BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
bukan lagi untuk memenuhi keinginan (wants) saja, melainkan karena kosmetik Berikut adalah tabel perkembangan pasar industri kosmetik di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut sangat lah penting dalam pemakaian bedak tabur muka.

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. wanita, dimana kosmetik yang digunakan dapat berupa skin care maupun make

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri kosmetik di Indonesia saat ini tergolong baik.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari kehidaupan sehari-harinya demi mempertahankan dan mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri maupun produksi luar negeri. Membanjirnya produk kosmetika di

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian uji t pada variabel advertising atau periklanan

BAB I PENDAHULUAN. atau yang biasa disebut bodycare juga digunakan para wanita untuk merawat tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan dan khususnya di klinik kecantikan. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), bahan-bahan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan produk yang satu dengan produk sejenis yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia saat ini banyak. perusahaan yang menggunakan iklan untuk mengenalkan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan oleh perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. suka akan keindahan kepada wanita. Cara wanita memelihara. itulah wanita membutuhkan sesuatu yang akan membuat dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa yang disertai dengan inovasi-inovasi baru yang dilakukan. Banyak tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Periklanan merupakan fenomena sosial yang menjadi salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan manusia adalah suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mengkombinasikan fungsi-fungsi pemasaran. produk tersebut dipasaran. Salah satunya adalah bagaimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Semua manusia ingin tampil menarik dan menyenangkan, khususnya

KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang Indonesia menjadi pasar potensial. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. baik lokal maupun luar negeri, yang tengah membanjiri pasar konsumen di

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif di dunia persaingan bisnis saat ini. Hal ini dapat terbukti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki keinginan membeli yang tinggi. Dalam menggunakan produk

BAB I PENDAHULUAN. amat menjanjikan ( Sebagai buktinya, Revlon memenangkan Top Brand Award 2013 kategori

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi satu alasan industri kosmetik tetap tumbuh. Pemerintah mengklaim

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan penting dalam menciptakan kualitas terbaik.

BAB I PENDAHULUAN. system komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Bahkan perusahaan saling berlomba untuk mendapatkan image

BAB I PENDAHULUAN. pilihan dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi. Hal ini menyebabkan. munculnya banyak pesaing di dalam dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus memperhatikan aspek aspek yang dapat mempengaruhi

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan C. Kerangka Konseptual B. Tempat dan Waktu Penelitian... 44

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh kelompok referensi terhadap keputusan pembelian produk

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai

I. PENDAHULUAN. perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa, yang menyebabkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. ketat, mengharuskan setiap perusahaan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. membentuk brand image yang baik untuk dapat berkompetisi di pasar.

BAB I PENDAHULUAN. lahir hingga dewasa semua membutuhkan kosmetik. Lotions untuk kulit, powder,

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di pasar menjadikan tugas seorang pemasar makin sulit dan kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada daya tariknya. Endorser yang kredibel adalah orang yang. bisa dipercaya dan mempunyai keahlian tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh perusahaan - perusahaan untuk selalu mendapatkan cara terbaik guna

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pengunaan untuk event-event penting hingga sebagai kebutuhan seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. membuktikan adanya pemakaian ramuan seperti bahan pengawet mayat dan salep

2007, h Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, Yogyakarta: Liberty,

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan simbol dari keindahan. Salah satu upaya wanita untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Menghadapi persaingan yang ketat, perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Intinya adalah promosi merupakan kegiatan yang dapat. produk yang dihasikan perusahaan (Kotler dan Keller, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari bauran komunikasi pemasaran atau bauran

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Di dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat ini, konsumen untuk mengkonsumsi produk mereka (Lasty, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis kosmetika seperti lipstik, pelembab, pensil alis, mascara ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya persaingan bisnis perawatan tubuh kususnya pada kaum

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sekitar Rp. 11 triliun. Menurut Euromonitor Internasional, negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. yang sekarang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, salah satunya adalah strategi pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada kenyataannya, penampilan merupakan salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang

I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran paling dikenal

BAB I PENDAHULUAN. setiap kesempaatan. Pada umumnya riasan tebal tersebut hanya digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini persaingan di dunia bisnis semakin ketat terutama dalam pemasaran produk.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dasar dalam sistem perekonomian dan globalisasi telah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan semakin gencar dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang begitu cepat. Globalisasi merambah semua jenis produk dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat. Hal ini

II. LANDASAN TEORI. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, dalam Kotler, dan Keller ( 2009: 6):

BAB I PENDAHULUAN. Wanita tidak dapat dipisahkan dari kosmetik. Banyak beredar kosmetik di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dengan pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Brand image berpengaruh positif pada sikap terhadap produk.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperluas target pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan dalam dunia bisnis saat ini sudah semakin dinamis dan serba tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa seperti sekarang ini periklanan memegang peranan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035 menjadikan industri kosmetik sebagai salah satu industri prioritas yang berperan besar sebagai industri andalan atau penggerak utama perekonomian negara. Pada tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia diproyeksi akan menembus angka 271 jutaan. Jumlah tersebut meningkat sekitar 4,8% dibandingkan dengan total penduduk Indonesia tahun 2016 yang lalu. Dengan pertumbuhan jumlah penduduk tersebut, maka Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial bagi perusahaan kosmetik (https://www.linkedin.com). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1176 Tahun 2010 tentang Notifikasi Kosmetik, kosmetik adalah bahan atau sediaan yang digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut dengan ditujukan untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan dan melindungi tubuh. Produk kosmetik identik dengan konsumen berjenis kelamin wanita. Mereka menganggap bahwa kosmetik tidak hanya memiliki kemampuan untuk memenuhi kecantikannya saja, tetapi juga menjadi sarana untuk memperjelas identitas diri secara sosial. 1

Indonesia memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam. Di dalam kitab agama Islam terdapat perintah bagi umatnya untuk tidak mengkonsumsi apapun yang mengandung unsur haram. Perintah tersebut salah satunya terdapat pada penggalan surah Al-Ma idah ayat 3 Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah. Dahulunya istilah halal hanya identik dengan makanan saja. Semakin berkembangnya pengetahuan agama Islam di Indonesia, membuat para konsumen semakin menyadari akan pentingnya kehalalan suatu produk untuk dikonsumsi termasuk pada produk kosmetik. Istilah halal untuk produk kosmetik yang didasarkan oleh Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dapat diartikan dengan tidak menggunakan bahan baku dari olahan binatang haram atau terbuat dengan menggunakan binatang sebagai uji coba produk dengan cara yang tidak pantas. Hal tersebut bisa membuat tidak sahnya bagi konsumen Muslim untuk beribadah. Menurut Burhanuddin (2011), alur proses pemeriksaan produk halal dimulai dari produsen yang mengajukan permohonan sertifikasi dan labelisasi halal ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM). Kemudian tim audit halal (DEPAG, LP-POM MUI dan Badan POM) melakukan audit ke lokasi. Hasil audit selanjutnya diajukan ke tim ahli LP-POM MUI dan diteruskan ke Komisi Fatwa MUI untuk mendapatkan sertifikat halal yang bisa dicantumkan pada label produknya. Dari tahap penyeleksian tersebut, bisa dianggap bahwa pemberian label halal bukan hanya ditujukan kepada konsumen Muslim saja, tetapi juga untuk konsumen non-muslim. Hal itu dikarenakan pencantuman label halal juga 2

merupakan bentuk keterangan bahwa produk tidak mengandung bahan-bahan yang berbahaya sehingga aman untuk dikonsumsi. Produk kosmetik dikonsumsi atau digunakan pada kulit, kemudian diserap oleh tubuh melalui pori-pori. Sehingga apabila suatu kosmetik mengandung bahan-bahan berbahaya, maka bisa merusak kesehatan konsumennya. Wardah, merupakan kosmetik terobosan Indonesia yang didirikan oleh Nurhayati Subakat dan memiliki arti Bunga Mawar. Wardah telah mendapatkan sertifikat halal dari MUI dengan nomor 00150010680899 sejak tahun 1995. Strategi pemasaran Wardah sebagai kosmetik halal telah berhasil mendapatkan International Halal Award sebagai pelopor kosmetik halal di Dunia dari World Halal Council. Label halal pada produk Wardah biasanya dicantumkan pada bagian belakang kemasan atau kotak pembungkus produk. Nilai dari produk Wardah mengacu kepada tiga konsep, yaitu: Pure and Safe: Seluruh rangkaian produk dibuat dari bahan berkualitas dan terbukti aman serta halal. Beauty Expert: Produk diformulasikan oleh para ahli farmasi dan kecantikan dengan inovasi terkini. Seluruhnya didedikasikan untuk wanita modern agar semakin percaya diri melalui produk berkualitas. Inspiring Beauty: Produk Wardah diproduksi bukan hanya untuk penampilan saja, akan tetapi juga untuk jiwa. Wardah mendorong setiap wanita untuk selalu tampil percaya diri sekaligus peduli terhadap sesama (http://agnesiarezita.blogdetik.com). 3

Pada situs resmi Top Brand Award, tercatat bahwa dari tahun 2014 sampai tahun 2016 Wardah mengalami kenaikan persentase penjualan setiap tahunnya. Berikut adalah tabel persentase penjualan beberapa kategori kosmetik (bedak muka padat, pelembab wajah dan lipstik) di Indonesia dari tahun 2014-2016 versi Top Brand: Tabel 1.1 Persentase Penjualan Kosmetik Di Indonesia Tahun 2014-2016 Bedak Muka Padat Pelembab Wajah Lipstik Tahun Merek TBI Merek TBI Merek TBI Pixy 17.3 Pond s 43.9 Wardah 13.0 Wardah 12.4 Olay 8.7 Revlon 12.6 Viva 9.1 Sariayu 8.5 Sariayu 9.2 2014 Sariayu 8.9 Viva 8.1 Pixy 9.0 La Tulipe 8.4 Nivea 3.8 Viva 8.2 Revlon 4.5 Mirabella 7.8 Maybelline 4.5 Oriflame 6.6 Caring 4.3 La Tulipe 5.3 Wardah 17.2 Pond s 47.7 Wardah 14.9 Pixy 15.6 Olay 6.6 Revlon 12.8 Sariayu 9.0 Sariayu 5.8 Pixy 11.0 2015 La Tulipe 8.9 Nivea 5.3 Oriflame 7.7 Viva 8.0 Viva 4.3 Sariayu 7.6 Maybelline 4.5 La Tulipe 7.3 Oriflame 4.3 Wardah 25.0 Pond s 43.6 Wardah 22.3 Pixy 14.9 Wardah 8.0 Revlon 13.3 Sariayu 7.5 Sariayu 7.0 Pixy 9.3 2016 Viva 7.1 Viva 6.4 Viva 8.9 La Tulipe 6.9 Citra 3.8 Sariayu 7.7 Maybelline 5.8 Olay 3.7 Oriflame 6.5 Nivea 3.0 La Tulipe 5.5 Sumber: http://www.topbrand-award.com/top-brand-survey/survey-result/ Pada tabel 1.1, dapat dikatakan bahwa perkembangan dan persaingan antar perusahaan di industri kosmetik semakin maju dan menyengit. Hal tersebut diiringi Wardah dengan melakukan promosi melalui iklan (advertising). Menurut Kotler (2012), iklan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang ataupun jasa secara non-personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan 4

pembayaran. Bentuk iklan pun kini semakin beragam dan kreatif, salah satunya dengan menggunakan sosok/tokoh sebagai pendukung produk atau biasa dikenal dengan istilah endorser. Endorser adalah seorang pribadi baik itu aktor, artis maupun atlit yang dikenal publik dan menjadi pujaan dan digunakan dalam menyampaikan pesan iklan yang dimaksudkan untuk menarik perhatian dan mempengaruhi konsumen sasaran. Kepercayaan dan daya tarik yang menarik menurut konsumen terhadap endorser tersebut merupakan atribut khusus dari seorang endorser (Shimp, 2003). Menggunakan selebriti sebagai endorser (celebrity endorser) bisa memiliki pengaruh kuat terhadap keputusan konsumen dalam pembelian produk serta pemilihan merek (Sumarwan, 2011). Pemakaian celebrity endorser harus melalui beberapa pertimbangan, diantaranya adalah tingkat popularitas selebriti dengan permasalahan apakah selebriti yang dipilih dapat mewakili karakter produk yang sedang diiklankan (Royan, 2004). Memanfaatkan selebriti sebagai endorser dirasa memang lebih mudah mempengaruhi psikologis konsumsi konsumen. Penggunaan selebriti dalam suatu iklan melibatkan daya tarik dan kredibilitas yang merupakan keunikan tersendiri (Sebayang et. al, 2008). Penggunaan selebriti sebagai pendukung produk memiliki dampak atau pengaruh dalam melakukan pembelian (Radha et. al, 2013). Begitu juga dengan kredibilitas dari celebrity endorser yang dinilai mampu mempengaruhi niat perilaku konsumen (Khong et. al, 2013). Salah satu celebrity endorser Wardah adalah selebritis bernama Dewi Sandra. Wanita kelahiran di Brasil ini sudah malang melintang di dunia hiburan. Awalnya, ia memulai kariernya sebagai seorang model, lalu berlanjut menjadi 5

penyanyi, presenter dan aktris. Kepiawaian dan profesionalitas dari Dewi Sandra terbukti dengan beberapa penghargaan yang telah didapatkannya, diantara album R&B terbaik di tahun 2001 dan pembawa acara musik wanita terfavorit dari tahun 1999 sampai tahun 2003. Semenjak menggunakan hijab, Dewi Sandra sering membintangi sinetron dan film yang bertemakan Islami. Dewi pun juga aktif pada kegiatan-kegiatan social yang membuat ia dinilai masyarakat mempunyai personal branding yang sangat baik. Dengan hal tersebut membuat Dewi menjadi diidolakan tidak hanya bagi wanita Muslim tetapi juga non-muslim. Hal ini sesuai dengan tujuan Wardah untuk menanamkan persepsi kepada setiap konsumen, bahwa kosmetik halal tidak hanya ditujukan untuk konsumen Muslim saja, tetapi juga kepada setiap konsumen yang ingin berpenampilan cantik dan peduli dengan kesehatannya. Berdasarkan latar belakang ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Persepsi Label Halal dan Persepsi Celebrity Endorser terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah pada Mahasiswi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh persepsi label halal terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah pada Mahasiswi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas? 6

2) Bagaimana pengaruh persepsi celebrity endorser terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah pada Mahasiswi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas? 3) Bagaimana pengaruh persepsi label halal dan persepsi celebrity endorser secara simultan terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah pada Mahasiswi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan diantaranya adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh persepsi label halal terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah pada Mahasiswi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. 2) Untuk mengetahui pengaruh persepsi celebrity endorser terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah pada Mahasiswi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. 3) Untuk mengetahui pengaruh persepsi label halal dan persepsi celebrity endorser secara simultan terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah pada Mahasiswi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. 7

1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap bisa memberikan manfaat serta memberikan kontribusi dan sumbangsih untuk semua pihak, baik untuk penulis sendiri, lembaga maupun untuk umum. Manfaat dari hasil penelitian ini antara lain: 1) Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber pengetahuan, rujukan dan acuan bagi pihak yang ingin mendalami manajemen pemasaran. Penelitian dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun data untuk penelitian serupa, sumbangan pemikiran serta sebagai sumber informasi tentang label halal, celebrity endorser dan keputusan pembelian. 2) Secara Praktis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media evaluasi dan acuan khususnya bagi pihak Wardah dalam memperhatikan pemasarannya, terutama mengenai label halal dan celebrity endorser dalam mempengaruhi keputusan pembelian. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi masalah yang diteliti. Pembatasan masalah berupa pengaruh persepsi label halal dan persepsi celebrity endorser terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah, survei pada Mahasiswi S1 Jurusan 8

Manajemen Fakultas Fakultas Ekonomi Universitas Andalas yang pernah membeli kosmetik Wardah. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I: PENDAHULUAN Berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN LITERATUR Berisikan landasan teoritis mengenai konsep dasar label halal, celebrity endorser dan keputusan pembelian, penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis dan kerangka konseptual. BAB III: METODE PENELITIAN Berisikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel penelitian serta metode analisis data. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisikan tentang karakteristik responden, hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh persepsi label halal dan persepsi celebrity endorser terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah (survei kepada Mahasiswi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas). BAB V: PENUTUP Merupakan bagian yang berisikan tentang kesimpulan dan implikasi penelitian, serta keterbatasan penelitian dan saran. 9