BAB I PENDAHULUAN. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KHA definisi anak secara umum adalah manusia yang umurnya belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

Pencatatan Nama Orang Tua Bagi Anak Yang Tidak Diketahui Asal-usulnya

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah sekaligus karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dampak negatif bagi generasi penerus bangsa. terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

PEKERJA ANAK. Dibahas dalam UU NO 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejaterahan Bagian 1 Paragraf 2.

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR... TAHUN... T E N T A N G

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk akan selalu diiringi oleh bertambahnya kebutuhan. Pertumbuhan

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA PEMBUKAAN KONGRES ANAK KULONPROGO Wates, 23 Februari 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senan

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

IMPLEMENTASI HAK ANAK DALAM PENDIDIKAN BERDASARKAN UU RI NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kesenjangan ekonomi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan berbagi tugas seperti mencari nafkah, mengerjakan urusan rumah tangga,

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Oleh : Amin Budiamin

EFEKTIVITAS PELATIHAN PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (TKSM)

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta.

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

I. PENDAHULUAN. perlindungan anak sesuai denagan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945

Jurnal GEA Jurusan Pendidikan Geografi Vol. 6, No.2, Oktoner 2006

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. kasih sayang, dan perlindungan oleh orangtuanya. Sebagai makhluk sosial, anakanak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Usia Pekerja Jumlah Pekerja Tahun Survei Tahun Tahun ±

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangkatan anak merupakan suatu kebutuhan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BAB I PENDAHULUAN. Semua pihak menyetujui bahwasannya peran anak (Role Of The. Child) Anak adalah harapan masa depan. Akan tetapi faktanya anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman pembangunan sekarang ini dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam rumah tangga, keterlibatan seluruh keluarga sangat dibutuhkan di segala lapangan kerja. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh anggota keluarga, istri kadang bekerja sebagai tukang cuci pakaian, dan sebagai pengasuh anak bagi keluarga yang mampu. Sedangkan anak dalam kegiatan perekonomian seringkali bekerja sebagai pedagang eceran atau pedagang asongan di tempat-tempat keramaian. Sunarto, (1985: 15) menyatakan bahwa Kehidupan adalah kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh seseorang atau makhluk hidup dengan berbagai macam hubungan yang dibatasi oleh lingkungan dimana manusia hidup atau dimana manusia bertempat tinggal. Kehidupan manusia pada umumnya sering terjadi dimana saja baik pada masyarakat perkotaan, pedesaan, maupun perkebunan. Palupi (http://www.menegpp.go.id/:putus-sekolah-masih-menjadi-masalah : 2009). Anak putus Sekolah Masih Menjadi Masalah, angka putus sekolah seluruh jenjang pendidikan di Indonesia empat tahun terakhir masih di atas satu juta siswa per tahun. Dari jumlah itu, sebagian besar 80% adalah mereka yang masih duduk di jenjang pendidikan dasar (SD-SMP). Dilihat secara persentase, jumlah total siswa yang putus sekolah dari SD atau SMP memang hanya berkisar 2 hingga 3 persen dari total jumlah siswa. Namun, persentase yang kecil tersebut menjadi besar jika dilihat angka sebenarnya. Jumlah anak putus sekolah SD setiap tahun rata-rata berjumlah 600.000 hingga 700.000 siswa. Sementara itu, jumlah mereka yang tidak menyelesaikan sekolahnya di SMP sekitar 150.000 sampai 200.000 orang. Anak pada dasarnya mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh orang tuanya, hak itu meliputi hak atas kesejahteraan, hak perawatan, hak asuh dan bimbingan, hak atas pelayanan,

hak atas pemeliharaan dan perlindungan (UU No.4Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak). Selain dari hak-hak pokok diatas, ada juga kebutuhan yang harus dipenuhi orang tua yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder anak. Menurut laporan tahunan situasi anak-anak di dunia 1997 yang dibuat oleh United Nation s Children Fund (UNICEF) dan International Labour Organization (ILO) yaitu bagian khusus PBB yang mengurusi anak-anak dan buruh. Menyatakan terdapat sekitar 250-300 juta jiwa anak yang bekerja diseluruh dunia, perkembangannya begitu pesat bila dibandingkan dengan tahun 1990, hanya sekitar 86 juta jiwa (Johan, 1977 : 11). Sedangkan menurut data BPS 1996, jumlah pekerja anak untuk usia sekolah 10-14 tahun sekitar 2,4 juta jiwa. Angka ini dianggap lebih tinggi jika dibandingkan dengan data angka putus sekolah anak usia 7-15 tahun sekitar 6,5 juta jiwa. Dari data Depdiknas, diperkirakan antara tahun 1994-1998 ada 11,7 juta anak putus sekolah berusia 7-15 tahun, dari jumlah ini 1,4 juta anak aktif di berbagai sector (Waspada 16 April 2002:2). Pasal 28B (ayat 2) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, ini berarti bahwa anak mempunyai hak konstitusional dan negara wajib menjamin serta melindungi pemenuhan hak anak yang merupakan hak asasi manusia (HAM). Pada pasal 2 Konvensi tersebut, istilah "anak" berarti semua orang yang berusia di bawah 18 tahun. Pada pasal 2 ayat (1) Konvensi, disebutkan Indonesia melampirkan Pernyataan (Declaration) yang menetapkan bahwa batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja yang diberlakukan di wilayah Republik Indonesia adalah 15 tahun. Yang menarik, angka 15 tahun ini tidak serta merta mutlak, tetapi ada pertimbangan-pertimbangan lain, misalnya diperbolehkan antara 13-15 tahun untuk pekerjaan yang ringan atau tidak beresiko (Pasal 7 Konvensi), dan minimum 18 tahun untuk pekerjaan beresiko (Pasal 3 Konvensi). Resiko disini kurang lebih adalah dapat membahayakan bagi kesehatan, perkembangan fisik dan mental anak, mengganggu kehadiran anak mengikuti pelajaran sekolah, mengganggu

mengikuti orientasi kejuruan atau program pelatihan di sekolah, atau mengganggu kemampuan anak dalam menerima manfaat dari pelajaran sekolah. Jika merujuk usia wajib belajar di Indonesia adalah 7-15 tahun maka penggunaan Pasal 7 Konvensi tersebut menurut saya kurang aman atau sulit untuk bebas dari resikoresiko di atas, bahkan rentan penyalahgunaan (abuse) baik yang dilakukan oleh industri hingga orang tua atau wali. Adapun fakir miskin dan anak-anak terlantar (yang kesulitan wajib belajar) dipelihara oleh Negara. Ini bukan berarti masyarakat lepas tangan tidak membantu, tetapi mencoba mengingatkan penguasa dan negara agar tidak lupa akan kewajiban hukum yang harus dipenuhi. Yang disebut anak adalah semua orang yang berusia di bawah 18 tahun. Usia minimum bekerja adalah 18 tahun, baik pekerjaan beresiko atau tidak. Yang dimaksud resiko adalah dapat membahayakan bagi kesehatan, perkembangan fisik dan mental anak, mengganggu kehadiran anak mengikuti pelajaran sekolah, mengganggu mengikuti orientasi kejuruan atau program pelatihan di sekolah, atau mengganggu kemampuan anak dalam menerima manfaat dari pelajaran sekolah. Oleh karena itu, patut diapresiasi apa yang dilakukan oleh Walikota Manado untuk mencari dan mendata semua anak putus sekolah yang telah bekerja untuk dikembalikan ke sekolah, meski sebenarnya hal itu sudah menjadi kewajiban pemerintah sesuai peraturan pemerintah dan perundang-undangan. Langkah sang walikota layak dan semestinya diikuti pemerintah daerah lainnya. Subura Nugerah, 2011:18(http://www.suburanugerah.com/2011/07/tak-benar-membiarkan-anak-bekerjadi.html. pada tanggal 23 April 2012). Indonesia telah memiliki perhatian terhadap kesejahteraan anak. Hal ini antara lain sesuai dengan adanya peraturan perundang-undangan tentang kesejahteraan anak itu sendiri, diantaranya adalah: Undang-undang No.12 Tahun 1984 tentang pekerjaan anak, Kepres No.4 Tahun 1984 tentang Hak Anak Nasional, Konvensi tentang Hak-hak anak dari PBB yang

berbunyi Negara peserta mengakui hak-hak anak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan dari setiap pekerjaan yang mungkin akan berbahaya, mengganggu pendidikan anak, perkembangan fisik/mental, spiritual dan moral anak. Indonesia adalah salah satu Negara yang ikut menandatangani konvensi tersebut (Fingidae, 1993 ). Anak membutuhkan cinta kasih dari orangtua, memerlukan lingkungan yang sehat untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Kelangsungan hidup seorang anak, perlindungan, dan pengembangan dirinya merupakan hak seorang anak dalam keluarga, dan merupakan kewajiban dan tanggung jawab orangtua yaitu ayah dan ibu. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa yang harus di jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Indonesia memiliki perhatian terhadap kesejahteraan anak yang mana tertulis di UU RI No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak BAB III pasal 13 (1) yang berbunyi setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berkat mendapat perlindungan dari perlakuan: a. Diskriminasi b. Eksploitasi c. Penelataran d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan e. Ketidakadilan dan f. Perlakuan salah lainnya. Jika anak dalam setiap keluarga dapat berkembang dengan baik dan layak, maka secara otomatis pula akan tersedia sumber daya manusia yang ideal. Namun, jika anak tidak berkembang secara wajar dan optimal maka akan tercipta sumber daya manusia yang tidak optimal dan tidak berkualitas. Karena anak merupakan harapan bangsa. Masa depan bangsa ditentukan oleh anak yang ada pada masa sekarang, sebagai generasi penerus pembangunan. Akan tetapi, dalam realitanya pada kehidupan sehari-hari, tetap saja ada hal-hal yang yang terbalik dari keinginan dan harapan setiap anak. Dan kenyataan ini bukan mereka yang menciptakan, setiap hari selalu ada catatan khusus tentang anak-anak yang menjadi korban pepperangan, kekerasan, deskriminasi, anak terlantar, dan eksploitasi anak. Bagi anak-anak

yang bekerja, hal tersebut tentunya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Mereka tidak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar seperti yang diharapkan oleh bangsa. Dengan kondisi ekonomi keluarga kurang memungkinkan, maka hak atas anak itu sering terabaikan oleh keluarganya. Hal ini terlihat pada masyarakat yang belum terentas dari belenggu kemiskinan, untuk mempertahankan kehidupan. Kondisi internal (besarnya tanggungan, tenaga yang dimiliki, pendapatan keluarga, kebutuhan konsumsi, dan lain-lain) merupakan faktor yang mempengaruhi keterlibatan anggota keluarga dalam usaha mencari nafkah, dan termasuk anak-anaknya. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa angkatan kerja dipasar juga ditentukan oleh keadaan rumah tangganya (Prijino,1992) Kondisi ketergantungan terhadap penghasilan anak dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain penghasilan orangtua tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan pokok keluarga, harapan orangtua agar anaknya dapat membantu pemenuhan kebutuhan keluarga serta kebutuhan keluarga serta kebutuhan hidupnya sendiri. Keterlibatan anak-anak dalam aktivitas ekonomi mengganggu perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anak yang terpaksa bekerja menghadapi hambatan dalam pengembangan kehidupan masa depannya. Sebagian besar anak-anak ini berasal dari keluarga miskin dan tertinggal, yang tidak mempunyai kemampuan untuk memberdayakan dirinya, sehingga rentan terhadap kekerasan, eksploitasi, ketimpangan gender, perdagangan anak dan lain-lain. Selain factor ekonomi, ada juga beberapa factor yang menyebabkan anak terpaksa bekerja, anatara lain adalah factor social budaya yang ada di masyarakat, misalnya seorang anak tidak perlu mendapat pendidikan, lebih baik mereka bekerja untuk mencari uang. Lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi seseorang untuk bekerja. Maksudnya

seseorang anak akan tertuntut untuk bekerja setelah melihat teman sebayanya yang telah bekerja dan mampu memenuhi kebutuhan sendiri (Media Informasi, 1997). Pemerintah melarang anak usia sekolah untuk bekerja pada waktu-waktu mereka seharusnya bersekolah, seperti di layangkan di koran Bekasi. Sebanyak 11.305 pekerja anak telah dikembalikan ke dunia pendidikan sepanjang 2008-2011. Sedangkan Muhaimin Iskandar (saat mengunjungi anak-anak komunitas pemulung) Semua anak dalam usia anak tidak boleh bekerja, melainkan harus sekolah. Para orang tua tidak boleh memaksakan anaknya bekerja sebagai pekerja anak, Para orang tua harus tahu bahwa dalam Undang-Undang Perlindungan Anak tidak diperkenankan mempekerjakan anak. Untuk itu, pemerintah melakukan pendekatan khusus berupa persuasif hingga penindakan. Bagi orang tua yang tetap memaksakan anaknya untuk bekerja, akan diambil tindakan tegas," Namun jika bersifat hanya membantu pekerjaan orang tua, hal tersebut masih diizinkan, selama itu dilakukan sepulang sekolah dengan waktu terbatas dan tidak boleh pada pekerjaan-pekerjaan terburuk dan berbahaya. Kunjungan Muhaimin ke lokasi pembuangan sampah Bantar Gebang itu merupakan salah satu upaya pelaksanaan program nasional penanggulangan pekerja anak. Dari sekian banyak masalah dan fenomena anak yang terdapat di Indonesia sekarang ini, salah satunya adalah masalah anak usia sekolah yang bekerja. Anak-anak dalam usia yang sangat dini sudah memasuki dunia kerja. Usia kerja di Indonesia dikelompokkan dalam usia 15 tahun ke atas dan usia 15 tahun ke bawah, seyogyanya dimanfaatkan untuk mencari ilmu di sekolah. Sesuai dengan ketentuan undang-undang anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun. Berarti 18 tahun adalah usia minimal yang diperbolehkan pemerintah untuk bekerja. Tetapi fakta menunjukkan bahwa masih banyak anak yang terpaksa bekerja, "child labor" khususnya terjadi akibat krisis ekonomi dan sebagian dari

mereka bekerja di pasar tradisional. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan begitu saja karena merampas hak mereka sebagai anak dan sangat merugikan perkembangan fisik dan mental mereka sebagai generasi penerus bangsa. Tetapi tidak seluruhnya anak-anak yang bekerja tidak sekolah, sebagian dari mereka ada juga yang duduk di bangku sekolah yaitu pada jam sekolah mereka duduk dibangku sekolah dan pada saat selesai sekolah mereka turun ke jalanan dan bekerja. Hal tersebut yang masih dijumpai di Desa Ofa Padang Mahondang Kecamatan Pulo Rakyat Kabupaten Asahan, yang seharusnya mereka belajar dan menikmati masa kecilnya, malah sebagian dari mereka di tuntut untuk bekerja di luar batas kemampuan mereka. Di desa Ofa Padang Mahondang anak yang bekerja berjumlah 52 orang yang terdiri dari SD, SMP dan SMA, dan jumlah anak yang bekerja namun tetap bersekolah ada 42 orang jadi jumlahnya 98 orang. Suatu kenyataan yang terjadi di Desa Ofa Padang Mahondang adalah anak lulusan SD, SMP dan SMA cenderung tidak melanjutkan kependidikannya selanjutnya. Banyak diantara mereka yang bekerja sebagai penjaga toko, sebagai penjaga ternak seperti ternak lembu dan kambing, sebagai pengambil pasir di sungai dan sebagai pekerja di kebun sawit. Sehingga penelitian ini perlu dipelajari peneliti tentang kehidupan anak usia sekolah yang bekerja di Desa Ofa Padang Mahondang Kecamatan Pulo Rakyat Kabupaten Asahan. Di Desa Ofa Padang Mahondang anak yang bekerja di usia sekolah dimana sebenarnya masih memiliki orang tua dan keluarga. Karena faktor ekonomi, kemauan anak, pengaruh lingkungan sehingga mereka memilih untuk bekerja. Dan seperti yang saya lihat saat melakukaan penelitian pendahuluan anak yang bekerja di desa ini ada yang ikut membantu orang tuanya dalam memanen sawit di kebun, ada juga yang ikut mengambil pasir di sungai sama saudaranya dan ada yang menjaga toko tetangga atau saudaranya.

Dari segi jenis kelamin, anak laki-laki lebih mendominasi untuk bekerja. Karena di lihat dari segi pekerjaannya, pekerjaan yang mereka lakukan tergolong pekerjaan berat atau pekerjaan yang biasa dilakukan orang dewasa. Kegiatan ini sangat berbahaya bagi pertumbuhan dan keselamatan anak itu sendiri, tatkala sejak awal diluar batas kesadarannya ia digiring dalam dunia kerja yang belum sanggup ia pikul. Ia selanjutnya akan terbiasa dengan uang, mulai terbiasa merokok bagi anak laki-laki. Anak yang diperdagangkan untuk tujuan ekonomi akan kehilangan waktu belajar, bermain dan berfantasi yang sebenarnya menjadi milik mereka. Waktu luang mereka telah di rampas pada usia yang sangat dini. Tangan-tangan kecil mereka telah dibiasakan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan yang selayaknya dilakukan oleh orang dewasa. B. Identifikasi Masalah Sehubungan dengan latar belakang masalah yang ada di Desa OFA Padang Mahondang memaparkan bahwa banyaknya anak yang bekerja di usia sekolah yang berjumlah 52 orang yang terdiri dari SD, SMP dan SMA, dan jumlah anak yang bekerja namun tetap bersekolah ada 42 orang jadi jumlahnya 98 orang maka yang menjadi identifikasikan masalahnya adalah karakteristik anak usia sekolah yang bekerja, alasan anak usia sekolah bekerja, sejauh mana kontribusi anak terhadap pendapatan keluarga, di Desa Ofa Padang Mahondang Kecamatan Pulo Rakyat Kabupaten Asahan. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah hanya tentang fenomena anak bekerja yaitu karakteristik anak usia sekolah bekerja, alasan anak usia sekolah bekerja, kontribusi anak terhadap ekonomi keluarga di Desa Ofa Padang Mahondang Kecamatan Pulo Rakyat Kabupaten Asahan.

D. Perumusan Masalah Rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Karakteristik anak usia sekolah yang bekerja di Desa Ofa Padang Mahondang Kecamatan Pulo Rakyat Kabupaten Asahan. 2. Apa Alasan anak usia sekolah bekerja di Desa Ofa Padang Mahondang Kecamatan Pulo Rakyat Kabupaten Asahan 3. Bagaimana kontribusi anak terhadap ekonomi keluarga di Desa Ofa Padang Mahondang Kecamatan Pulo Rakyat Kabupaten Asahan E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Karakteristik anak usia sekolah bekerja di Desa Ofa Padang Mahondang Kecamatan Pulo Rakyat Kabupaten Asahan. 2. Alasan anak usia sekolah bekerja di Desa Ofa Padang Mahondang Kecamatan Pulo Rakyat Kabupaten Asahan. 3. Kontribusi anak terhadap ekonomi keluarga di Desa Ofa Padang Mahondang Kecamatan Pulo Rakyat Kabupaten Asahan. F. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai, diharapkan hasilnya memberi manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai masukan bagi Pemerintah setempat dalam menangangani anak usia sekolah bekerja 2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pekerja anak dikaitkan dengan pendidikan anak sehingga dapat dilakukan upaya intervensi oleh pemerintah daerah setempat untuk mengatasi pekerja anak.

3. Sebagai studi banding bagi peneliti lainnya dalam objek yang sama dengan tempat penelitian yang berbeda. 4. Untuk menambah wawasan peneliti dalam hal meneliti dan menulis dalam bentuk skripsi. 5. Menambah pemahaman tentang karakteristik anak yang berpartisipasi dalam ekonomi keluarga 6. Sebagai bahan referensi untuk orang lain.