BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

dokumen-dokumen yang mirip
mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) pada tanggal 12

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di seluruh dunia, perempuan meninggal. setiap hari sebagai akibat kehamilan, persalinan, maupun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. pada saat persalinan. Di Indonesia angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama mortalitas (Saefudin, 2002). AKI ini menggambarkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

Sgmendung2gmail.com

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

kelahiran hidup. Di Yogyakarta pada

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Poin ke 5 dalam Milenium Development Goals (MDG) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian ibu di dunia pada tahun 2000 disebabkan kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran bayi. Perasaan negatif meliputi rasa cemas dan takut dengan persalinan. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah pembangunan kesehatan di Indonesia mempunyai delapan tujuan, dimana dua diantaranya adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian ibu saat ini masih merupakan salah satu masalah karena tingginya AKI mempunyai dampak yang besar terhadap keluarga dan masyarakat. AKI di Indonesia tahun 2008 masih merupakan yang paling tinggi di Asia Tenggara yakni 248 per 100.000 kelahiran hidup, yang dapat diartikan 50 ibu meninggal setiap hari karena komplikasi persalinan dan saat melahirkan. Dan kematian itu berkisar antara 15% - 20% disebabkan oleh aborsi. World Health Organization (WHO) menyatakan, dari dua puluh juta aborsi yang dilakukan setiap tahun, terdapat 70.000 wanita meninggal dunia karenanya (Limbong, 2010). Limbong juga mengatakan bahwa WHO memperkirakan ada 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan rincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina, antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand. Pemimpin penelitian di University of Aberdeen, dr. Sohinee Bhattacharya memeriksa lebih dari 1 juta kehamilan di Skotlandia selama 26 tahun dan ia menemukan bahwa wanita yang pernah sekali aborsi meningkatkan risiko kelahiran 1

prematur 34 % pada kehamilan berikutnya. Risiko ini cukup meningkat karena aborsi, bahwa 10 % dari semua wanita yang melakukan aborsi akan melahirkan prematur pada kehamilan berikutnya (Ertelt, 2011). Menurut Ertelt pertama kali hasilnya dilaporkan di London Times, menunjukkan risiko kelahiran prematur pada kehamilan setelah aborsi meningkat secara substansial ketika wanita memiliki lebih dari sekali aborsi. Untuk ratusan wanita Inggris yang sudah empat atau lebih aborsi, diketahui 20% dari semua wanita melahirkan prematur, dan kelahiran premature menyebabkan peningkatan risiko anak-anak yang baru lahir memiliki cacat fisik atau mental. Selanjutnya studi ini juga menemukan wanita karena aborsi sebelumnya, pada kehamilan berikutnya menderita risiko yang lebih tinggi dari kelahiran mati dan preeklampsia, gangguan tekanan darah yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan kadang-kadang mengancam nyawa ibu dan anak. Bhattacharya mengatakan, perempuan sering disarankan untuk menunda kehamilan kedua, terlebih saat kehamilan pertama mengalami keguguran. Sejak 2005, WHO telah merekomendasikan bahwa perempuan menunggu setidaknya setengah tahun sebelum mereka coba lagi (Ertlet, 2011). Kementerian Kesehatan Brazil mengungkapkan bahwa perempuan yang menjalani aborsi didominasi dengan penggunaan metode kontrasepsi yang keliru. Promosi penggunaan metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan adalah salah satu strategi yang paling efektif untuk mengurangi tingkat aborsi, kesakitan ibu dan kematian. Oleh karena itu, penyediaan layanan keluarga

berencana setelah aborsi termasuk bimbingan konseling kontrasepsi yang terstruktur dengan akses yang mudah dan gratis. Konseling kontrasepsi dapat mengakibatkan peningkatan penggunaan metode kontrasepsi dan dorongan serta memberikan dukungan emosional bagi perempuan untuk merasa lebih aman dan puas dengan layanan dan memotivasi penggunaan metode keluarga berencana (Ferreira, 2010). Selanjutnya Ferreira mengungkapkan sebuah studi cross-sectional tentang perencanaan keluarga pasca aborsi yang dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2008, diketahui bahwa terdapat 150 wanita berpenghasilan rendah mendapatkan perawatan pasca aborsi di sebuah klinik keluarga berencana di rumah sakit umum yang terletak di Recife, Brasil. Setiap wanita menerima informasi tentang metode kontrasepsi, efek samping dan kesuburan. Konseling individual yang ditangani mereka adalah tentang perasaan, harapan dan motivasi mengenai kontrasepsi serta niat kehamilan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferreira Tahun 2008 diketahui bahwa sebagian besar perempuan yang terdapat dalam daftar penelitian tersebut 97,4% menerima setidaknya satu metode kontrasepsi, dimana 73,4% diantaranya tidak memiliki riwayat aborsi sebelumnya. Empat puluh dari wanita yang telah menjalani aborsi sebelumnya, 47,5% dilaporkan menjalani aborsi yang tidak aman. Semua wanita memiliki pengetahuan tentang penggunaan kondom, kontrasepsi oral dan suntik. Metode yang paling dipilih adalah suntik, diikuti oleh pil KB dan kondom. Hanya satu perempuan memilih alat kontrasepsi dalam rahim.

Estimasi global menyebutkan bahwa 4 dari 10 kehamilan adalah kehamilan tidak diinginkan. Dari 45 juta aborsi yang terjadi setiap tahunnya di dunia, 19 juta merupakan aborsi tidak aman dengan 5 juta diantaranya dirawat di rumah sakit akibat komplikasi. Bahkan di beberapa Negara Afrika, 50% kematian perempuan berhubungan dengan kehamilan yang berakhir dengan aborsi tidak aman. 20% dari perempuan yang melakukan aborsi tidak aman mengalami infeksi saluran reproduksi. Aborsi yang tidak aman juga menyumbangkan 11% dari AKI di Indonesia (Hudaya, 2010). Menurut Gunawan dalam artikel Kontroversi dan Hukum Aborsi di Indonesia, saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat Indonesia. Namun terlepas dari kontroversi tersebut, aborsi diindikasikan merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan atau sepsis (Admin, 2011). Hal ini juga diungkapkan oleh Sedyaningsih, 2010 dalam rapat kerja dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat, penyebab langsung kematian ibu, yakni adalah perdarahan (30 %), eklampsia (25 % ), partus lama (5 %), komplikasi abortus (8 %), dan infeksi (12 %). Pendapat Dewi, 1997 dalam Admin, 2011, tidak sedikit masyarakat yang menentang aborsi beranggapan bahwa aborsi sering dilakukan oleh perempuan yang tidak menikah karena alasan hamil di luar nikah atau alasan alasan lain yang

berhubungan dengan norma khususnya norma agama. Namun kenyataannya, sebuah studi di Bali menemukan bahwa 71% perempuan yang melakukan aborsi adalah perempuan menikah. Studi yang dilakukan oleh Population Council, 98,8 % perempuan yang melakukan aborsi di sebuah klinik swasta di Jakarta, telah menikah dan rata rata sudah memiliki anak (Herdiyati, 1998 dalam Admin,2011). Alasan yang umum adalah karena sudah tidak ingin memiliki anak lagi, seperti hasil survei yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS), 75 % wanita usia reproduksi berstatus kawin tidak menginginkan tambahan anak (BPS, Depkes 1988 dalam Admin,2011). Penelitian Yayasan Kesehatan Perempuan pada tahun 2003 menyebutkan 87% yang melakukan aborsi adalah istri dan ibu, hanya 12% oleh remaja putri. Data WHO tahun 2006 menyebutkan angka aborsi di Indonesia menjadi 2,6 juta kasus pertahun. Angka ini didapat dari rumah sakit, rumah bersalin, klinik dan puskesmas. Dimana hanya ibu rumah tangga yang dapat mengakses tempat-tempat tersebut. Hanya sedikit dari jumlah tersebut yang berasal dari perempuan pra-nikah, angka yang tercatat dari kelompok pra-nikah adalah mereka yang mengalami komplikasi sehingga harus dirawat di rumah sakit (Hudaya. 2010). Frekuensi aborsi di Indonesia agak sulit dihitung secara akurat karena memang sangat jarang dilaporkan. Berdasarkan perkiraan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), kejadian aborsi di Indonesia mencapai angka yang amat fantastis yakni sekitar 2 juta kasus aborsi per tahun. Fakta aborsi di Indonesia, 1 juta janin dibunuh per tahun akibat kehamilan yang tidak direncanakan. Pada Agustus 1998, penelitian Jawa Post 1,75 juta janin dibunuh per tahun. April 2000, Makasar

Post menulis 2,3 juta janin dibunuh per tahun. Media Indonesia 2 Oktober 2002 melaporkan saat itu 3 juta janin dibunuh per tahun (BKKBN Kalimantan Tengah, 2012). Survei yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan, Surabaya dan Denpasar menunjukkan bahwa abortus dilakukan 89% pada wanita yang sudah menikah, 11% pada wanita yang belum menikah dengan perincian: 45% akan menikah kemudian, 55% belum ada rencana menikah. Sedangkan golongan umur mereka yang melakukan abortus: 34% berusia 30-46 tahun, 51% berusia antara 20-29 tahun dan sisanya 15% berusia di bawah 20 tahun (Azhari, 2002) Mengingat besarnya jumlah kelahiran per tahun maka diperlukan upaya untuk mengendalikan kelahiran melalui perencanaan keluarga dengan menggunakan kontrasepsi terutama setelah melahirkan atau mengalami keguguran. Kontrasepsi paska keguguran perlu segera dimulai karena ovulasi dapat terjadi 11 hari sesudah abortus (Pinem, 2009). Hasil pemantauan BKKBN terhadap pelayanan Keluarga Berencana (KB) Paskapersalinan dan Paskakeguguran di 22 Rumah Sakit (14 Provinsi) tahun 2008-2009, rata-rata yang ber-kb setelah bersalin dan keguguran hanya 5-10% (Ekoriano, 2013). Berdasarkan fenomena yang ada, maka peneliti melakukan studi pendahuluan di RSUD. Deli Serdang dan Grand Medistra Lubuk Pakam. Dari studi pendahuluan didapatkan masih ada ibu paska aborsi yang belum mengetahui tentang alat kontrasepsi dalam rahim yang digunakan paska aborsi dengan kuretase dan sikap

yang diambil, kebanyakan ibu merasa kebingungan tentang keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim, disamping itu dukungan dari suami juga masih kurang. Dari data yang diperoleh peneliti pada saat melakukan studi pendahuluan di RSUD. Deli Serdang diketahui ada sebanyak 17 ibu memakai AKDR dari 68 orang ibu paska aborsi dengan kuretase. Sedangkan di RS. Grand Medistra Lubuk Pakam diketahui bahwa pada tahun 2012 ada sebanyak 12 ibu memakai AKDR dari 186 orang ibu paska aborsi dengan kuretase. Merujuk pada fenomena dan data yang ada maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Istri Serta Dukungan Suami Terhadap Pemakain Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Pada Ibu Paska Aborsi Dengan Kuretase Di RSUD. Deli Serdang dan RS.Grand Medistra Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah semakin meningkatnya kasus paska aborsi dengan kuretase di RSUD. Deli Serdang dan RS. Grand Medistra Lubuk Pakam, sehingga peneliti ingin melihat bagaimanakah Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Istri Serta Dukungan Suami Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Pada Ibu Paska Aborsi Dengan Kuretase di Rumah Sakit di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Istri Serta Dukungan Suami Terhadap Pemakain Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Pada Ibu Paska Aborsi Dengan Kuretase di Rumah Sakit di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013. 1.4. HipotesisPenelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya pengaruh pengetahuan dan sikap isteri serta dukungan suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim pada ibu paska aborsi dengan kuretase di Rumah Sakit di Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Pihak Rumah Sakit di Kabupaten Deli Serdang Sebagai informasi kepada pihak rumah sakit tentang pengetahuan dan sikap istri serta dukungan suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim paska aborsi dengan kuretase di rumah sakit tersebut, sehingga dapat menyikapi dan menindaklanjuti hasil penelitian ini. 1.5.2 Bagi Pasangan Usia Subur Sebagai informasi bagi pasangan usia subur agar mengetahui dan menyikapi lebih baik lagi tentang pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim paska aborsi dengan kuretase.