 b 130,377 a 133,817 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf 0,05 Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perekat polivinil asetat sangat berbeda nyata dengan perekat epoxy. Uji lanjut Duncan juga menunjukkan bahwa berat labur 120 g/m² lebih optimal dibandingkan dengan berat labur yang lain. Interaksi perlakuan perekat epoxy dengan berat labur 150 g/m² memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa perekat epoxy lebih baik dibandingkan perekat polivinil asetat, sedangkan berat labur yang optimum adalah 120 g/m 2. Kandungan resin yang semakin banyak dan penyebaran yang semakin merata akan semakin meningkatkan kekuatan papannya (Haygreen & Bowyer 1989). 4.2.3 Keteguhan Rekat Internal (Internal Bond) Keteguhan rekat internal menggambarkan kekuatan daya rekat perekat terhadap bahan yang direkatnya. Bila ikatan perekat mudah lepas, maka anyaman panil pandan mudah lepas. Nilai keteguhan rekat internal panil pandan diketahui dengan melakukan uji keteguhan rekat internal yang mengacu pada SNI 01-5008.2-2000. Berdasarkan jenis perekat yang digunakan, pengujian keteguhan rekat dilakukan dalam kondisi kering dimana perekat PVAc termasuk perekat tipe interior II, sedangkan pengujian perekat epoxy tidak dipersyaratkan dalam kondisi tertentu sehingga pengujian dilakukan dalam kondisi kering tanpa perlakuan pendahuluan.

29 Nilai keteguhan rekat internal papan hasil penelitian berkisar antara 1,97 6,82 kg/cm 2 (seperti yang terlihat pada Gambar 14). Internal Bond (Kg/cm²) 7 6 5 4 3 2 1 0 3.61 2.63 3.41 5.43 1.97 4.26 3.06 6.82 2.17 5.69 Jenis Perekat dan Berat Labur Gambar 14 Histogram keteguhan rekat internal papan. Nilai keteguhan rekat internal tertinggi pada papan perlakuan perekat epoxy dan berat labur 140 g/m 2 dengan nilai keteguhan rekat internal sebesar 6,82 kg/cm 2, sedangkan nilai keteguhan rekat internal terendah terdapat pada papan perlakuan perekat polivinil asetat dan berat labur 130 g/m 2 dengan nilai keteguhan rekat internal sebesar 1,97 kg/cm 2. Rata-rata nilai keteguhan rekat internal seluruh papan komposit anyaman pandan hasil penelitian adalah 3,90 kg/cm 2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan jenis perekat dan berat labur, dilakukan analisis keragaman dengan uji F yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap keteguhan rekat internal papan Sumber DF JK KT F hitung P Jenis Perekat 1 33.7292 33.7292 48.85 0.0001 ** Berat Labur 4 15.4900 3.8725 5.61 0.0034 ** Jenis Perekat*Berat Labur 4 21.3970 5.3493 7.75 0.0006 ** Galat 20 13.8105 0.6905 Total 29 84.4268 Keterangan : tn = tidak nyata; * = nyata ; ** = sangat nyata

30 Hasil sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan jenis perekat, berat labur, dan interaksi antara kedua perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata. Tabel 14 Hasil uji Duncan keteguhan rekat internal papan Jenis Perekat Rata-rata Berat Labur Rata-rata Interaksi Rata-rata PVAc 2,8427 b 110 3,1183 b PVAc 110 3,6067 cd 120 4,4200 a PVAc 120 3,4100 cde 130 4,1117 b PVAc 130 1,9700 e 140 4,9383 a PVAc 140 3,0600 cde 150 3,9267 ab PVAc 150 2,1667 de Epoxy 4,9633 a Epoxy 110 2,6300 de Epoxy 120 Epoxy 130 Epoxy 140 Epoxy 150 5,4300 ab 4,2533 bc 6,8167 a 5,6867 ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf 0,05 Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perekat epoxy lebih baik dibandingkan perekat polivinil asetat, sedangkan berat labur yang optimal adalah 140 g/m². Interaksi perekat epoxy dengan berat labur 140 g/m² menghasilkan nilai yang lebih besar dibanding interaksi yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antara perekat epoxy dengan berat labur 140 g/m 2 adalah yang paling baik. Nilai keteguhan rekat internal hasil penelitian belum memenuhi nilai keteguhan rekat internal yang disyaratkan dalam SNI 01-5008.2-2000 yaitu minimal 7 kg/cm 2. Nilai keteguhan rekat internal yang dihasilkan lebih kecil dari 7 kg/cm 2. Hal ini diduga disebabkan oleh permukaan lembaran yang tidak rata, sehingga pelaburan perekatnya kurang merata. Selain itu, contoh uji yang dibuat tidak berdasarkan SNI 01-5008.2-2002, yang mensyaratkan bahwa kayu lapis yang venirnya lebih dari tiga lapis, contoh uji di buat tiga lapis dulu dengan ketentuan setiap garis rekat harus terwakili. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada SNI 01-5008.2-2002 untuk kayu lapis yang venirnya tiga lapis, karena lapisan panilnya tidak terlihat jelas sehingga sulit untuk di identifikasi. Hal ini di duga mempengaruhi nilai keteguhan rekat yang dihasilkan.

31 4.3 Analisis Ekonomi Ketersediaan bahan baku yang cukup banyak, memungkinkan bagi panil pandan untuk dikembangkan dalam usaha kecil menengah. Jika dibandingkan dengan pembuatan kayu lapis, pembuatan panil pandan dapat menggunakan teknologi sederhana yang dapat dikembangkan oleh masyarakat dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Dalam pembuatan kayu lapis, dibutuhkan alat kempa panas yang cukup sulit untuk diusahakan oleh masyarakat. Selain itu, penggunaan kempa panas juga membutuhkan energi listrik yang tidak sedikit, yang berarti membutuhkan biaya yang besar, sedangkan pembuatan panil pandan dapat menggunakan kempa dingin atau dapat menggunakan klem yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat sehingga tidak memerlukan energi listrik dan biaya yang besar. Di sisi lain, penggunaan perekat epoxy dan PVAc tidak memerlukan kempa panas dan bisa didapatkan dengan mudah oleh masyarakat. Isu kembali ke alam dan ramah lingkungan menjadi prospek yang cerah untuk pengembangan produk, karena semakin banyak masyarakat yang tertarik menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan. Jika dibandingkan, penggunaan kayu lapis selalu berbenturan dengan isu tingginya emisi formaldehid yang dihasilkan dari penggunaan perekat urea formaldehid, sedangkan produk panil pandan menggunakan daun pandan yang mudah didaur ulang dan perekat yang rendah emisi sehingga lebih ramah terhadap lingkungan.