BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada emiten yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sehingga perusahaan dapat meningkatkan kinerja dan melebarkan sayap bisnis mereka. Bagi investor, memilih investasi di Bursa Efek Indonesia dapat memperlihatkan nilai investasi mereka mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan ini tercermin dari peningkatan harga saham investasi yang mencapai capital gain. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan gabungan dari bursa efek atau pasar modal yaitu Bursa Efek Jakarta (Jakarta Stock Exchange) dan Bursa Efek Surabaya (Surabaya Stock Exchange). Bursa Efek Indonesia pernah menjadi salah satu bursa terbaik di Asia Tenggara pada tahun 1996. Prospek pertumbuhan pasar modal di Indonesia yang demikian pesat ini ternyata didorong oleh minat investor asing yang masuk ke dalam pasar modal Indonesia. Dengan adanya pasar modal, para investor dapat melakukan investasi pada banyak pilihan investasi, sesuai dengan keberanian mengambil risiko dimana para investor akan selalu memaksimalkan return yang dikombinasikan dengan risiko tertentu dalam setiap keputusan investasinya. Teori keuangan mengatakan apabila risiko suatu investasi meningkat maka diisyaratkan tingkat keuntungan yang semakin besar. Dalam melaksanakan kegiatan investasi, seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu tingkat pengembalian dan juga risiko yang mungkin 1
timbul akibat adanya ketidakpastian. Investasi dapat dilakukan dalam dua bentuk, investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian asset produktif, pendirian pabrik dan lainnya. Bentuk lain investasi pada financial asset dapat dilakukan pada pasar uang (berupa sertifikat deposito, commercial paper, dan lainnya) maupun pasar modal (berupa saham, obligasi, dll). Indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi, dimana kedua hal tersebut merupakan indikator likuidasi. Dalam melakukan portofolio saham indeks liquid 45 (LQ45) seorang investor tetap harus memperhatikan tingkat suku bunga yang berlaku yang diawali oleh suku bunga Bank Indonesia (SBI) serta harus memperhatikan harga tiap-tiap saham yang akan dimasukkan dalam portofolio karena harga saham akan mempengaruhi tingkat pengembalian saham individu. Sehingga saham-saham yang dapat masuk dalam perhitungan Indeks LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut : 1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan. 2. Masuk dalam 60 saham berdasarkan nilai transaksi di pasar regular. 3. Dari 60 saham tersebut, 30 saham dengan nilai transaksi terbesar akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45. 4. Untuk mendapatkan 45 saham akan dipilih 15 saham lagi dengan menggunakan kriteria Hari Transaksi di Pasar Reguler, 2
Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler dan Kapitalisasi Pasar. Metode pemilihan 15 saham tersebut adalah: Dari 30 sisanya, dipilih 25 saham berdasarkan Hari Transaksi di Pasar Reguler. Dari 25 saham tersebut akan dipilih 20 saham berdasarkan Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler. Dari 20 saham tersebut akan dipilih 15 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar, sehingga akan didapat 45 saham untuk perhitungan indeks LQ45. 5. Selain melihat kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap periode enam bulan. Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah. Pergantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Pemilihan saham-saham LQ 45 harus wajar, oleh karena itu BEI mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM, Universitas, dan Profesional di bidang pasar modal yang independen. Dalam penelitian, sampel yang digunakan adalah saham yang konsisten tergolong dalam saham indeks liquid 45 (LQ45) periode Februari 2009 sampai dengan Juli 2011. 3
1.2 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan. Dalam pasar keuangan, diperdagangkan semua bentuk modal dan hutang sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang. Perkembangan pasar modal juga dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi. Pasar modal menjadi wahana alternatif bagi masyarakat untuk berinvestasi selain real investment. Hal ini dilakukan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat yang tidak lagi berupa kebutuhan pokok saja. Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat tersebut diperlukan penghasilan tambahan. Harapan akan peran pasar modal sebagai wahana alternatif bagi investor dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang menentukan menurut Bawazier dan Sitanggang (1994) adalah tingkat kemampuan investor memilih saham secara rasional. Rasionalitas investor dapat diukur dari cara mereka memilih saham yang memberikan hasil (return) maksimum pada tingkat risiko tertentu atau mempunyai risiko minimum pada tingkat return tertentu. Indek yang sering digunakan sebagai dasar pembentukan portofolio saham adalah indeks LQ 45 pada Bursa Efek Indonesia (Jogiyanto, 2003). Saham-saham LQ 45 merupakan saham likuid kapitalisasi pasar yang tinggi, memiliki frekuensi perdagangan tinggi, memiliki prospek 4
pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik, tidak fluktuatif dan secara obyektif telah diseleksi oleh BEI dan merupakan saham yang aman dimiliki karena fundamental kinerja saham tersebut bagus, sehingga dari sisi resiko kelompok saham LQ 45 memiliki resiko terendah dibandingkan saham-saham lain. Fluktuatif harga pada kelompok saham LQ 45 cenderung smooth menjadikan return dari capital gain tidak setinggi pada kelompok saham yang mengalami fluktuasi harga siginifikan. Karakteristik saham LQ 45 ini dapat mewakili kinerja portofolio saham, dimana penilaian kinerja portofolio dilihat dari 2 sisi yaitu hasil dan resiko (Sartono dan Zulaihati, 1998). Risiko saham secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Risiko investasi yang dapat dihindari melalui diversifikasi saham dengan membentuk portofolio optimal adalah risiko tidak sistematis sedang risiko sistematis tidak dapat dihindari (faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan seperti keadaan ekonomi dan politik) (Brigham and Daves, 2004). Masalah yang sering terjadi adalah investor berhadapan dengan ketidakpastian ketika harus memilih saham-saham untuk dibentuk menjadi portofolio pilihannya karena banyaknya kombinasi saham dalam portofolio. Pada akhirnya harus mengambil keputusan portofolio mana yang akan dipilih oleh investor? Seorang investor yang rasional, tentu akan memilih portofolio yang optimal (Jogianto,2003) Untuk membentuk portofolio yang optimal, investor harus menentukan portofolio yang efisien terlebih dahulu. Portofolio efisien adalah portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu 5
dengan risiko terendah, atau risiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi (Husnan, 1998). Sedangkan portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seseorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien (Tandelilin, 2001). Berbagai metode telah diaplikasikan dalam upaya untuk menentukan portofolio yang optimal salah satu diantaranya adalah penggunaan metode Single Index Model. Single Index Model telah digunakan oleh Elton, Gruber, dan Padberg (1976) untuk menyederhanakan kriteria peringkat (rangking) dalam pemilihan portofolio optimal (Cheung dan Kwan, 1988). Dapat dikatakan bahwa investor tersebut menghadapi risiko dalam investasi yang dilakukannya. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperoleh dari investasi yang dilakukannya, yang biasa mereka lakukan adalah memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya, dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan (Husnan, 1998). (Husnan, 1998) dalam makalahnya menyatakan bahwa salah satu masalah yang sering dihadapi oleh para analis investasi modal adalah penaksiran risiko yang dihadapi oleh pemodal. Untuk menghindari risiko pada suatu investasi antara lain dilakukan melalui diversifikasi saham dengan membentuk portofolio. Teori portofolio modern diawali pada tahun 1952, ketika Harry Markowitz dalam artikelnya di The Journal of Finance yang berjudul Portfolio Selection :Efficient Diversification of Investment, memberikan landasan teoritis atas praktek pemilihan portofolio di 6
pasar modal. Pada tahun 1990 ia memperoleh hadiah Nobel atas teorinya tersebut. Teori ini kemudian menjadi dasar bagi berkembangnya teori portofolio modern saat ini. Teori Portofolio Markowitz didasarkan pada pendekatan rata-rata dan varians, dimana rata-rata digunakan untuk pengukuran tingkat pengembalian dan varians digunakan untuk pengukuran risiko, sehingga Teori Portofolio Markowitz ini juga dikenal sebagai Mean-Variance Model. Model portofolio Markowitz berguna bagi investor untuk memahami bagaimana mereka seharusnya melakukan diversifikasi secara optimal. Namun model Markowitz tidak memasukkan isu bahwa investor boleh meminjam dana untuk membiayai investasi portofolio pada asset yang berisiko dan tidak memperhitungkan kemungkinan investor melakukan investasi pada aset bebas risiko. Model Markowitz membatasi pilihan investor hanya pada portofolio yang terdiri dari aset berisiko, padahal pada kenyataannya investor bebas memilih portofolio yang juga terdiri dari aset bebas risiko. Oleh karena keterbatasan teori Markowitz tersebut, maka William Sharpe (1963) mengemukakan sebuah metode penyederhanaan dari model Markowitz dalam perhitungannya, yang kemudian disebut dengan Single Index Model. Penyederhanaan ini tidak hanya dalam hal input yang digunakan, namun juga dalam menaksir input yang diperlukan untuk analisis. Single Index Model didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks pasar (Jogiyanto 2010: 339). Hal ini secara khusus berarti bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Sebaliknya, jika indeks harga 7
saham turun maka kebanyakan saham mengalami penurunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Single Index Model mempunyai implikasi bahwa sekuritas-sekuritas bergerak bersama-sama bukan karena efek di luar pasar, melainkan karena mempunyai hubungan yang umum terhadap indeks pasar yang searah dengan perubahan IHSG. Perhitungan portofolio optimal Single Index Model merupakan metode yang lebih sederhana, karena mampu mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir. Model ini digunakan untuk menghitung tingkat return yang diharapkan, dimana melibatkan dua komponen utama yaitu return yang terkait dengan keunikan perusahaan dan return yang terkait dengan pasar. Oleh karena itu Single Index Model akan berisi saham-saham yang memiliki ukuran ERB yang besar. Dalam melakukan pengukuran kinerja portofolio menurut Elton dan Gruber terdapat dua metode yaitu (1) Metode perbandingan langsung (Direct Comparison Method), yaitu pengukuran kinerja portofolio dapat dilakukan dengan membandingkan kinerja portofolio (biasanya diwakili dengan Reksa Dana) dengan portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama. (2) Pengukuran kinerja dengan suatu parameter (One Parameter Performance Measure). Metode pengukuran dengan menggunakan satu parameter ini mengukur kinerja suatu portofolio dengan menggunakan ukuran kinerja tertentu yang perlu dikaitkan dengan tingkat resiko. Tiga orang ilmuwan yaitu William Sharpe, Jack Treynor dan Michael Jensen masing-masing telah mengembangkan alat ukur kinerja portofolio, yang lebih dikenal dengan model Sharpe, model Treynor dan model Jeansen. 8
Pedoman yang relevan bagi investor dalam mengukur risiko dapat dinyatakan dalam deviasi standar sebagai risiko total, serta beta portofolio yang merupakan risiko sistematis (Husnan 1998:465). Deviasi standar ( digunakan sebagai variable pengukur kinerja portofolio dalam model Sharpe, sedangkan beta digunakan sebagai variable pengukur kinerja portofolio didalam model Treynor dan Model Jensen. Perbedaan jenis risiko yang digunakan dalam pengukuran kinerja portofolio parameter tunggal tersebut, yaitu penggunaan deviasi standard dan beta ( menarik minat untuk meneliti secara lebih lanjut penggunaan model-model tersebut dalam memberikan hasil penilaian kinerja portofolio saham LQ45. Oleh karena itu, investor harus dapat bersikap rasional dalam pemilihan saham dan penentuan portofolio saham optimal agar dapat memperoleh return yang diharapkan. Meskipun demikian, investor seringkali hanya mengikuti keinginan individu, ikut-ikutan atau gambling dalam pembentukan portofolio. Hal ini lebih dikenal dengan penentuan portofolio secara random, yaitu tanpa memperhatikan karakteristik investasi secara relevan. Berdasarkan salah satu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Henry Dwi Wahyudi (2002), menunjukkan bahwa ada perbedaan return portofolio antara penentuan portofolio menggunakan Single Index Model degan penentuan penentuan portofolio secara Random Model. Dari penelitian tersebut, mempunyai kesimpulan bahwa penentuan portofolio dengan menggunakan Single Index Model dapat memberikan return yang optimal dibandingkan dengan penentuan 9
portofolio secara Random Model. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam hal pembentukan portofolio optimal saham dengan menggunakan metode Single Index Model dan Random Model dengan mengambil judul : ANALISIS OPTIMUM PORTOFOLIO SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN SINGLE INDEX MODEL DAN RANDOM MODEL DI BURSA EFEK INDONESIA 1.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana komposisi portofolio optimal saham yang dibentuk dengan Single Index Model 2. Bagaimana komposisi portofolio optimal saham yang dibentuk dengan Random Model 3. Bagaimana analisis kinerja portofolio menggunakan metode Sharpe dan metode Treynor 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penelitian yang diajukan, maka tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut : 1. Menentukan komposisi portofolio yang optimal dengan Single Index Model 2. Menentukan komposisi portofolio yang optimal dengan Random Model 3. Untuk menganalisis kinerja portofolio menggunakan metode Sharpe dan metode Treynor. 10
1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Aspek Teoritis Penelitian ini sebagai sarana pengembangan dan penerapan teori ilmu pengetahuan mengenai portofolio dan portofolio optimal yang dibentuk dengan cara memilih saham yang mempunyai excess return to beta terbesar dengan basis perhitungan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh penelitian sejenis untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai portofolio saham. 1.4.2. Aspek Praktis Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi investor dalam mengambil keputusan investasi yang berkaitan dengan pembentukan optimum portofolio menggunakan Single Index Model dan Random Model. 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang mengangkat fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini mengungkapan dengan jelas, ringkas, dan padat mengenai landasan teori tentang portofolio, return portofolio, risiko portofolio, konsep return dan risk, portofolio efisien, model indeks tunggal dalam pembentukan portofolio. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, populasi dan sampel yang digunakan, metode pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variable yang meliputi data harga saham, data indeks harga saham gabungan, dan data Suku Bunga Indonesia, metode analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dari sampel, data deskriptif, proses dari analisis, hasil-hasil pengolahan data penelitian sekaligus pembahasannya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan simpulan yang ditarik berdasarkan hasil pengolahan data dan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini serta saran-saran yang berkaitan dengan penelitian sejenis dimasa yang akan datang. 12
13